Karena kamu, mimpi yang selalu ku semogakan.
• • •
"MAREL!!"
Deg.
Marel langsung buru-buru berjalan meninggalkan perpustakaan.
"MAREL!!"
"MAREL!!"
Jangan please! Jangan! Batin Marel terus-terusan memohon agar Mario berhenti mengejarnya.
Tanpa aba-aba lagi, Marel langsung saja mengambil langkah seribu saat sampai di belokan koridor menuju taman belakang.
Sesampainya disana, Marel langsung di suguhkan pemandangan Argan dan Fanya saling berpandangan seperti tatapan menyiratkan permusuhan.
"Jadi apa manfaatnya lo pacarin Mario kalo belom bisa lupain Adrel? Pikir, Nya! Lo gak cuma nyakitin satu orang, lo nyakitin Mario, Adrel juga, dan—" Argan menghela napas. "Marel. Dia yang bahkan gak tau apa-apa tentang lo sama Adrel harus ikut sakit hati di sini."
"Gue gak tau kalo Adrel kembarannya Marel, Ar! Gue juga gak tau kalo Marel suka sama Mario! Gue baru tau dua hari yang lalu, dari Adrelnya sendiri."
"Basi, Nya! Basi. Lo udah kelewatan kali ini. Mau lo itu apa sih?"
"Gue cuma mau Adrel sama gue lagi! Gue masih sayang sama Adrel, gue masih butuh dia! Lo gak bakalan ngerti gimana rasanya, saat orang yang lo sayang menjauh dari kita. Lo gak ngerti."
Argan tersenyum sinis. "Bullshit lo ngomong gitu. Jelas-jelas lo duluan yang putusin Adrel."
"ITU EMOSI, ARGAN!!"
"Lo emosi buat apa? Kan lo yang ketauan selingkuh." Argan langsung pergi setelah mengucapkan hal itu. Saat berbalik, Argan di kejutkan dengan keberadaan Marel di balik pohon. Air matanya sudah mengalir deras mendengarkan perdebatan mereka.
Tanpa aba-aba, Marel langsung berlari yang di susul Argan, dan hanya di saksikan oleh Fanya.
× × ×
"Tas, lo kan temennya Marel, tau dia di mana gak?"
"Gak tau."
Mario menghela napas, ini sudah yang ke sekian kalinya ia bertanya kepada Tasya dan mendapat jawaban yang sama.
"Tas, ini penting banget, Tas. Ngertiin dikit lah," celetuk Fathur yang tiba-tiba mendatangi kelas Mario.
"Lo ngapain di sini?" tanya Mario bingung.
"Nemenin yayang gue, kasian dia lagi pusing."
"Siapa?" tanya Mario, lagi.
"Lo. Abis dari tadi nyari Marel segitu aja gak ketemu-ketemu. Dasar payah, dasar lemah," cibir Fathur.
"Sekali lagi lo ngomong gitu, wagu poltam luul." ucap Marip sambil menunjukan tangan yang ia kepal. "Tas, please! Ini penting banget harus segera di sampaikan."
Tasya memutar bola matanya malas. "Usaha kek jadi laki, jangan bisanya nyakitin doang."
Jleb.
Fathur yang mendengar itu hanya bisa menahan tawanya. Melihat ekspresi Mario yang tiba-tiba bungkam, diam seribu bahasa.
"Udah lah, Yo. Yuk gue bantuin nyari Marel," hibur Fathur yang bagaikan sihir, membuat Mario mengikutinya keluar kelas untuk mencari Marel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination
Teen Fiction* * * Karena mengejar angan lebih sulit dibandingkan mengejar mimpi. Karena khayalan lebih rumit dibandingkan mimpi. Karena imajinasi belum tentu terjadi. Jadi cewek bukan berarti gak bisa untuk berjuang. Jadi cewek bukan berarti gak bisa untuk mera...