< drunk >

3.9K 384 24
                                    

"[Name]-chan, apa kau mabuk?" tanya Dazai, yang khawatir melihat keadaanmu yang sudah tidak normal ketika kau meminum segelas sake untuk yang ke sembilan kalinya.

"Aku...?" jarimu menunjuk dirimu sendiri, tak lama kau tertawa dengan badanmu yang terhuyung kedepan--untung Dazai segera menangkapmu, "tidak apa-apa."

Dazai menatapmu tak yakin, ketika mendapati semburat merah tipis pada wajahmu.

"[Name]-chan ayo kita pulang," Dazai berusaha membopongmu yang langsung kau tepis tangannya.

"Aku tidak mabu- ikh," katamu.

"Dazai-san, kau harus segera membawanya pulang," Kunikida menatap khawatir padamu.

"Tak kusangka [Name]-chan bisa mabuk," Ranpo menggeser gelas yang ingin kau ambil.

"Baiklah [Name]-chan cukup minumnya," Dazai mengangkat tumbuhmu bak karung. Kau yang tak suka mencoba meronta, memukul bahkan mencakar punggung Dazai.

"[Name]-chan, diamlah."

Dazai berusaha membenarkan posisimu yang menggeser karena dirimu yang tak bisa diam.

"Turunkan aku Osamu~" rengekmu.

Dazai membeku sebentar di tempat, kala bibir mungilmu menyebut nama kecilnya. Osamu.

***

Dazai menurunkan tubuhmu yang sudah lemas perlahan di atas kasur.

Ketika kalian menaiki taksi, tak butuh waktu lama untuk dirimu tertidur dengan bersender pada bahu Dazai.

"[Name]-chan, tak kusangka kau mudah mabuk," gumamnya, kala melihatmu tertidur cukup nyenyak di kasur.

Dazai segera melepaskan sepatumu serta trench coat pemberiannya yang mirip dengam miliknya.

Ketika Dazai ingin melepaskan dasi yang melilit di lehermu, pergerakan tangannya terhenti dengan tangamu yang mencekram tangan Dazai kuat.

"Osamu~" panggilmu, kemudian dengan kuat kau tarik tangan Dazai. Membuat pria berambut coklat itu kehilangan keseimbangan dan jatuh menindihmu.

Tangannya yang kosong menopang tubuhnya agar tidak menempel pada tubuhmu.

Kau berusaha bangkit, dengan mendorong tubuhnya hingga terlentang.

Dan yang kau lakukan cukup membuat Dazai panik.

Kau melingkarkan lenganmu pada lehernya, dan dengan agresif, kau kecup leher Dazai yang setengah di balut perban itu.

Ketika Dazai berusaha mengangkat tubuhmu menjauh, kau dengan cepat menempelkan bibirmu pada bibirnya. Kau bahkan melumat bibir pria di 'dibawahmu' ini dengan nafsu.

"[Name]-chan berhentilah," Dazai memegang kedua pipimu, menahan agar kau tak kembali menciumnya dengan agresif.

"Osamu, aku ingin melakukannya sekarang," rengekmu.

Mungkin wajahmu di depannya kini bisa dibilang imut, tapi itu tetap tidak mengubah pilihan Dazai.

"Aku tidak ingin melakukannya saat kau mabuk," Dazai mengelus pipimu dengan lembut. Bibirnya tersenyum hangat padamu.

Kau terdiam sebentar, sebelum akhirnya cairan bening melesat keluar dari netramu.

"[Name]-chan, kenapa kau nangis," panik Dazai.

"Ha-habis... kalau aku tidak mabuk, aku akan malu," katamu. Jujur.

Oke, kau sekarang lebih imut dari pada Elize-chan yang mengerucutkan bibirnya.

Dazai mengelus pipimu perlahan, menyingkir sisa-sisa air mata yang masih tersisa di pipimu.

"Tenang saja, kau akan ku paksa," katanya dengan seringaian yang bisa membuat semua makhluk hawa meleleh.

Tangannya yang berada di pipimu berpindah memegang pinggangmu, sebelah tangannya lagi memegang kepalamu.

Kau menempelkan kepalamu tepat di dadanya, mendengar detak jantungnya yang berdetak agak cepat.

"Lagi pula [Name]-chan, aku harus lebih dominan," kata Dazai, yang membuatmu memerah dan memukul dadanya pelan.

"Jadi, kita tidak akan melakukannya saat kau mabuk," lanjutnya, yang kau setujui dengan anggukan kecil.

Dazai memiringkan badannya, membuat tubuhmu yang berada di atasnya terjatuh dikasur--masih dengan Dazai yang memelukmu.

"Untuk sekarang begini saja ya."

Kau kembali mengangguk.

"I love you Dazai," gumammu.

"I love you too [Name]."

***

D(r).ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang