Stassy

1.4K 80 0
                                    

Budayakan vote sebelum baca ❤️

Teresa akan pergi ke pantai untuk liburan semester ini, dia akan pergi ke rumah sahabatnya yang berada di pantai, mereka akan menghabiskan waktu bersama. Teresa tidak menghabiskan waktu bersama Ethan, mungkin karena Ethan juga sendang pergi liburan. Ada dua orang yang aku benci di dunia ini pertama Ethan dan yang kedua Amanda, aku benci mereka semua, mereka brengsek, idiot, dan keparat. Mereka telah merebut Teresa dariku. Aku akan membunuh diriku jika Teresa pergi tanpa aku.

"Aku tidak percaya kamu." Kata Teresa.

"Maka aku akan membunuh teman jelekmu," kataku. "Kamu enggak akan tau apa yang akan aku lakukan. Atau mungkin aku juga akan membunuh pacar kamu yang jelek."

Waktu kecil aku pernah merusak hidung Amanda, hidungnya patah karena aku memukulnya dengan tennis ball, aku tahu aku memang sadis, tapi aku sangat membenci gadis itu. Aku tidak tahu kenapa Teresa tidak pernah mengerti. Dia seharusnya takut kepadaku. Dia juga tidak tahu bahwa aku pernah hampir memukul wajah Ethan. Teresa selalu pergi ke rumah Amanda setiap minggu, dia selalu menginap, menonton TV bersama tapi pergi ke pantai itu harus dihentikan. Pantai sangat berlebihan.

"Dont go. I'll do drugs. Aku akan menyuntikan heroin ke tanganku." Kataku.

"Itu hanya perjalanan pendek." Kata Teresa. "Aku akan membawakan kamu hadiah." Teresa semakin membaik pergi ke tempat lain tanpa diriku.

"Kamu harus mencari teman lain." Kata Teresa. Aku jalan bersamanya menuju limosin, aku duduk di sebelahnya di jok hitam. Teresa menatap jendela, seperti biasannya dia menghiraukan aku dan akupun mulai menangis.

"Aku tidak suka orang lain." Kataku. Tidak ada orang yang aku suka di dunia ini. Tidak ada siapapun kecuali Teresa dan aku.

"Aku tidak akan selamanya menjadi dunia kamu." Kata Teresa.

Teresa menyibakan rambutnya. "Well lebih baik kamu tidak scuba dive." Kataku. "Aku berharap kamu mati dengan tank oxygen  kamu yang meledak, jika kamu beruntung kamu akan mati di kapal, tapi aku berharap bahwa kamu mati dengan kesakitan di bawah air dan tidak ada seorang pun yang akan menemukan mayat kamu." Aku keluar dari mobil, membanti pintu itu ke wajahnya, aku melihat limosin itu mulai jalan. Mungkin dia menatap balik ke arahku, tapi aku tidak bisa melihat dia karena jendela mobil yang bewarna hitam. Aku akan membunuh diriku kapan saja, jika aku mengiginkannya.

Tidak ada yang bisa aku lakukan di hari libur yang panjang ini. Orang tuaku sangat sibuk hari-hari ini. Aku hanya bisa terdiam di rumah dan menonton TV. Aku terdiam di kamarku sambil membayangkan Teresa. Aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Bukan kamar tetapi pintu balkonku. Aku membuka pintu balkon dan mendapati Ethan di sana.

"Apa yang kau lakukan disini keparat!" Teriaku padanya, nafasku bergebu-gebu karena marah, kepalaku ingin meledak setiap kali aku melihatnya, kenapa dia tidak pernah membuatku tenang.

"Jangan marah, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu." Ia tersenyum. Sekarang aku mulai benci senyuman itu.

"Kenapa tidak lewat depan!" Bentaku padanya.

Dia menanggapi ucapanku dengan tawa kecilnya. "Apa yang lucu?" Kataku. "Kenapa kau tertawa?" Aku sepenuhnya yakin bahwa aku benar-benar membenci segala hal yang ada pada diri Ethan, mulai dari pakaiannya, senyum sininnya yang membuatku kesal, kilatan matanya yang menyebalkan hingga cara bicaranya.

"Aku juga bingung kenapa harus lewat sini" kata Ethan datar. Aku gemetar menahan amarahku, aku menjulurkan tanganku untuk mendorong Ethan, namun aku terkesiap karena tangannya sudah menahanku duluan.

"Jangan marah." Kata Ethan "jangan marah tomat." Ia mengusap puncak kepalaku. Aku melotot. Mukaku memerah menahan malu. Kenapa dia selalu membuatku salah tingkah, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini pada laki-laki, kami selalu bermain bersama tapi ini sangat aneh bagiku.

"Sudah kubilang singkirkan tangamu yang tidak suci itu dari kepalaku dan jangan pernah panggil aku tomat." Kataku yang benar-benar dibuat frustasi dengannya.

Ia tertawa. "Kau sangat lucu jika kau marah, aku tidak mengerti kenapa kamu sangat membenciku." mukaku memerah menahan malu. "Kau menarik." Ia tersenyum genit padaku.

Jangan lupa vote dan comment ❤️❤️ dan makasih yang selalu dukung aku ❤️

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang