Aldi memasuki pintu masuk pernikahan Aya. Tepat di belakangnya 3 pria yang cukup tampan mengikuti langkahnya, Joe, Sani dan Radit. 4 pria itu berjalan bak model dan dengan kerlipan cahaya juga slowmotion. Semua memandangnya dengan takjub dan tersihir kerena ketampanan mereka.
Sementara Wulan kelabaan, ia mondar-mondir di depan Aya dan Adit dengan ekspresi tegang. Aya dan Adit hanya mengamatinya.
" Aku harus sembunyi. Kalau mereka sampai tahu aku di sini, itu akan runyam. " Ucap Wulan komat-kamit.
" Yang paling terpenting aku harus menghindar dari Joe , yah walau pun dia sahabatku. Tapi saat ini aku harus menghindar. Lalu Radit dan Sani? Mereka jangan sampai ngeliat aku." katanya Komat-kamit lagi sambil berjalan mondar-mandir.
" Kenapa hanya mereka bertiga? Kamu ga takut sama Aldi?" tanya Aya enteng.
" Buat apa aku menghindar. Lagian dia juga akan merried sama Risa kan?" jawab Wulan enteng.
" Mereka sudah membatalkan pernikahan. Risa yang batalin. Bahkan sekarang Risa sudah pindah ke London." ucap Adit enteng.
" Weeee?" kata Wulan dan Aya bersamaan dengan mata melotot menatap Adit.
" Ini lebih parah dari dugaanku." seru Aya dengan nada melemas.
" Aku akan pergi dari sini dengan diam-diam." kata Wulan yang kemudian langsung melepas sepatu helsnya dan segera menentengnya.
Ia berjalan mengedap-ngedap menuju pintu keluar. Selangkah demi selangkah. Ia hanya menunduk dan memperhatikan langkah kakinya. Sesekali ia menoleh kanan dan kiri memastikan keadaan. Selangkah demi selangkah. Dan,
Brukkk
Wulan menabrak seseorang di depannya." Maaf...aku gak sengaja." ucap Wulan tanpa mendongak menatap pria berjas putih itu.
Wulan langsung menatap sepatu yang di kenakan pria itu dan perlahan mendongak dengan penuh ketakutan.
" Jangan-jangan dia...." batinnya berkecamuk.
" Gimana kabarmu?" tanya pria itu ringan.
" Aldi!" Ucap Wulan dengan mata melotot melihat pria di hadapannya itu.
Seorang pramusaji tepat di belakang Wulan tak sengaja tersendung hingga nampannya melayang dan terbang di atas kepala Wulan. Aldi menatap nampan itu, lalu ia langsung menarik lengan Wulan dan memeluk gadis itu.
Brukkk
Suara nampan menggema jatuh tepat di belakang Wulan.Semua tamu menoleh menatap Aldi dan Wulan yang berpelukan di tengah red karpet dan di hadapan semua tamu. Keduanya saling tatap dan terlihat serius. Sementara Joe, Radit dan Sani memperhatikan mereka dari 3 tempat tak jauh dari sana. Wulan langsung mendorong tubuh Aldi. Namun dia malah terpeleset kebelakang. Radit yang ada di dekat sana langsung menangkap tubuh Wulan. Radit menopang punggung Wulan dan menatap mata Gadis itu. Wulan pun juga menatap mata pria berjas hitam dengan dalaman kaos biasa itu. Aldi melotot menatap mereka. Terlihat bibirnya sedikit tersenyum sengit.
Radit mengingat perkataannya kemarin.
" Dia bukan tipe idealku. Aku gak akan menyukainya."
Spontan Radit langsung melepas rangkulan itu hingga tubuh Wulan terjatuh ke lantai.
" Maaf..."ucap Radit kemudian melangkah pergi menjauh. Terlihat mimik wajahnya seperti sedikit ragu.
" Assshhhhh..." keluh Wulan sambil mengelus pinggulnya lalu mencoba berdiri.
Sebuah tangan mengatung tepat di depan wajah Wulan. Ia mendongak menatap pria itu.
" Butuh bantuan?" ucap pria itu dengan tersenyum renyah.
" Sa-sa-sa-ni?" kata Wulan dengan nada terbata-bata.
Wulan meraih tangan itu dan perlahan berdiri.
Di sisi lain Joe berjalan cepat menuju ke mobilnya dan mengambil sepasang sandal flat. Setelah itu ia langaung berlari masuk ke dalam lagi. Ia menghampiri Wulan yang berdiri berhadapan dengan Sani. Dengan cepat Joe menggeret lengan Wulan dan menatapnya.
" Ada apa?" tanya Wulan dengan nada terkejut.
Tanpa berkata apa pun, Joe langsung berlutut di hadapan Wulan. Dengan lembut ia memakaikan Sandal ke kaki gadis itu.
" Jangan pergi kemana pun tanpa mengenakan alas kaki." ucap Joe sambil memakaikan sandal flat ke kaki gadis itu.
" Aku bawa hels...tapi aku lepas." jawab Wulan sambil menunjukan hels yang ada di tangannya.
Setelah selesai memakaikan Sandal, Joe berdiri dan mengelus kepala Wulan dengan lembut.
" Aku akan mengantarmu pulang." ucap Joe dengan lembut.
Wulan mengangguk tanpa ada perlawanan.
" Tunggu!" suara teriakan dari arah belakang.
Joe dan Wulan menoleh menatap ke sumber suara.
Terlihat Aldi yang berdiri di sana. Ia melepaskan jas putihnya lalu segera berjalan menghampiri Wulan dan memakaikan itu di bahu Wulan.
" Dress mu terlalu terbuka. Aku hanya berusaha membantu saja." katanya dengan tersenyum renyah.
Wulan membalas senyum itu kemudian melangkah pergi bersama Joe.
Rumah Wulan
Wulan duduk di depan cermin di dalam kamarnya. Ia melepas asesoris yang melekat di tubuhnya. Ia melihat bayangan dirinya di dalam cermin dengan sedikit melamun.
" Apa kelebihanmu sebenarnya? Kenapa pria-pria selalu mengacaukan perasaanmu? Kenapa mereka menyukaimu?" tanyanya pada bayangannya di cermin.
Sementara itu,
Radit berada di jalanan dengan mengendarai mobilnya. Sesekali ia teringat pada kejadian di pernikahan tadi. Ketika ia merangkul Wulan dengan tangannya untuk menyelamatkan gadis itu. Ia memandang tangannya dan tersenyum sendiri." Ini gak boleh. Ini gak boleh. Jangan fikirkan lagi!" ucapnya sambil sesekali memukul kepalanya.
Tak sengaja ia melihat seorang gadis yang berjalan dengan mengenakan dress merah dan sepatu kets serta ransel kecil di punggungnya.
" Gadis itu...." kata Radit terkejut ketika melintasinya.
Gadis itu memang Wulan. Ia hanya berjalan-jalan mencari udara segar.
" Ahhh...udah lama gak keluar jalan-jalan sendiri seperti ini." Ucap Wulan sambil menghela nafas.
Lalu ia melihat pakaiannya dan terkejut ketika baru sadar jika dirinya masih mengenakan dress tanpa lengan itu.
" Asshhhh...sial. Aku bahkan lupa ganti baju." Keluhnya berbicara sendiri.
Suara gemuruh terdengar jelas. Langit yang hitam tiba-tiba menelan bintang yang berarti mendung mulai datang.
Brusssss
Suara hujan yang mendadak mengguyur deras." Asshhh...sial!" teriak Wulan sambil menutup kepalanya dengan tangan dan tengok kanan kiri mencari tempat teduh. Tapi itu hanyalah pinggir jalan. Jauh dari halte bus. Yang ada hanya pepohonan yang tak terlalu rindang.
Terdengar suara langkah mendekat kearahnya. Terlihat jelas jika itu sepatu cowok. Wulan menatapnya dan perlahan mendongak. Pria itu melangkah mendekat dan berhenti di hadapan gadis itu sambil memegang payung berwarna hitam. Pria itu memayungi gadis itu dan tersenyum hangat menatapnya.
" Radit?" ucap Wulan terkejut menatap pria itu.
Radit hanya tersenyum menatap Wulan sambil terus memayungi gadis itu. Mereka berdiri berhadapan dan saling menatap serius. Hujan pun seakan menjadi hiasan pertemuan mereka.
---------------------bersambung-------------------
Vote ya guys
Coment juga
Thanks udh baca...
Muachhhh
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Get Married!! (Not Wedding With U 2)
RomanceAku adalah seorang gadis biasa saja. Cantik?? Tidak.... Aku tidak cantik. Tinggi? Tidak juga. Aku gadis biasa dengan tinggi 157 cm. Badanku standart. Gak modis. Aku suka berpakaian simple dan gak neko-neko. Tapi anehnya... Banyak pria yang mendekati...