"Hayo! Lagi ngelamunin siapa?" Suara Tasya membuat Marel tersadar dari lamunannya. Kemudian ia langsung menatap tajam Tasya yang sedang terkikik sambil menyeruput jus mangga miliknya.
"Siapa kek, udah gede." jawab Marel sambil melihat ke arah lapangan. Disana, anak laki-laki sedang berkumpul bermain bola karena pelajaran olahraga. Sedangkan yang perempuan di suruh untuk istirahat-karena praktek sudah selesai.
"Sok gede," ucap Tasya. "Gue tau lo lagi mikirin siapa."
Marel hanya berdehem dan menyeruput jusnya.
"Pasti Mario kan?"
Marel langsung terbatuk-batuk mendengar nama Mario disebut. Marel langsung menatap Tasya. "Sotoy!"
"Kalo gue sotoy, lo gak mungkin sampe keselek gitu."
"Demi Tas! Gue gak mikirin Mario atau siapapun itu. Tugas banyak! Itu yang jadi pemikiran gue."
"Basi kocak!" ledek Tasya sambil melempar sumpit yang ia ambil dari kotak sendok. Dengan sigap, Marel menangkap sumpit itu.
"Lo tau? Sepintar-pintarnya tupai melompat, pasti akan terjatuh juga." kata-kata Tasya membuat Marel terdiam.
Sepintar-pintarnya orang menyembunyikan perasaan, pasti terungkap juga.
• • •
Hi! Welcome to my first story guys! Hope u enjoy.
Please vote and comment, kalo kalian suka. Kritik dan sarannya untuk cerita ini, jangan sungkan. Hehe.
See u next part!😉
R I Z K A A W P.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination
Teen Fiction* * * Karena mengejar angan lebih sulit dibandingkan mengejar mimpi. Karena khayalan lebih rumit dibandingkan mimpi. Karena imajinasi belum tentu terjadi. Jadi cewek bukan berarti gak bisa untuk berjuang. Jadi cewek bukan berarti gak bisa untuk mera...