Part 17

106 6 0
                                    

Wulan POV

Mencintai seseorang bukanlah suatu kemudahan. Cinta bukanlah soal memilih tapi menemukan yang tepat. Mungkin, pria yang menciumku ini yang aku pilih ini bisa jadi tak tepat untukku. Mungkin, ada pria dari yang tak aku pilih tapi ia tepat untukku. Tapi entah kenapa aku terdiam dan bungkam. Ia menjamah bibirku dan aku bungkam. Bahkan ia menjamah bibir ini di hadapan semua pria yang sedang mendekatiku. Tapi aku bungkam. Ia kemudian melepaskannya dengan perlahan. Aku masih terdiam. Ku buka mataku perlahan karena tadi sempat terpejam karena ciuman itu.

" Mulai sekarang, dia sudah aku stempel." ucap Aldi dengan menatapku usai menjamah bibirku.

" Apa ini?" ucapku pelan dengan menatap matanya yang masih menatapku tajam.

" Itu adalah lamaranku. Bukan lamaran yang seperti dulu. Sekarang aku melamarmu dengan apa adanya aku. Menikahlah denganku!" ucapnya dengan tersenyum sinis.

Aku terdiam tersentak mendengar lamarannya itu. Ini bukan pertama kalinya aku mendengar soal lamaran. Namun entah kenapa kali ini sangat tersentak di hatiku. Seperti ada sesuatu hal yang mengganjal. Aku bahagia mendengar lamarannya itu. Namun di sisi lain aku masih ragu dengannya. Hati ini belum sepenuhnya terisi.

" A-ak-ak-akku perlu waktu." Jawabku sedikit terbata kemudian melangkah meninggalkan tempat itu.

Terlihat Zaky dan Sani yang hanya terdiam menatapku.

Author pov

Joe yang menatap Wulan dari kejauhan langsung menghampirinya. Ia menghadang Wulan yang melangkah tak memperhatikan jalan.

" Jika kamu butuh sandaran, maka bersandarlah di bahuku. Kalau itu belum cukup, setidaknya ceritakan padaku apa yang ada di benakmu." kata Joe sambil menggenggam lengan Wulan.

" Yang aku butuhkan hanya waktu. Aku hanya butuh waktu untuk mengerti hatiku ini. " Ucap Wulan sembari menapik tangan Joe.

" Waktu tak akan berarti jika kamu masih stak di situ saja. Kamu tau? Kamu seperti sebuah pohon yang memiliki banyak cabang tapi kamu tak bisa tahu cabang mana yang akan berbunga dan cabang mana yang akan berbuah." Seru Joe sedikit kesal.

" Tapi bisa saja pohon itu tak akan berbunga dan tak berbuah. Bisa saja itu hanya pohon yang hanya memiliki daun. Ngerti!" Jawab Wulan dengan nada tinggi.

" Walau pohon hanya tumbuh daun hijau, dia tetap pohon yang memiliki cabang. Tapi setiap cabang itu kamu tak akan pernah tahu mana yang rapuh dan mana yang kokoh lalu menjadi lebat. Cobalah mengerti. " ucap Joe kemudian melangkah pergi melewati Wulan.

Wulan menghela nafas menahan kesal. Ia berbalik sejenak menatap Joe yang melangkah pergi. Seperti ada keraguan dalam hatinya lagi. Ia seperti ingin memanggilnya namun ia hanya terdiam kemudian melangkah pergi ke arah yang berlawanan.

Sementara Radit masih berdiri dan memperhatikan keduanya.

Appartemen Risa.

Risa terdiam di atas ranjangnya. Ia hanya duduk bersandar dengan tatapan kosong. Sementara terlihat lantai kamarnya berserakan foto Aldi, Zaky dan Wulan yang telah di sobek-sobek. Beberapa ada yang di bakar.

Risa yang hanya mengenakan baju tidur dress tanpa lengan, ia terdiam kaku di atas ranjangnya. Beberapa kali ponselnya yang ia letakkan di atas meja terlihat menyala dan bergetar tanpa ada suara musik. Terlihat nama Radit yang memanggil. Tapi itu tak dianggapnya. Ia membiarkan ponsel itu terus bergetar.

Appartement Aldi.

Teras kamar.

Sani berdiri sana dengan tatapan kosong menatap langit. Tanpa ia sadari ia memikirkan adegan ciuman itu.

Kamar Joe.

Joe duduk di soffa kamarnya. Ia terlihat memejamkan matanya namun ia tak tidur. Bahkan fikirannya melayang memikirkan ciuman itu dan obrolannya dengan Wulan.

Kamar Zaky.

Zaky terlihat merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya namun dengan pandangan kosong. Fikirannya melayang ketika ia meminta Wulan memilih Sani namun mendadak Aldi datang dan mencium gadis itu.

Kamar Radit.

Radit duduk di dekat jendela kamarnya. Ia melihat keluar jendela yang sudah mulai gelap. Namun fikirannya juga melayang ketika Wulan menemukan cicin itu lalu bersambung ke suasana saat Aldi mendadak mencium gadis itu dan melamarnya. Radit pun tersenyum sinis mengingatnya.

Kepagian harinya...

Aya mengetuk-ngetuk pintu kamar Wulan namun tak ada tanggapan dari dalam.

" Wulan! vitria Wulan!" teriak Aya memanggil sahabatnya itu.

" Apa dia masih tidur ya?" fikir Aya yang kemudian mencoba memegang ganggang pintu.

Klekk
Suara pintu yang dengan mudahnya di buka.

" Tumben ga dikunci." Batin Aya yang langsung nyelonong masuk kedalam.

Aya melihat seisi kamar yang ternyata hanyabada kehampaan. Ia bahkan tak melihat Wulan di atas ranjang atau di manapun. Aya pun langsung membuka almari pakaian untuk memastikan sesuatu. Tapi almari itu kosong. Tak ada koper atau pun baju di sana.

Aya langsung berlari keluar kamar dengan wajah yang panik.

Ruang makan.

Semua pria-pria itu berkumpul di ruang makan. Mereka duduk dan menunggu sarapan yang di hidangkan oleh para pramusaji. Wajah mereka tak ada terlihat senang. Bahkan terkesan sinis.

Aya mendadak berhenti dan berdiri dengan nafad sedikit ngos-ngosan.

" Ga-ga-gawat!" ucap Aya terbata-bata sambil menunjuk kamar Wulan.

" Ada apa?" tanya Aldi yang mulai panik.

Bahkan semua pria disana langsung berubah panik dan berdiri menatap Aya dengan serius.

" Cepat katakan!" seru Joe.

" Wulan pergi! Dia gak ada di kamarnya!" ucap Aya yang kemudian menghela nafas.

Tanpa berkata apa pun, pria-pria itu langsung saja bergegas pergi.

Airport bukit bintang.

Wulan duduk di kursi tunggu. Di sampingnya tertumpuk 2 koper besar miliknya. Ia hanya duduk sambil mengayunkan kakinya.

" Wulan!" teriak Joe yang mendadak datang dengan nafas ngos-ngosan setelah berlari.

Wulan menoleh ringan dan menatap Joe yang berjalan mendekatinya. Wulan pun berdiri dan menatapnya dengan sedikit takut karena tatapan Joe terlihat sangat tajam.

Sesampai Joe di hadapan Wulan, ia langsung memeluk Gadis itu dengan erat. Hanya beberapa saat Joe langsung melepaskannya. Kemudian Joe mengelus kedua pipi Gadis itu dengan menatapnya dalam-dalam.

" Aku gak bisa tahan lagi!" ucap Joe yang kemudian menjamah bibir Wulan.

Gadis itu melotot terkejut. Ia berusaha melepaskannya. Namun Joe terus menekan pipi Wulan hingga ia susah melepas bibirnya.

Wulan tak berhenti begitu saja. Ia pun langsung mendorong tubuh Joe dengan kuat.

Plakk
Satu tamparan melayang di pipi kanan Joe.

Saat itu Aldi tepat berhenti dan melihat Wulan. Perlahan Aldi mendekati Wulan hingga gadis itu pun malah melihatnya. Dengan melangkah sedikit cepat, Wulan mendekati Aldi.

" Kamu mau tau jawabanku? Nikahi aku secepatnya! Karena aku sudah muak dengan hatiku yang terus-terusan bimbang. Tolong yakinkan hatiku untuk memilihmu." Ucap Wulan yang kemudian langsung mengecup bibir Aldi.

Aldi pun tersenyum renyah. Ia pun langsung menarik tubuh Wulan dan langsung menjamah bibir Wulan dengan erat.

------------------bersambung---------------------
Haduhhh...
Maaf ya genk.
Jarang upload...
Soalnya kemarin ke jkt buat traveling cinta. Hahah
Besok deh aku kasih cintanya.
6 hari di jakarta mencari cinta sejati.hahahah.
Oh ya..maaf lahir batin ya.
Maaf klo ada salah2.
Muachhhh






Lets Get Married!! (Not Wedding With U 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang