Stassy

1.7K 86 3
                                    

Hari ini adalah dimana aku dan Ethan akan pergi ke mall bersama, kami akan membeli sesuatu untuk Teresa, kembaranku yang sangat aku sayangi, Ethan bilang ia akan menjemputku, aku tahu pasti ia memiliki niat tersendiri yaitu pamer, dia pasti ingin menunjukan betapa kayanya dia, aku tak akan pernah berhenti membenci dia, tidak akan pernah sampai dia berhenti bersama Teresa. Aku menunggu dia di depan rumahku, Teresa sendang pergi bersama teman-temannya, tentu saja tanpa aku. Teman-teman Teresa membenciku, mereka berpikir bahwa aku aneh, mungkin memang iya. Aku melihat Ethan mengendarai sepeda dari kejauhan, apa dia tidak memiliki kendaraan lain yang lebih layak, astaga.

"Kenapa kita menggunakan sepeda bodoh." Makiku padanya.

"Kau bilang kau benci orang kaya." Kata Ethan datar, oh dewa aku ingin sekali menghancurkannya sekarang juga.

"Aku tidak pernah bilang seperti itu." Teriakku padannya. "Dasar kau brengsek."

Ia tersenyum manis padaku. Mataku bertemu dengan matanya. Deg, apa-apaan ini, kenapa hatiku jadi tidak karuan.

"Sudah puas menatap wajah tampanku?" Tanyanya dengan genit.

"Siapa yang menatapmu bodoh, aku hanya berpikir." Kataku yang langsung memalingkan wajahku padanya, astaga ini memalukan. Aku langsung duduk di depannya karena dia tidak memiliki jok belakang

"Jangan cemberut terus dong." Kata Ethan yang sambil mengayuh sepedanya.

"Fokus kau idiot, nanti kita nabrak." Jawabku ketus.

"Tapi kan kalau kamu senyum lebih manis." Dia tersenyum padaku.

"Diam kau idiot." Teriakku. " jika kau berbicara terus akan ku hajar kau sekarang juga.

Ia memberhentikan sepedanya dan langsung tertawa terbahak-bahak. Apa dia pikir ini lucu? Aku serius akan perkataanku.

"Apa yang lucu, kenapa kau tertawa? Dasar kau orang aneh, awas aku ingin turun." Kataku. Namun ia menariku dan langsung mencubit pipiku "jangan marah, kau terlihat seperti tomat jika kau marah."

"Apa?" Teriakku. "Lepaskan pipiku."

"Senyum dulu." Kata Ethan.

"Engga mau." Kataku. Ia langsung mengeraskan cubitannya. "Aww." Teriakku

"Ayo tersenyum." Kata Ethan, terpaksa aku menuruti perintahnya. " kan kalau begitu lebih cantik." Ia tersenyum. Aku tahu mukaku memerah sekarang, ia benar-benar membuatku malu. Sangat malu. "Singkirkan tanganmu yang tidak suci itu dari wajahku."

Ia kembali tertawa. "Kau benar-benar galak." Kata Ethan. "Aku suka."

"Berisik." Kataku.

Kami berhenti di pusat perbelanjaan. Kami memasuki toko baju bermerk, aku tahu Ethan sangat kaya, semua penjuru sekolah tahu tentang itu, tapi aku tidak peduli, bagiku dia hanyalah orang yang bodoh. Ethan langsung memilih baju untuk Teresa. Ia menyuruhku untuk mencoba pakaian yang sudah dia pilih. Aku mencobanya dia ruang ganti. Aku melihat diriku di cermin, aku benar-benar mirip dengan wajah cantik Teresa. Aku keluar dan langsung menunjukan padanya.

"Wow." Kata Ethan. Ia tertawa sangat kencang dan membuatku terkejut.

"Apa yang lucu dasar kau keparat." Teriakku padanya.

"Kau hanya tidak cocok menggunakan itu. Kau terlihat aneh." Ia masih tertawa.

"Itu karena aku bukan Teresa, jangan mentertawakan aku seperti itu!" Pekikku padanya

"Aku pikir kalian sama, ternyata kalian sangat berbeda, kau tetaplah si Stassy yang galak." Kata Ethan "bagaimana kalau kau coba yang lain?"

"Baiklah." Kataku. Kali ini aku mengenakan gaun ketat yang bewarna biru, gaun ini sangat bagus menurutku namun aku tipe gadis yang tidak suka menggunakan pakaian ketat, aku sangat benci pakaian ketat. Aku keluar dan langsung menunjukan pada Ethan.

"Itu terlihat cocok untukmu," kata Ethan. "Baiklah kita beli yang itu."

Setelah itu aku dan Ethan melanjutkan perjalan kembali, tapi ia tidak membawaku pulang, dia ingin membawaku kemana?

"Ini bukan jalan pulang, kau ingin membawaku kemana bodoh?" Tanyaku padanya.

"Kau lihat saja." Kata Ethan. Ia membawaku ke ladang bunga, aku tidak pernah melihat ladang bunga di sekitar sini, tapi kenapa dia membawaku ke sini? Apa dia sudah gila, rasanya aku ingin membunuh dia di ladang bunga ini sekarang juga.

"Kenapa kau membawaku ke sini! Aku ingin pulang." Teriakku padanya.

"Kenapa kau selalu berteriak? Apa kau tidak lelah." Tanya Ethan. " kita berhenti di sini."

Aku memegang setiap bunga yang aku lewati. Jujur saja tempat ini sangat indah, tapi disini bersama Ethan benar-benar membuatku muak.

"Kau suka?" Tanya Ethan

"Tidak." Jawabku ketus. "Aku benci bunga."

"Kau bohong tomat."

"Jangan panggil aku tomat." Terriaku.

"Tapi kau telah memanggilku banyak sebutan mulai dari bodoh, brengsek, idiot, lalu keparat."

"Itu karena kau memang seperti itu."

"Kau tahu, aku tidak pernah membawa gadis manapun ke tempat ini." Kata Ethan

"Lalu?" Tanyaku.

"Entahlah, aku hanya ingin membawamu kesini."

"Lalu kenapa Ethan?" Aku mengulangi pertanyaanku.

"Sepertinya itu pertama kalinya kau menyebut namaku." Ia tersenyum.

"Kau belum menjawab pertanyaanku idiot." Kataku.

"Karena kau temanku." Kata Ethan. Ia mengusap puncak kepalalu. Aku melotot. "Jangan pegang kepalaku." Kataku yang langsung menangkis tangannya. Ia hanya tertawa melihat tingkahku. Setidaknya ada yang mengangapku teman walaupun cuma satu. Dan aku tidak akan merasa orang yang paling buruk di dunia ini.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang