3 - I'm sorry

454 20 3
                                    

Jika di tanya oleh Tuhan, aku ingin apa. Maka aku akan menjawab, aku ingin kamu mengenalku, sebelum kamu mengenal dia.

• • •

Mario mengerjap-ngerjapkan matanya ketika matahari muncul dengan malu-malu dari balik gorden hitam itu. Ia menyibak selimutnya dan berjalan menuju kamar mandi.

"MARIO!! UDAH JAM 7 KURANG 15 MENIT!!" teriakan Marco—kakak laki-lakinya, membuat Mario tersadar di kamar mandi dan langsung keluar dengan keadaan yang sama.

Membuka lemari, Mario langsung mengganti pakaiannya.

Sekarang hari kamis, dan yang piket Bu Erma! Mampus lo, Yo! Batinnya menjerit.

Kurang dari lima menit, Mario sudah berlari menuju tangga dan turun dalam keadaan tanpa alas kaki.

"Gak sarapan dulu, Rio?" tanya Marisa—Ibu Mario.

Mario menggeleng, kemudian ia langsung menyalami keluarganya. "RIO BERANGKAT!!"

× × ×

Marel berlari menuju gerbang yang sudah tertutup. Ia melihat Pak Amin—satpam sekolah sedang menggembok gerbang.

"PAK AMIN!!"

Pak Amin mendongak, ia langsung geleng-geleng kepala melihat Marel yang sedang berlari dengan jarak kira-kira 50 meter menuju gerbang. Pak Amin lebih memilih langsung menunggu di pos satpam di bandingkan mengurusi Marel.

"AAAA!!"

BRAK!

Belum ada satu menit Pak Amin duduk, ia langsung di kejutkan dengan suara tabrakan. Pak Amin langsung buru-buru membuka gerbang setelag melihat Marel tidak sadarkan diri.

Orang yang menyetir motor pun langsung turun dan melempar helmnya ke sembarang arah. Ia lalu menghampiri Marel. "Rel?" panggilnya.

"Marel, bangun!" teriaknya lagi dengan panik.

Pak Amin menggelengkan kepalanya kembali. "Kamu ceroboh, Mario. Liat sekarang? Marel jadi korban kan?" kata Pak Amin. "Ya sudah. Bawa dia ke rumah sakit dekat sini. Karena bapak gak yakin UKS punya peralatan lengkap."

Mario mengangguk dan langsung menggendong Marel menuju rumah sakit.

× × ×

Mario berjalan kesana-kemari di ruang tunggu sambil menggigit ibu jarinya—pertanda ia khawatir dan panik.

Tidak lama kemudian, dokter keluar dari ruang UGD dan menghampiri Mario. "Gimana keadaannya, Dok?" tanya Mario to the point.

"Pasien tidak apa-apa, ia hanya shock dan kakinya terkilir karena tidak ada keseimbangan tubuh dan jatuh. Sekarang, pasien sudah bisa di jenguk." jelas sang dokter.

Mario menghela napas lega. Kemudian ia mengucapkan terima kasih dan langsung memasuki UGD.

"Rel?" panggil Mario pelan.

Marel menoleh ke arah Mario. "Gue masih bisa jalan kan?"

Mario langsung mengangguk dan tersenyum. "Bisa, cuma untuk seminggu ke depan lo belom bisa buat jalan jauh dulu. Sorry, Rel. Sumpah itu di luar kendal—"

"Gue tau kok. Lo lagi panik gara-gara telat. Sama kaya gue." potong Marel.

"Pokoknya seminggu ke depan, lo bareng terus sama gue. Gue bakal anter-jemput lo dan anterin lo kemana pun."

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang