part 1

502 26 0
                                    

Sofyan POV

Menjadi duda bukanlah pilihanku. Aku tak pernah memilih menjadi duda dengan seorang anak gadis berusia 5 tahun kala itu. Sekarang gadis itu berusia 8 tahun. Hidup sendiri selama 3 tahun dan tanpa seorang yang mendukung membuatku frustasi. Tapi aku juga tak bisa jatuh cinta untuk kedua kalinya setelah dengan mendiang istriku. Mana mungkin aku jatuh cinta lagi? Tapi aku juga tak ingin sendiri terus menerus. Apa lagi anakku membutuhkan seorang ibu untuk menemaninya. Tak mungkin ia terus di urus oleh seorang pengasuh.

Aku harus mencari ibu untuk anakku dan istri pengganti.

Setelah aku melihat Vitri kemarin, aku belum jatuh cinta padanya. Aku hanya melihatnya sebagai seorang wanita yang kesepian sama seperti diriku. Aku juga melihat matanya sejenak. Sungguh, aku tak melihat kepura-puraan di sana. Dia polos dan apa adanya.

Di malam harinya. Aku beranikan diri untuk menginvite pin bb nya. Sungguh memalukan. Aku sudah tak muda lagi untuk bertindak seperti ini.

Ah...
Aku yakin dia berfikir aku kuno dan kaku atau cuek. Tapi ini karena aku canggung. Aku tak tahu harus bagaimana memulainya.

2 hari kemudian.

Aku beranikan diri untuk memintanya serius denganku. Ah...ini kedengaran lebih gila. Aku baru mengenalnya dan bodohnya aku meminta hal seperti ini. Apa yang aku lakukan? Tapi hebatnya dia mau menerimaku. Ah...tapi aku juga tak tahu harus melakukan apa lagi setelah ini. Pacaran ala anak muda pun aku sudah tak tahu. Bagaimana caranya aku memperlakukannya? Pasti dia akan berfikir aku norak.

Karena aku tak bisa memulai pembicaraan maka aku tak bisa mengirimi chat duluan. Tapi setiap kali dia mengirimi aku Chat. Aku merasa canggung dan bingung harus membalasnya seperti apa. Bahkan aku sampai membiarkannya beberapa jam hanya untuk berfikir membalas chat itu. Padahal gadis itu hanya menanyai " Sibukkah?" tapi aku seolah menjadi sok sibuk. Padahal aku hanya bingung membalasnya apa.

Tapi perlu diketahui jika hatiku ini belum sepenuhnya terbuka. Bayang-bayang mendiang istriku masih terngiang jelas. Tapi...mungkinkah aku akan membukanya dengan gadis itu?

Vitri/Wulan POV

Aku tidur terlentang di atas ranjangku. Sesekali menatap ponselku lalu meletakkannya lagi. Seakan menanti sesuatu yang mustahil.

"Ah...pria itu mengajakku untuk serius. Tapi sekalipun ia tak pernah bersikap romantis. Chat yang ia kirim sangat flat dan kaku." keluhku kesal.

" Jangan sebut aku Wulan Vitria kalau aku ga bisa naklukin kamu. Hah!" kataku lagi dengan nada kesal.

Tak lama kemudian sebuah pesan masuk. Terdengar bunyi beep dari ponselku. Cepat-cepat ku ambil ponselku dan segera membukanya. Sebuah pesan dari pria itu. Sofyan.

Lg apa
Sebuah chat/pesan tanpa tanda tanya,tanda titik dan sangat singkat padat jelas.

Aku menatap ponselku. Wajahku penuh keheranan membaca lesan singkat dan aneh itu.

" Dia benar-benar super duper cuek atau dia malas ngetik ya? Hah...trus kenapa dia ngajakin aku serius kalau dia memperlakukanku secuek ini?" ucapku ngomel sendiri.

Antara ingin membalas atau tidak. Aku terus memegang ponselku dengan kebimbangan.

Hahhhh.
Aku menghela nafas panjang.
Tanganku mulai mengetik ringan.

Nothing. Santai aja
Ku balas dengan sedikit keraguan.

Dia tak langsung membalas chatku. Semenit. Dua menit. 15 menit. Setengah jam. Sejam. Sejam setengah. Dan pada akhirnya 2 jam.

Udh mkn
Balasnya yang masih saja singkat padat jelas.

Arrggghhhhhh!
Teriakku dalam kamar dengan nada frustasi.

"Orang ini benar-benar membuatku naik darah! Ah...apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu membuatku nampak seperti orang gila yang penasaran denganmu. "Kataku mengomel sendiri dengan ponsel itu.

Udh, tadi. Situ?
Balasku dengan menahan amarah. Aku mencoba bersikap santai dan berharap ia akan membalasnya dengan sedikit panjang.

Udh
Balasnya yang langsung cepat. Tapi hanya berisikan 3 huruf tanpa titik dan flat.

"Pesan apa ini!!!!! Orang ini benar-benar membuatku kesal!!!"teriakku memarahi ponsel itu.

Aku beranikan mengetik sesuatu padanya.
Kapan balik ke Medan?

Seperti biasa. Ia tak langsung membalasnya. Semenit. 2 menit. Setengah jam. Sejam. Dan akhirnya.

Udh pulang syng
Aku sedikit tersenyum membaca kata terakhirnya. Untuk pertama kalinya ia memanggilku dengan sebutan sayang.

" Aku ga salah bacakan? Ini dia manggil aku sayangkan? Eh tumben? Ah...yang bener ini?" kataku tak percaya sambil terus menatap layar ponsel dengan senyam-senyum sendiri.

"Akhirnya setelah 4 hari jadian, dia manggil aku dengan sebutan sayang." imbuhku yang masih terpesona sambil mencium ponselku. Mirip kayak orang gila.

Sofyan POV

Mengetik kata sayang membuat tanganku merinding. Tapi entah kenapa bibirku sedikit tersenyum. Ini sudah 3 tahun aku tak sebahagia ini. Hatiku seakan merasa kehangatan dan seperti merinding campur aduk.

" Apa dia juga deg-deg-kan sama kayak aku ya?" aku bicara sendiri dengan nada gugup.

"Seketika badanku menjadi panas dingin gini." ucapku sambil bersikap seperti gerogi.

Author Pov

" Ayah kenapa?" tanya Melva mendekati ayahnya yang berdiri dibalkon rumahnya tapi nampak seperti cacing kepanasan. Lompat-lompat ga jelas.

Sofyan langsung bersikap cool dan menatap putri kecilnya.

" Kenapa apanya nak?" tanya Sofyan mencoba bersikap biasa.

" Itu tadi lompat-lompat ga jelas."sindir Gadis kecil itu polos.

"Oh itu...tadi olah raga bentar. Ayahkan lama ga olah raga nak."elakknya.

" Ayah mau masak dulu. Kamu mau makan apa?" Sofyan langsung mengalihkan pembicaraan.

" Apa aja asal jangan gosong lagi." jawab Melva singkat kemudian melangkah pergi.

" Anak itu meledek masakan ayahnya!" katanya Lirih.

"Itu ga gosong! Tapi variasi nak! Variasi!" teriak Sofyan tapi tak di gubris Melva.

Meja makan.

Melva menunggu di meja makan. Kedua tangannya sudah siap memegang garpu dan sendok. Lalu Sofyan datang membawa dua piring nasi goreng lengkap dengan ayam gorengnya. Ia menghidangkannya di depan Melva.

"Selamat makan nyonya muda!" ucap Sofyan mempersilahkan anaknya kemudian ia juga duduk di depan Melva dan mulai menatap makannya sendiri.

Melva melihat ayam goreng dan nasi goreng buatan ayahnya. Semuanya terlihat aneh. Nasi goreng yang masih terlihat agak putih. Ayam yang tetlihat masih mentah. Melva mencoba mengicipi nasi gorengnya. Satu sendok makan ia suapkan di mulutnya.

"Enakkan nak?"tanya Sofyan ragu-ragu.

Wlekkkk.
Melva langsung memutahkan nasi goreng di mulutnya.

" Asin Yah. Ini garam berapa kilo sih." keluh Melva.

"Masak sih."kata Sofyan tak terima kemudian mengicipinya sendiri. Lalu ia merasa keasinan dan memuntahkannya.

"Kita makan di luar aja."katanya yang kemudian menggeret lengan Melva.

"Ga usah Ayah. Aku ga mau makan di luar. Aku cuma mau Mama baru aja. Biar dia bisa masak buat aku dan Ayah. Biar jagain ayah dan aku. Karena aku masih kecil ayah. Aku ga bisa jagain ayah." ucap Melva sembari menatap Ayahnya.

Sofyan terdiam. Ia menatap wajah anaknya yang masih polos. Perlahan tangannya membelai wajah anaknya dan langsung memeluknya erat.

" Pasti nak. Pasti." kata Sofyan dalam pelukan itu.

--------------------bersambung------------------
Vote
Coment
Follow
Thanks for reading





Lets Get Married!! (Not Wedding With U 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang