Terkadang kita disalahkan karena terlalu sayang. —Tumblr
• • •
Lagi-lagi Marel di kejutkan oleh Mario yang tiba-tiba berada di depan rumahnya. Jika di hitung, ini sudah seminggu dari janji yang Mario katakan. Berarti masih ada tiga hari lagi bagi Mario untuk terus mengantar-jemputnya.
"Ayo, Rel." ajak Mario.
"Em.. Yo, sorry, bukannya gue gak mau dianter atau jemput sama lo, tapi gu—"
Tin, tin!
"—gue udah sama Rama." Marel menarik napasnya. "Jadi, lo gak usah anter-jemput gue lagi. Kalo masalah janji yang lo bilang waktu di Rumah Sakit, lupain aja. Kasian Kak Fanya juga kalo lo jadi anter-jemput gue mulu. Gue duluan ya, bye!" lanjut Marel panjang lebar, lalu melewati Mario untuk menaiki motor Argan.
"Duluan, Yo!" teriak Argan di balik helm fullface-nya setelah itu, menjalankan motornya.
Mario yang melihat itu hanya diam, kemudian ia mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Mario merasa kalah—ah, bukan. Ia merasa telak, tapi entah kenapa alasannya. Mario tidak tahu.
Mario langsung menaiki motornya dan menjalankannya dengan kecepatan penuh.
× × ×
"Ih, Kak Marel beda lagi berangkatnya."
"Kaya cantik aja."
"Marel enak banget, jalannya sama anak-anak most wanted."
"Boro-boro buat jalan kaya gitu, buat ngobrol aja susah."
Ucapan siswi SMA Antartika membuat Marel risih. Marel merasa seperti—ugh, Marel benci jadi pusat perhatian. Yang dilakukan hanya bisa menundukkan kepalanya. Namun, ada sebuah tangan yang menyelip diantara jemarinya. Marel mendongak, Argan tersenyum kepadanya.
"Cuek aja, mereka iri sama lo." ujar Argan membuat Marel nambah tidak karuan. Jadi yang bisa ia lakukan hanya tersenyum.
Sampai di kelas, Argan melepaskan genggamannya dan membiarkan Marel memasuki kelasnya dan berbalik untuk memasuki kelas yang berada dua kelas di depan Marel.
Tasya langsung menghampiri Marel ketika melihat Argan sudah menjauhi pintu kelasnya. "Woi!"
Marel tersentak, kemudian langsung menjitak kepala Tasya yang baru saja duduk.
"E—eh, galak banget sih!" sungut Tasya sambil mengelus kepalanya.
"Lo kebiasaan!"
"Yeee, yaudah si maaf, lagian gue mau tau nih, dari kemaren kayanya ada something gitu, ya?"
"A—apaan si lo! Nanti aja gue ceritain balik sekolah, kita ke Café yang di depan sekolah, oke?"
"Siap!" ucap Tasya seraya memberi hormat lalu ia kembali ke tempat duduknya sambil terkekeh melihat Marel yang akhir-akhir ini seperti galau.
× × ×
Kantin penuh.
Hal yang paling dibenci siswa-siswi karena harus mengantri dengan keadaan perut keroncongan. Termasuk Tasya. Ia terus-terusan menggerutu lantaran harus menunggu mie ayam Mang Ipul yang antrinya minta ampun membuat Marel yang menemani Tasya jengah sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination
Fiksi Remaja* * * Karena mengejar angan lebih sulit dibandingkan mengejar mimpi. Karena khayalan lebih rumit dibandingkan mimpi. Karena imajinasi belum tentu terjadi. Jadi cewek bukan berarti gak bisa untuk berjuang. Jadi cewek bukan berarti gak bisa untuk mera...