Author POV
Butik Barokah.
Sani duduk di meja kantornya. Dia bukan bekerja di butik itu. Namun ialah pemilik butik khusus pria. Dari kaos, hem, sepatu sporty, tas impor terjajar rapi di butik yang berlantai 2 itu. Sementara Sani berada di sebuah ruangan khusus di lantai 2. Ia di kekelilingi kaca tembus pandang berwarna hitam. Yang secara tak langsung ia bisa memantau dari dalam. Namun orang yang dari luar tak bisa melihat ke dalam.
Sani adalah pengusaha muda yang cukup kaya. Dia sudah memiliki 2 cabang butik di Bandung dan 2 cabang nasi bakar di Batang.
Dia tak sering berada di Bandung. Hanya mungkin 1 bulan saja. Ia lebih sering berada di Nasi bakarnya atau lebih tepatnya sebuah caffe anak muda dengan menu nasi bakar.
Hari itu adalah hari terakhir Sani berada di Bandung. Ia langsung berjalan santai keluar dari ruangannya. Ketika itu pula semua pegawainya memberikan salam sedikit menundukan kepala mereka. Namun Sani hanya tersenyum kecil tanpa bicara. Ia langsung bergegas berjalan menuju mobilnya yang terparkir khusus di depan butik. Mobil sport warna merah.
Sambil mengendarai mobilnya, ia memasang sebuah headphone berbentuk clip di satu telinganya. Tak lama kemudia suara ponselnya menggelegar. Ia pun langsung menekan clip di telinganya.
" Ini aku lagi perjalanan dari Bandung ke Semarang...!!" ucapnya agak sengak dengan wajah tak enak.
Singkatnya ia menghabiskan waktu kurang lebih 10 jam di perjalanan. Ia berbelok ke sebuah hotel Mewah berbintang lima di kawasan Java Semarang. Hotel tertinggi, termegah dan terVIP.
Ia berlenggok santai memasuki lobi hotel dan menuju resepsionis.
" Atas nama Sani. Saya udah reserfasi kemarin." ucap Sani santai sambil sesekali menatap ponsel yang ada di tangannya.
Seorang perempuan resepsionis itu langsung memeriksa komputernya.
" Ah...atas nama Tuan Sani. Baik pak. Kamar nomer 42...ini kuncinya pak." ucap perempuan itu sopan.
" Biar saya antar pak." ucap seorang pria berseragan rapi yang langsung menghampirinya.
" Gak perlu...terimakasih. Saya bisa sendiri." ucap Sani menolak dengan nada halus.
Sani berjalan santai menuju lift. Ia seperti sudah sering berkunjung di hotel itu. Ia nampak santai dan tanpa terbebani.
Tak lama kemudian ponselnya berdering kembali setelah ia keluar dari lift dan menuju kamarnya. Ia lantas menghentikan langkahnya dan mengangkat ponselnya.
" Aku udah di hotel. Besok kita ketemu di caffe stiek. Okay." ucapnya santai kemudian langsung menutup ponselnya dan melanjutkan melangkah.
Keesokan harinya.
Di caffe stiek.Ia berjalan santai memasuki caffe itu. Ia melangkah dengan gaya coolnya. Namun matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk dengan seorang pria. Ia hanya menatapnya sejenak lalu melewati gadis itu.
Ia berjalan menuju sebuah meja. Di meja itu seorang wanita dengan penampilan mewah sedang menunggu di sana.
" Jes...maaf terlambat." katanya santai sembari duduk di dekat wanita itu.
" Iya sayang...gak masalah kok." ucapnya sok manis.
Mendadak seorang pria berperut buncit dengan pakaian jas rapi menghampiri mereka.
" Jes...apa-apaan kamu itu! Hubungan kita belum selesai!" bentak pria itu tak terima.
Jesika langsung berdiri lalu menampar pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Get Married!! (Not Wedding With U 2)
RomanceAku adalah seorang gadis biasa saja. Cantik?? Tidak.... Aku tidak cantik. Tinggi? Tidak juga. Aku gadis biasa dengan tinggi 157 cm. Badanku standart. Gak modis. Aku suka berpakaian simple dan gak neko-neko. Tapi anehnya... Banyak pria yang mendekati...