Prolog

1K 39 0
                                    

DuRen alian Duda keren. Yang cool dan tampan abis.

Pria itu bernama Ian. Seorang duren hot papa. Tinggi 182 cm berat badan 76 kg. Kulit putih bersih. Rambut cepak dan hitam dan rapi. Sedikit browok tipis di dagunya. Rajin solat. Bekerja sebagai ketua teknisi di Bandara di Medan. Perfect banget pokoknya.

Bagaimana mungkin aku jatuh cinta dengannya? Ah tidak. Ini belum cinta. Aku hanya penasaran saja. Tapi kenapa aku deg degkan gini?

Awal mula ketemu...

Pagi itu aku, Iqbal dan Clara berada di caffe stiek di kota kita tercinta,Semarang. Caffe stiek yang cukup terkenal. Iqbal adalah temenku waktu ngampus dulu. Tapi sekarang masih deket. Bisa juga di bilang mantan sih. Sementara Clara adalah pacar baru Iqbal. Kita akrab- akrab aja sih. Ga ada yang perlu di cemburuin. Kita juga sering kok hangout bareng. Oh ya, aku dan mereka seusia kok. Tentunya 25 tahun.

Hari ini si Iqbal sengaja ngajak aku hangout makan bareng lagi. Katanya sih dia mau bagi undangan buat acara nikahannya.

" Mana undangannya?" tanyaku protes ketika sudah duduk sejam tapi dia tak kunjung memberiku undangan.

Iqbal dan Clara meringis. Mereka seakan tertawa tapi menyembunyikan sesuatu. Sesekali terlihat Clara menyeruput jus coklatnya.

" Kamu percaya aja sama dia, Vit." ledek Clara padaku.

" Jadi maksud kalian aku kena tipu? Oh My God! Ga lucu kali,Bal!" protesku tak terima.

" Aku manggil kamu soalnya kamu mau aku kenalin sama saudaraku. Dia barusan datang dari Medan." Kata Iqbal santai.

" Gila lu! Mau ngapa ngenalin aku ke saudaramu!" teriakku sedikit kesal.

" Eh...gua tau lu tu jomblo ngenes. Jadi gua rencananya mau ngejodohin lu sama saudara gua." kata Iqbal antusias.

" Ga usah ngada-ngada! Pakek acara mau ngejodohin. Lu kira lu itu biro jodoh!" bentakku masih tak terima.

" Eh Vit...cowoknya cakep kok. Tinggi. Putih. Perfect pokoknya." imbuh Clara sedikit menggoda.

Terdengar suara langkah kaki mendekat ke meja kami.

" Bal!" terdengar suara dari arah kananku. Aku menoleh ke pusat suara. Terlihat seorang pria dengan balutan switer merah dan celana jins coklat. Jam tangan merk. Kaca mata. Pria putih yang ga terlalu putih. Bersih, rapi dan tinggi. Ia berjalan santai mendekat ke meja kami. Mataku sama sekali tak berkedip menatapnya.

" Ganteng kan?" celetuk Iqbal yang sepertinya ia curiga kalau aku mulai terpesona.

" Namanya Sofyan. Panggilannya Ian. Duda anak 1. Istrinya meninggal e tahun yang lalu. Umurnya masih 35 tahun. Dan sampai sekarang dia belum nikah lagi." imbuh Iqbal.

" What? Duda? Kamu mau jodohin aku sama duda? Jangan gila ah!" kataku memberontak.

" Aku ga maksain kok. Kalau kamu suka kamu boleh lanjut. Kalau ga jadi temen aja. Gampang kan?" kata Clara santai.

Aku terdiam sejenak. Lalu ku teguk jus coklatku dalam sekali teguk menahan kesal dalam hatiku.

" Bal." ucap pria itu ketika sampai di meja kami.

" Sini duduk bro." jawab Iqbal yang langsung menyuruhnya duduk di sampingku.

Aku hanya meliriknya sedikit.

" Gimana mas kabarnya? Lama ga ketemu ya." celetuk Clara.

" Iya baik Ra. Kamu gimana? " pria itu tanya baik seakan mereka sudah akrab.

" Baik juga sih." jawab Clara enteng.

" Oh ya mas. Ini lho temenku yang mau aku kenalin ke kamu. Namanya Vitri. " Kata Iqbal tiba-tiba.

Ia menoleh menatapku tajam. Lalu dengan santainya ia mengatungkan tangannya.

" Sofyan." katanya singkat.

" Vitri. " balasku yang kemudian kami bersalaman sejenak.

" Mas...Vitri ini lagi nyari Suami lho." sindir Clara sambil mengerdipkan matanya padaku.

" Oh. " jawab pria itu datar tanpa ekspresi.

Hanya " Oh" jawaban apa itu. Oh God. Aku ga suka dia.

" Ya udah...kalian ngobrol aja. Aku sebaiknya pulang. Masih ada yang harus aku kerjakan. Bye." kataku yang langsung mengambil langkah seribu.

Malam harinya...

Aku rebahkan tubuhku di atas ranjangku yang empuk. Terdengar bunyi beep dari ponselku. Ku angkat ponselku dari atas meja dekat ranjangku. Terlihat notifikasi WA. Satu panggilan dari Iqbal. Tak lama kemudian Iqbal menefonku lagi. Segera ku geser tanda hijau di layar ponselku.

" Gimana Bal?"

" Vit, Mas Sofyan tadi minta pin bbm mu. Tadi aku udah kasih. Sekarang giliran kalian untuk berjuang ya. " ucapnya tanpa dosa.

" Yak!!!! Jangan gitu!" teriakku tak terima namun Iqbal telah menutupnya.

Tak lama kemudian pria bernama Sofyan itu mengirim undangan bbm. Aku ragu untuk menerimanya atau menolaknya. Pada akhirnya kuputuskan untuk menerimanya. Dan dia pun langsung mengirim sebuah pesan padaku.

Aku Sofyan.

Pesan singkat dan flat menurut pandanganku. Ah...dia manusia atau robot sih.

Iya. Salam kenal.

Jawabku yang mungkin juga terlihat agak kaku.

Dan malam itu berakhir dengan percakapan itu.

2 hari berikutnya...

Hari itu aku berada di kamar dan sedang mengetik beberapa novelku. Beberapa kali ku lirik ponselku. Bebeapa kali juga aku menatap kontak bbm milik Sofyan dengan foto profile anak perempuannya. Ah...dia manis dan cantik. Dan entah kenapa aku malah mengetik pesan padanya.

Hai.
Bodohnya aku. Apa yang aku fikirkan. Kenapa tanganku bergerak sendiri.

Kamu pernah pacaran?
Balasnya sedikit lama tapi membuatku syok dengan pesannya itu.

Pastilah. Kenapa?
Tanyaku agak curiga.

Mau?
Jawabnya singkat tapi langsung jleb di hatiku.

Mau apa?
Tanyaku pura-pura bodoh.

Hubungan serius.
Jawabnya flat.

Gila! Dia nawarin hubungan serius tapi dengan nada flat gitu. Buset dah. Dia itu pernah muda ga sih. Lagian kan baru ketemu sekali. Masak langsung gitu. Apa mungkin karena efect dia duda ya. Oh God!

Ga mau ya?
Balasnya lagi karena aku tak kunjung menjawabnya.

Mau. Aku mau.

"Oh God. Apa yang barusan aku kirim. Kenapa aku bilang mau? Haduh. " keluhku sembari memukil kepalaku.

Berarti kita jadian ya?
Membaca pesannya yang ini membuatku tertawa. Dia apa ga ngarti sih.

Ah...tapi aku masih kaget dengan jawabanku. Bener atau ga sih.

--------------------bersambung-------------------
Vote
Coment
Follow
Terinspirasi dari kisah nyata.
Hahahah

Lets Get Married!! (Not Wedding With U 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang