< plan our future >

2.7K 288 18
                                    

Request by Yuki_Drowned

Child! Dazai x child! Reader

---

"Hey, siapa namamu?" tanyamu pada seorang bocah seumuran yang tengah berjongkok di kotak pasir.

Bocah itu menoleh dengan cepat, membuat maniknya membulat dan bulir air melesat dari pelipisnya. Sempat menggantung di dagu sebelum akhirnya terjatuh menyentuh pasir.

"Apa itu pisau? Dari mana kau dapatkan itu? Itu berbahaya, singkirkan itu!" pertanyaan dan sebuah seruan muncul bersamaan pada bibir kecilmu. Tanganmu terulur mencoba menepis pisau yang di genggam bocah itu.

"Jangan mendekat!" bocah itu bergerak menjauh, tanpa sadar pisau yang di genggamnya terayun dan mengenai kulit putihmu.

"Ma-maaf aku tidak bermaksud," bocah itu berlari kecil kearahmu, tangannya yang tergulung perban memegang tanganmu yang berdarah.

"Tidak apa-apa," katamu pelan. Dalam senyum yang kau berikan, kau mencoba menahan sakit di tangan.

"Sungguh aku tidak bermaksud-"

"Siapa namamu?" tanyamu.

Bocah itu melirikmu sebentar sebelum menjawab, "Dazai Osamu."

"Osamu-kun."

Dirinya sedikit terlonjak kaget, begitu mendengar suaramu memanggil nama kecilnya.

"Kenapa kau memegang pisau?"

Dazai kembali melirikmu dan memberikan senyuman kecil.

"Aku ingin bunuh diri."

Gantian dirimu yang terlonjak kaget, tanganmu yang lainnya memegang bahu Dazai dan sedikit mendorong tubuhnya.

"ITU BERBAHAYA KAU TAHU."

Dazai membulatkan matanya sebentar, sebelum tatapan dinginnya kembali.

"Lalu kenapa? Aku tidak memiliki arti hidup disini," jawabnya enteng.

Kau sedikit geram, dan kembali berseru padanya, "di luar sana masih banyak orang yang menginginkan kehidupan dan kau yang di berikan kehidupan ingin mengakhirinya begitu saja."

Maniknya menatapmu dengan dingin, bibirnya yang tadinya terangkat kini menjadi datar.

"Kalau begitu bisa kau berikan arti kehidupan untukku?"

Seringai tipis di berikannya, ia berpendapat bahwa gadis di depannya--dirimu--tidak akan mau memeberikan arti hidup pada orang yang baru di kenal.

"Kalau bagitu, kau ingin apa agar kau tetap hidup disini." jawaban tidak terduga keluar dari mulutmu.

Dazai terdiam sebentar dan tak lama kedua sudut bibirnya keatas, membuat sebuah presfektif seringai, "nanti saat sudah besar, kau harus jadi mempelaiku."

Kau terdiam. Membisu dengan semburat merah pada wajah.

"Tidak bi-"

"Baiklah. Saat sudah besar aku akan jadi istrimu," kau menjawab dengan mantap, walau pipimu memerah kau dapat tersenyum lembut pada bocah di depanmu.

Jawabanmu yang tidak terduga membuat bocah berambut cokelat acak itu membeku di tempat. Wajah putihnya memerah mendengar jawaban spontan yang kau keluarkan.

Jika dirinya adalah seseorang yang cengeng, dapat dipastikan air mata akan jatuh dari manik hazelnya.

Setidaknya dirinya tahu, jika di dunia ini ada yang peduli pada kehidupannya. Peduli pada dirinya.

"Kau janji?" Dazai menyodorkan jari kelingking, tanda perjanjian yang biasa di lakukan bocah seumurannya.

Kau tersenyum kecil, seraya membalas jari kelingkingnya.

"Aku janji."

***

D(r).ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang