Budayakan vote sebelum baca ❤️
"Assault." Kata Ayahku. Dia duduk di ruang tengah. Dia menatapku seolah-olah aku adalah client nya. "Kamu telah melakukan kejahatan Stassy."
Teresa keluar dari dapur, dia selalu terlihat cantik seperti biasannya, dia membawa minuman segar untuk orang tua kita. Dia tidak mau menatapku. Ayahku dan ibuku adalah pengacara yang sangat terkenal. Mereka berkerja 14 jam setiap hari, mereka mengendarai mobil yang bagus, dan biasanya menjadi pengacara orang kaya dan terkenal saja. Mereka punya dua gadis yang cantik, anak kembar perempuan yang cantik. Mereka pulang selalu dengan keadaan lelah. Ayahku kembali menatapku. Dia memiliki banyak pertanyaan. Kenapa aku pergi ke mall? Kenapa aku memukul wajah Amanda? Kenapa aku mengikuti Teresa ke mall?
"Apakah aku akan di tuntut?" Tanyaku. "Apakah karena itu kalian sangat marah?"
"Kita belum tahu sayang." Kata ibuku.
Mata Teresa melihat sekeliling ruangan. Dia akan melihat kemana saja selain aku. Aku takut Teresa tidak memafkanku kali ini. Dia bahkan tidak bicara padaku semenjak aku pulang dari mall.
"Aku tidak tahu cara memecahkan kasus ini." Kata ayahku.
"Kita bukan kasus, Daddy." Kata Teresa.
Aku mencoba Tersenyum kepada Teresa."No, no." Kata ayahku dengan senyum palsu ala pengacara. "Ini benar-benar harus diselesaikan."
Kita kembar identik, cantik dan pintar, tetapi ayahku lebih memilih Teresa. Dia melihat bahwa Teresa memiliki potensi menjadi pengacara walaupun sebenarnya dia ingin menjadi dokter.
"Masalahnya hanya simpel," kata Teresa. "Dia marah padaku karena aku tidak mengajak dia ke mall, ini salahku karena aku pergi tanpa Stassy, dan aku sangat menyesal."
Aku mengigit bibirku dan hanya terdiam. Kenapa Teresa menyalahkan dirinya sendiri? Tapi ini benar salah dia, dia yang selalu meninggalkan aku.
"Tapi Stassy membenci mall." Kata ibuku.
"Tapi ini salahku." Kata Teresa.
"That isn't true, honey," kata ibuku. "Kamu boleh memiliki kehidupan kamu sendiri, kami bisa keluar dengan siapa saja dan kamu tidak perlu merasa bersalah."
"I'm sorry." Kata Teresa.
"Stassy?" Kata ibuku. " katakan pada ibu kalau kamu enggak berniat menyakiti Amanda?"
"Tidak." Jawabku. Walaupun sebenarnya aku memang berniat menyakitinya, aku sangat puas dengan apa yang kulakukan, setidaknya dia tidak akan bermain dengan Teresa selama beberapa minggu. Aku tahu sebenarnya Teresa pasti sangat membenciku. Sekarang aku benar-benar membenci hidupku. Aku tidak akan makan bersama Teresa lagi. Aku tidak akan mendapatkan period. Teresa tidak menyayangiku, dan aku tidak memiliki alasan untuk hidup. Teresa berdiri dari kursi dan langsung memegang tangaku yang langsung membuatku terkejut.
"Come on, Stassy." Kata Teresa.
Aku menatap tangannya yang ingin membawaku pergi "ayo kita ke kamar." Kata Teresa. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku membiarkan tangannya membingbing ku kemar kita. Kamar kita. Teresa menutup pintu.
"Lihat," kata Teresa, dia menunjukan tas belanjaanya. "Aku beli ini buat kamu hari ini."
Disana terdapat dua baju samaan dan itu warna favorit ku, hitam.
"Satu untuk aku. Dan satu lagi untuk kamu." Kata Teresa.
"Terima kasih." Kataku yang sambil memegang kaos yang baru dia beli.
"Kamu mau aku potong rambut kamu?" Tanya Teresa.
Aku mengangguk. Tenggorokanku bengkak akibat terus menagis, aku menagis karena Teresa yang selalu meninggalkan aku. Dia memotong rambutnya dan berubah menjadi gadis lain. Dan itu membuatku menangis. Lebih dari apapun, aku ingin Teresa memotong rambutku.
"Come sit on the chair." Kata Teresa, dia memegang gunting dan langsung memotong rambutku.
"Look," kata Teresa. "Lihat diri kamu." Kami menatap diri kami di cermin. Kita sangat mirip. Dia mencium puncak kepalaku. Aku tersenyum padanya.
"Ayo kita pakai baju baru kita." Kata Teresa. Kita pun memakainya.
"Kita terlihat keren." Kataku.
"Aku lebih suka pink," kata Teresa. "Tapi aku tahu kamu tidak suka."
Aku mengangguk.
"Kamu bisa menggunakan ini kapan pun yang kamu mau," kata Teresa. "Bahkan saat aku tidak memakainya pun kau boleh memakainya." Kata Teresa yang sambil tersenyum kepadaku.
Aku hanya akan memakai baju ini jika Teresa memakainya juga.
"Aku mohon Teresa, jangan pergi, aku bisa mati. Jika kau pergi aku tidak memiliki alasan untuk hidup. Aku mohon." Kataku yang sambil mencoba menahan air mataku agar tidak terjatuh.
"Tapi kamu harus berhenti dengan semua drama ini," kata Teresa. "Kita kembar. I love you. Aku cinta kamu melebihi siapapun. Aku tidak memiliki pilihan untuk itu. It's a given."
Aku menatap diriku dan Teresa di cermin, aku menatap baju baru kita dan rambut pendekku. Rambut pendek Teresa. Aku terlihat seperti kembar identiku. Dan dia terlihat sepertiku. Dan kita baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
General FictionApakah kalian pernah membayangkan terlahir menjadi kembar? Orang yang benar-benar mirip dengan kita? Jika pernah mungkin cerita ini akan membuat kalian benar-benar merasakan memiliki kembaran. Teresa dan Stassy.si kembar identik yang berambut pirang...