Kamar Wulan.
Wulan povKu buka mataku perlahan. Ku raih ponsel yang ada disanping bantalku. Jam menunjukkan pukul 7.30 pagi. Lantas aku terbangun. Kubuka Bbmku.
" Hah...apaan ini. Dia sama sekali ga ngechat aku." keluhku.
" Apa aku aja kali ya yang chat duluan? Kalau diem-dieman gini kayak manneqen chalange." fikirku lantas mengetik di layar ponselku.
Pagi...
Satu kata itu aku kirim langsung. Semenit. Dua menit. 10menit.Pagi sayang.
Kali ini dia membalasnya lumayan cepat. Ah...cukup lega membacanya dan tanpa terasa aku pun tersenyum.Tapi aku tak tau lagi mau mengirim apa. Ah...baru kali ini aku kehabisan kata-kata pada seorang pria apa lagi ini duda. Ah...aku sepertinya mulai gila.
Tapi ada yang aneh. Itu yang aku rasakan di benakku. Apakah dia seseorang yang jujur? Atau aku yang hanya penasaran dengannya? Ah... Aku harus mengenalnya dulu.
Medan.
Author POVSeorang wanita berambut sebahu lurus hitam melangkah selangkah demi selangkah di halaman rumah Sofyan. Wanita itu cantik dengan setelan celana jins dan blezer menjuntai hingga ke mata kaki. Tak lupa sepatu hak wanita itu yang indah dan cocok di kakinya. Wanita itu menutupi matanya yang indah dengan kaca mata hitam besar. Beberapa kali terlihat ia mengintip dan mengendap perlahan di halaman rumah Sofyan.
" Mau apa kamu ke sini?" tanya Sofyan yang mendadak muncul dengan celana trining dan handuk yang ada di lehernya.
Perempuan itu menoleh menatap Sofyan dengan wajah terkejut.
" Aku ingin melihat Melva." ucap Perempuan itu tegas.
" Jangan temui dia!" kata Sofyan dengan ketus.
" Kenapa kamu pisahkan ibu dari anaknya?" jawab Perempuan itu menahan tangis.
" Kamu bisa apa? Kamu pun juga tak punya apa-apa. Kamu hidup ya dari aku." sindir Sofyan sombong.
" Jaga ucapanmu! Aku hidup bukan dari uangmu atau uang harammu!" teriak Perempuan itu.
" Lidya! Diam!"
" Aku tau kamu masih menipu semua gadis - gadis itu. Kamu menggunakan jabatanmu dan pekerjaanmu sebagai senjata agar mendapat uang dari mereka. Begitukah?" kata Perempuan itu dengan emosi.
" Apapun yang aku lakukan! Itu urusanku!" bentak Sofyan kemudian melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Flasback.
Sofyan Pov
Aku melihat seorang gadis berparas polos di semarang waktu itu. Iqbal yang memperkenalkan aku padanya. Sepintas pikiran picikku mulai bergeming. Apa aku harus menipu gadis ini? Ah...mungkin susah. Atau akan menjadi gampang.
Setelah pertemuan itu. Aku berusaha mencari tipe cowok yang dia suka dari Iqbal yang jelas Iqbal lebih tau. Iqbal hanya memberitahuku jika ia penyuka film korea dan drama-drama nya. Its easy. Aku akan menjadi cuek untuknya. Dan that its. Dia pun percaya dan masuk ke pancinganku.
Yah...aku mengaku padanya jika aku duda di tinggal mati. Padahal istriku masih hidup. Iqbal pun juga tak tahu itu. Sementara Melva. Ia hanya aku jadikan sebagai alat membantuku menipu para wanita itu.
Terlihat jahat sih. Tapi itulah kenyataannya. Aku tak sebaik yang di fikir orang kebanyakan.
Seperti halnya hari ini. Aku sedang berada di caffe bersama seorang wanita lain. Aku tidak pernah jatuh cinta dan tidak akan jatuh cinta. Dulu dengan mantan istri aku menikah juga karena terpaksa. Atas dasar perjodohan. Dan kemudian kami bercerai. Itu pun kesalahanku. Karena aku masih suka bermain dengan wanita lain. Oh...aku belum resmi bercerai. Kami masih sidang pertama dan belum lanjut lagi. Tapi kami sudah pisah rumah.
Jadi...inilah sebenarnya diriku yang tak diketahui oleh banyak orang. Bahkan oleh saudaraku sendiri atau oleh Vitria wulan. Aku pun tak peduli dengan hal itu.
Author pov.
Semarang
Caffe stiek.Wulan duduk bersama Iqbal di meja itu. Kali ini Iqbal tak mengajak pacarnya. Di meja mereka hanya tersedia dua gelas jus coklat dan kentang goreng. Sesekali Wulan terdiam dalam pandangan kosong. Sementara Iqbal hanya menatap Wulan dengan heran. Sesekali Iqbal mengibaskan tangannya tepat di depan wajah Wulan.
" Ada apa sih?" tanya Iqbal curiga.
" Oh. Gak kok." Jawab Wulan singkat.
" Jujur deh. Kenapa?" Iqbal curiga.
" Eh, Bal. Kamu ngerasa aneh ga sih sama sepupumu itu? Ga tau kenapa kok aku ngerasa aneh ya." ucap Wulan dengan sedikit bingung.
" Aneh gimana? Ah...palingan itu perasaan sukamu aja sih." Ledek Iqbal.
" Ah kamu tuh. Ga itu maksutku. Aku tuh ngerasa ada yang ganjel aja." Wulan sedikit cemas.
" Gini aja. Besok aku akan cari tau tentang dia lebih banyak. Walau pun dia sepupuku tapi jujur aku pun juga ga tau banyak soal dia. Udah sekarang kamu tenang." Ucap Iqbal dengan tersenyum hangat.
Di sisi lain seorang pemuda dengan tinggi sekitar 179 cm. Rambut hitam cepak. Kulit tak terlalu putih dan tak hitam. Mengenakan jas warna abu-abu dan balutan celana jins pensil. Pemuda itu melintasi meja Wulan dengan langkah santainya. Hanya beberapa detik pemuda itu menatap Wulan. Beberapa detik itu seakan slow motion. Begitu pun dengan Wulan. Lalu berlalu begitu saja. Pertemuan pertama mereka yang tanpa mereka sadari.
---------------------bersambung-------------------
Maaf ya jarang update.
Hehehehe
Thanks for reading.
😘😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Get Married!! (Not Wedding With U 2)
RomansaAku adalah seorang gadis biasa saja. Cantik?? Tidak.... Aku tidak cantik. Tinggi? Tidak juga. Aku gadis biasa dengan tinggi 157 cm. Badanku standart. Gak modis. Aku suka berpakaian simple dan gak neko-neko. Tapi anehnya... Banyak pria yang mendekati...