Wulan Pov
aku begitu terkejut ketika ia memelukku dari belakang. Tangannya yang hangat tepat merangkulku. Hembusan nafasnya terasa di telingaku. Dan...
Prakkkk
Responku langsung menoleh dan menampar pipinya.Kupelototi dia dengan tatapan kesal. Ia menatapku dengan tersenyum simpul. Tak ada penyesalan di wajahnya.
" Jangan pernah menyentuhku!" bentakku namun ia malah makin tersenyum.
Aku makin muak dengan tingkahnya. Ku putuskan untuk melangkah pergi meninggalkannya.
Langkahku terhenti sejenak ketika melihat Aldi yang masih berdiri kaku dengan mata berkaca-kaca.
" Ini bukan pertama kalinya kamu melihat hal seperti ini." Ucapku sambil menatapnya.
Ia terdiam hanya menatapku. Matanya berembun namun tak sampai menumpahkan airmata.
" Maaf untuk sekian kalinya." ucapku dengan penuh penyesalan kemudian melangkah melewatinya.
Langlahku terhenti ketika mendadak memegang tanganku seakan menahanku melangkah. Ia menarikku hingga kami saling berhadapan dengan jarak sangat dekat. Suara nafasnya sangat terasa. Tatapan matanya makin menusuk tajam. Ia menyentuh kedua pipiku dengan lembut.
" Maaf karena sudah banyak menyakitimu." Kataku lirih. Tak terasa sebutir airmataku keluar.
" Hussttt," ia menutup bibirku dengan jari telunjuknya, " sudah berapa kali aku bilang, seberapa banyak kamu nyakitin aku, aku gak akan peduli."
Ia pun terdiam dan menatapku makin tajam. Kulirik telapak tangan kanannya yang di balut perban putih. Sedikit rasa kawatir muncul di benakku.
" Kenapa?" tanya sambil memegang tangannya.
" Ini karena kebodohanku." Ucapnya yang menarik tangannya dan bersikap wajar.
" Aku sudah buat keputusan." Kataku dengan sangat yakin.
Ia malah tersenyum simpul mendengar ucapanku.
" Ini bukan pertama kalinya aku mendengar keputusanmu." Ledeknya sambil mengelus kepalaku.
" Aku serius." Kataku dengan tegas.
" Simpan saja karena aku ga mau dengar." Ucapnya sambil melangkah pergi meninggalkanku. Sesekali ia melambaikan tangan tanpa menoleh padaku lagi.
" Aldi! Kunyuk! Aku serius!" teriakku namun ia tetap tak menoleh.
" Aisshhh...dia masih saja belum berubah." Kataku komat kamit.
" Siapa yang belum berubah?" Ucap Radit yang mendadak muncul di sampingku.
Aku menoleh menatapnya dengan wajah sedikit takut dan berusaha melindungi tubuhku dengan menutupi dadaku.
" Jangan berani menyentuhku lagi." Bentakku tegas.
Dia menatapku dengan tatapan tajam. Aku terdiam sejenak dan sedikit takut. Lalu ia tersenyum kemudian tertawa cekikikan sambil menatapku dari atas sampai bawah.
" Sekarang aku mengerti kenapa semua pria menyukaimu." Ucapnya dengan memandangku tajam dan tersenyum lebar.
" Jangan berfikir yang bukan-bukan! Aku masih perawan tau!" teriakku kesal hingga beberapa pengunjung menoleh menatapku.
Ia makin tertawa meledek sambil menatapku dengan mata tajamnya.
" Asshhhhh...." keluhku dengan kesal, " Terserah!"
Aku pun memilih melangkah pergi menghindari pria aneh itu.
" Tambahkan satu namaku di daftar. Sudah aku katakan kalau aku akan mulaikan." Ucapnya yang langsung menghentikan langkahku. Dengan spontan aku menoleh menatapnya namun ia malah melangkah pergi. Aku hanya melihat punggungnya dan sesekali ia melambaikan tangan tanpa menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Get Married!! (Not Wedding With U 2)
RomanceAku adalah seorang gadis biasa saja. Cantik?? Tidak.... Aku tidak cantik. Tinggi? Tidak juga. Aku gadis biasa dengan tinggi 157 cm. Badanku standart. Gak modis. Aku suka berpakaian simple dan gak neko-neko. Tapi anehnya... Banyak pria yang mendekati...