4 - Berantem

438 21 0
                                    

Kamu jangan lari, di saat di kejar. Jangan berhenti di saat aku berhenti. Karena berjuang tidak semudah yang kamu bayangkan.

• • •

Setelah dinyatakan benar-benar pulih, Marel tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu untuk langsung menuju sekolah. Ia memang jenis anak baik-baik, namun tidak sebaik yang kalian pikir. Karena Marel juga kadang suka merasa ingin bermain hingga larut seperti yang biasa sekelompok anak most wanted lakukan. Penasaran lebih tepatnya.

Selesai berberes, Marel langsung keluar dari kamar menuju ruang makan.

"Bun, aku berangkat ya!" kata Marel saat selesai memakan rotinya.

"Jangan kaya kemaren lagi! Awas kamu!" ucap Melinda dengan nada penuh ancaman.

Marel membalasnya dengan mengangkat ibu jarinya tinggi-tinggi.

Saat membuka pintu, Marel dikejutkan dengan keberadaan Mario di depan rumahnya.

Marel gugup. "L.. llo... lo ngapain disini?"

"Lo lupa? Gue kan bakal anter-jemput lo kemanapun."

"Emang?"

"Udah ah. Lama. Ayo, keburu telat lagi."

Mario langsung menarik tangan Marel untuk menaiki motornya.

× × ×

SMA Antartika di hebohkan dengan berita Mario yang berangkat bersama Marel. Bagaimana tidak? Mario, cowok yang selalu jadi bahan utama gosip SMA Antartika karena yang mereka tahu Mario pacar ketua cheers—Fanya, malah berangkat bersama Marel—yang notabene-nya hanya teman sekelas dari kelas X.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, Marel dan Mario mendapatkan berbagai tatapan dari siswa-siswi Antartika. Ada yang menatapnya aneh, iri, kesal, dan lain-lain. Meskipun tatapan itu lebih banyak iri dan kesal. Namun, seakan tidak peduli. Mario terus saja jalan beriringan bersama Marel hingga sampai di kelas dan tempat duduk.

Marel benci hal ini, ia akan menjadi bahan pembicaraan. Terutama, Marel benci menjadi pusat perhatian. Sambil cemberut, Marel duduk di kursinya lalu membuka tas dan mengambil novelnya.

"Rel?" panggil Mario.

"Hm?"

"Rel?" panggil Mario lagi.

"Apa?" balas Marel sambil terus membaca novelnya.

"Gue panggil lo Relia aja ya?"

Marel mengalihkan matanya dari novel ke Mario. "Kenapa?"

"Gak apa-apa, cuma pengen aja. Terlalu mainstream juga kan manggil lo Marel?"

"Terserah."

"Lo kenapa si? Lagi PMS ya?"

"Ah? Enggak kok. Perasaan lo doang kali."

"Jangan pake perasaan, entar baper."

Gue emang udah baper dari kapan tau kali Yo.

"Haha, lucu."

"Ih, lo kenapa si?"

"Gak apa-apa, serius! Lo ganggu aja, gue lagi fokus ini!"

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang