< childlish >

3.1K 339 42
                                    

Request by : Yuki_Drowned

Spoiled! Husband! Dazai × wife! Reader

---

Kata-kata manis memang sering keluar dari bibirnya.

Sosoknya yang gagah menjadi topeng pertamanya, sifat konyolnya akan menjadi topeng keduanya.

Namun, jika bersamamu ia akan jujur. Melepas segala topeng yang di kenakan dan menunjukkan wajah aslinya (baca : Sifat aslinya).

"[Name]-chan, apa yang kau masak hari ini?" merasakan sebuah tangan setengah di perban memelukmu, membuatmu mengalihkan perhatian dari kompor.

"Hari ini kita makan kari," jawabmu.

"Aku tidak sabar ingin masak masakan waifuku," ucapnya seraya mengecup tengukmu.

Kegiatannya tidak berhenti disana. Dazai terus melakukannya, mencium, mengecup, atau bahkan menghisap yang meninggalkan bekas kemerahan di leher jenjangmu.

"Da-Dazai apa yang kau lakukan?" mencoba membuat wajahnya menjauh dengan mendorong wajahnya, perbuatanmu malah membuatnya semakin mengerat pelukannya padamu.

"Memakan makanan pembuka," jawabnya, tanpa menghentikan kegiatannya pada tengukmu.

"Dazai, jika kau tidak ada kerjaan lebih baik bantu aku membersihkan kamar atau kau tidak akan makan," katamu seraya berusaha mendorong kepala Dazai menjauh dari tengukmu.

"Buu... [Name]-chan jahat!" jawabnya. Kau merasakan pelukannya pada pinggangmu melonggar, dan mendengar langkah kaki yang menjauh.

---

"Dazai makanan sudah siap," serumu dari dapur seraya meletakkan piring dan gelas yang akan kalian gunakan.

Sayup-sayup kau mendengar derapan langkah kaki. Tak lama Dazai muncul dengan berlari dan wajahnya terngah-engah.

"Akhirnya!" serunya.

Tanpa menunggu dirimu duduk, ia duduk di kursi duluan. Kau mengambilkan sepiring nasi berisi kari padanya.

"[Name]-chan," Dazai memanggilmu dengan jarinya yang menunjuk mulutnya yang terbuka.

Kau memiringkan kepala tanda dirimu bingung.

"Suapi aku."

"Dazai, aku tidak punya waktu untuk itu."

"[Name]-chan harus suapi aku," rengeknya.

Dirimu menghela nafas panjang, terkadang terlintas di benakmu kenapa menikahinya. Atau bahkan kau lupa bagaimana bisa menikah dengan pria yang selal bersikap manja padamu ini.

Melihatmu diam tak merespon, ia mulai bersuara lagi, "jika tidak..."

Ucapannya tergantung dengan sengaja, membuat dirimu penasaran.

Melihat ekspresi Dazai yang berubah--menjadi senyum seringai--kau dapat menebak ucapan yang akan di keluarkan selanjutnya.

"Aku akan makan..."

"Baiklah," potongmu dengan nada pasrah. Lelah menghadapi Dazai yang terlalu childlish.

Kau mengambik sendok dari piringnya, berserta nasi dan kari di atas sendok.

Mengarahkan ujung sendok ke arah mulut Dazai, kau tidak mendapati tanda-tanda suamimu akan membuka mulut.

"Suapi pakai mulut."

Kerutan perempat tampak jelas di wajahmu.

"Dazai, lebih baik kau tidak usah makan."

---

Mengangkat piring yang telah bersih, dirimu membawa piring itu ke dapur. Dazai yang baru saja selesai makan menepuk-nepuk perutnya.

"Dazai, sekarang bisakah kau mandi?" katamu dari dapur. Tanpa menyadari sepasang kaki tengah mendekat ke arahmu.

Diam tak ada respon. Kau mulai membuka keran, sampai merasakan sebuah tangan meraih ujung bajumu dan menariknya ke atas.

"Mandiin," kata Dazai seraya mengecup singkat pipimu.

"DAZAI!"

***

D(r).ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang