part 7

190 12 0
                                    

Beberapa bulan yang lalu.

Author POV

Aldi dan Radit duduk bersebelahan di sebuah bar. Meski mereka hanya menikmati orange jus soda non alkohol namun mereka terlihat akrab di meja itu.

" Hubunganku dan Wulan akhirnya selesai." ucap Aldi dengan lemas.

" Kamu nyerah?" seru Radit melotot.

" Bukan nyerah. Tapi semakin aku kejar semakin masalah datang. Belum lagi banyak pria di sekeliling gadis itu." keluh Aldi pasrah.

" Cemen amat sih. Harusnya kamu tuh bertahan." sindir Radit.

" Ini ga semudah seperti kelihatannya.  Aku harus menikahi Risa. Itu semua juga demi Wulan. " kata Aldi dengan mata berkaca-kaca.

" Aku makin penasaran dengan gadis bernama Wulan itu. Apa dia sangat cantik sampai semua pria mengejarnya?" tanya Radit curiga.

" Tidak...dia bahkan tidak cantik. Dia juga tak tinggi bak model. Dia biasa saja. Penampilannya sederhana. Dia lebih suka mengenakan pakaian santai dengan sepatu kets. Dia tidak tomboy. Tapi dia sangat simple. Dia bisa berteman dengan siapa pun. Dia lucu dan apa adanya. Aku yakin, siapa pun yang mengenalnya juga akan jatuh hati dengan gadis itu." kata Aldi sambil sesekali membayangkan.

Radit terdiam dan hanya sedikit tersenyum mendengar ucapan Aldi.

Sekarang...

Radit terus menatap Wulan sambil tersenyum renyah memperhatikannya.

"kenapa liat-liat!" bentak Wulan kesal.

" Jadi itu kamu. Pantas saja!" ucap Radit lalu tersenyum lagi.

" Gila ya! Senyum-senyum sendiri!" sindir Wulan sambil membersihan noda di sekitar bibirnya.

Pria menepuk tangannya seakan memanggil seseorang. Tak lama kemudian seorang pria berjas rapi datang.

" Ada apa tuan?" tanya pria berjas itu.

" Ambilkan jaketku di mobil!" perintah Radit.

Pria berjas itu langsung menurut saja. Tak lama kemudian pria itu datang dengan membawa satu jaket sporty warna hitam tanpa resleting. Pria itu langsung menyerahkannya pada Radit. Lalu Radit menyerahkannya pada Wulan.

" Pakai ini dulu!" ucap Radit lalu melangkah pergi.

Wulan hanya melotot kesal menatap pria songong itu. Sementara Iqbal dan Vita hanya nyengir menertawakan Wulan.

Kamar mandi cew.

Wulan keluar dari satu bilik lalu melangkah ke sebuah cermin besar di toilet itu. Ia sudah mengenakan jaket sporty hitam milik Radit. Sedikit kebesaran di badan gadis itu. Lengan bajunya sampai menutupi jemari gadis itu.

" Ah...ini kayak orang-orangan sawah." keluhnya sambil menarik lengan jaketnya sampai ke siku tangannya.

" Begini lebih baik." ucapnya kemudian bercermin.

" Firasatku berkata ini akan jadi buruk...ah. Gak boleh. Ini gak boleh keulang. Mulai sekarang aku harus bersikap cuek sama cowok-cowok. Biar mereka gak baper lagi. Hati - hati Wulan. Kamu harus hati." ucapnya pada diri sendiri.

Wulan langsung keluar dari toilet dan berjalan santai keluar dari caffe itu. Sementara Iqbal dan Vita memang sudah meninggalkan Caffe sedari tadi. Wulan berjalan sendiri menuju tempat parkir motor. Selangkah dua langkah tiga langkah.

" Ini pertemuan ke dua kita." teriak seorang pria dari belakang gadis itu.

Wulan ragu-ragu menoleh dan lada akhirnya ia menoleh dengan perlahan. Matanya melotot menatap pria berjas nan mempesona itu.

" Hai... Akhirnya aku menemukanmu." ucap Pria itu dengan tersenyum lebar.

" Emm...Sani? Hai..." ucap Wulan dengan tersenyum terpaksa.

" Emmm...aku langsung aja. Mau buru-buru ngajar. Bye..." sambung Wulan dan segera lari menghindar.

Dengan langkah cepat Wulan menuju motornya.

" Aku harus menghindarinya. Atau hal-hal yang gak aku inginkan akan terulang lagi. Ini akan terulang lagi. Aku harus menghindar. Motorku mana motorku." ucap Wulan komat kamit sendiri.

Sementara pria bernama Sani itu terus mengikuti langkah Wulan.

" Sepertinya dia mengikutiku. Ah...aku ga mau ngasih harapan ke dia atau siapalah." ucap Wulan masih komat-kami sendiri.

Sampai di depan motornya. Mata Wulan melotot melihat ban motornya kempes.

" Apa-apaan ini! Hah ini sama sekali ga lucu!" keluh Wulan kecewa.

Sementara Sani hanya meringis memperhatikan tingkah gadis itu.

" Butuh tumpangan?" seru Sani sambil mendekati Wulan.

" Gak!" ucap Wulan sambil menuntun motornya.

Wulan melangkah Selangkah demi selangkah sambil menuntun motornya meticnya. Sementara Sani mengendarai Mobil dan mengikutinya dari belakang dengan kecepatan rendah.

" Ini kenapa gak ada bengkel sih!" keluh Wulan sambil mengusap keringatnya.

" Wulan!" terdengar sebuah teriakan memanggil nama itu.

Wulan terdiam. Tengok kanan kiri mencari asal suara.

Dan

Stttt
Seseorang memeluk Wulan dari belakang. Wulan melotot terkejut begitu pun Sani yang menyaksikan kejadian itu.

" Siapa pria itu?" tanya Sani penasaran.

Wulan melepas paksa rangkulan itu dan menoleh menatap siapa yang memeluknya. Matanya melotot menatap pria itu.

" Joenathan!! Joe!! Bentar -bentar, mana Selvi?" tanya Wulan dengan sedikit terkejut.

" Selvi? Aku dah lama putus. Lagian aku gak bisa memaksakan hati buat pacaran dengan orang yang gak aku cintai." jawab Joe dengan semringah.

" Oh ya...motor kenapa?" sambung Joe sambil memperhatikan Motor Wulan.

" Noh kempes atau bocor entahlah..." keluh Wulan dengan cemberut.

" Tenang... " ucap Joe sambil menelfon seseorang sejenak.

" Kita tunggu bentar." kata Joe santai sambil menatap Wulan.

Tak lama kemudian 2 orang pria berseragam bengkel datang.

" Bawa ini motor. Nanti antarkan ke alamat yang saya Sms kan tadi." ucap Joe sambil menggeret Wulan masuk kedalam mobilnya.

Wulan hanya menurut tanpa melakukan penolakan. Sementara Sani hanya menatapnya penuh dengan tanya.

" Ternyata gadis itu bukan gadis biasa." keluh Sani sambil menatap Mobil yang membawa Wulan pergi menjauh.

------------------bersambung---------------------
Thanks guys...
Jangan lupa vote
Coment
Follow
Maaf ya kalau ada kesalahan.
See u

Lets Get Married!! (Not Wedding With U 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang