Hari ini benar-benar hari yang sangat melelahkan. Aku pulang kerumah dan aku sudah mendapati Ethan di sana dan tentu saja ada Stassy, aku benci dia.
"Halo Teresa." Sapa Stassy yang sambil tersenyum manis padaku.
"Halo." Jawabku datar, aku masih marah padanya. "Ayo Ethan kita pergi ke taman."
Ethan langsung mengikutiku dari belakang, ia mungkin heran karena aku sangat dingin kepada kembaranku sendiri. Stassy memperhatikan aku dan Ethan dengan wajah kecewa, aku tahu dia membenci Ethan. Aku sangat senang membuatnya terluka karena dia harus sadar bahwa aku bisa hidup tanpanya, bahwa aku tidak membutuhkan Stassy, ia tidak berguna bagiku, ia hanya sampah yang tuhan berikan padaku, ia hanya copy an dari diriku. Aku dan Ethan berbaring di rumput, kita menikmati langit sore. Mataku bertemu dengan matanya, ia sangat tampan, aku bersyukur bisa menjadi kekasihnya."Kenapa kau terlihat kesal terhadap adikmu?" Tanya Ethan.
"Because she such a jerk." Kataku.
Ia tertawa kecil. "Sepertinya Aku harus pulang, sekarang sudah benar-benar sore." Kata Ethan yang langsung berdiri. Aku mengaguk dan langsung meraih tanganya.
"Baiklah, hati-hati di jalan." Kataku.Aku kembali ke kamarku dan merebahkan diriku di kasur yang empuk. Ini sangat menyenangkan, tidaka ada Stassy si drama queen. Aku mendengar suara di depan pintu kamarku. Aku tahu itu pasti Stassy.
"I can hear you." Kataku.
"Bolehkah aku masuk?" Ia bertanya padaku dengan ragu-ragu. Aku diam sejenak. "Baiklah."
Ia membuka pintu kamarku, kamarku berbeda dengan kamar kita, tidak ada the twins bed, meja samaan, tidak ada photo bayi di dingding.
"Kau tadi bermain basket di kamar? Aku melihatmu" Kataku. "You're good." Kataku.
"No." kata Stassy. "I still suck."
"Apa kamu butuh sesuatu?" Tanyaku.
"Aku ingin meminta maaf padamu, atas perlakuanku yang kemarin, aku tahu aku egois, aku hanya tidak terbiasa dengan situasi ini, aku hanya takut kehilanganmu. Jadi maukah kau memaafkan aku?" Tanya Stassy.
"Aku mengerti." Kataku. " baiklah aku memaafkanmu." Stassy tersenyum bahagia dan langsung memelukku. "Perutku sakit," kataku pelan yang masil berada di pelukannya. "Dari pizza."
"Kamu ingin aku tunjukan caranya?" Dia berbisik.
Aku mengulangi lagi perkataanku "perutku sangat sakit."
"Itu berfungsi." Stassy tersenyum. "Kamu memakan pizza. Aku akan tunjukan carannya. It's no big deal."
Aku mengikuti Stassy ke kamar mandi, kita berdiri bersama di dekat kloset.
"Semakin cepat kamu melakukan ini," kata Stassy. "The better. You lean over, masukin tangan kamu ke kerongkongan, cepat, dan itu akan keluar."
"Itu aja?" Tanyaku.
Ia mengangguk. Aku selalu melalukan sesuatu yang pertama, seperti: berjalan, berbicara, belajar membaca. Dan sekarang Stassy memberikan aku vomiting lessons, dan aku tersadar bahwa aku tidak percaya kata-kata dia. Aku berharap aku mencari di internet terlebih dahulu, karena di sana ada cara yang lebih baik untuk menghilangkan sakit perut daripa penjelasan Stassy tentang muntah.
"Itu aja." Kata Stassy. "The faster, the better. Rasanya buruk, tapi setelah itu kamu gosok gigi, lalu kumur-kumur. Lalu semua hilang, aku akan melakukan lebih dulu kalau kamu mau."
"Apa kamu yakin?" Tanyaku.
"Aku akan tunjukan padamu." Ia langsung memasukan tangannya ke kerongkongannya, seperti katanya, muntahnya akan keluar dengan sendirinya. Aku menontonya. "Good bye, noodle," kata Stassy. Dia memuntahkannya, aku menutup mataku, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku telah melakukan kesalahan. Aku tidak mau melakukan hal bodoh bersama kembar identiku. Aku ingin mengulang waktu kembali.
"Lihat ini mudah." Kata Stassy yang langsung membilas kloset. "Kamu hanya harus cepat, tuker tempat denganku." Aku menatapnya ragu. "It's okay." Kata Stassy. Ini sangat memalukan aku harus belajar dari Stassy, aku tidak pernah belajar darinya, dia adalah contoh yang buruk. Aku memasukan tanganku namun aku menariknya kembali.
"Aku tidak bisa." Kataku.
"Itu mudah." Kata Stassy.
"Aku hanya tidak bisa." Kataku.
Lalu air mata mengalir, bukan miliku, tentu saja, tetapi Stassy. "Aku tidak percaya kamu lakuin ini, aku sudah muntahin semuannya, aku udah muntahin buat kamu tapi kamu enggak mau ngelakuin." Suaranya semakin kencang.
"Stassy," kataku. "Please."
"Aku tidak akan memperlakukan kamu seperti ini lagi." Kata Stassy. "Aku tidak akan."
"Cepat?" Tanyaku.
Dia menggaguk. "Aku tidak akan berbohong padamu." Aku menatap Stassy, wajah merahnya. Terkadang kita memiliki waktu yang menyenangkan. Dia adalah kembar identiku. Aku memasukan jariku ke kerongkonganku dan muntah itu sudah berada di mulutku. Kerongkanganku terbakar, mataku dipenuhi air mata. Tetapi pizzanya telah menghilang, dan aku sangat lega.
"Terima kasih." Bisikku.
Dia mengelus rambutku "aku akan melakukan apa pun untuk kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Fiction généraleApakah kalian pernah membayangkan terlahir menjadi kembar? Orang yang benar-benar mirip dengan kita? Jika pernah mungkin cerita ini akan membuat kalian benar-benar merasakan memiliki kembaran. Teresa dan Stassy.si kembar identik yang berambut pirang...