Suara tembakan menghiasi tempatmu berdiri.
Kilatan dari machine gun menjadi pencahayaan di ruangan yang gelap ini.
Berdiri di antara benda kecil yang saling menyerang, tak membuat dirimu takut akan kematian yang akan menjemput.
Rasa frustasi karena dia pergi, meninggalkan berbagai masalah untukmu, membuatmu haus untuk membunuh.
Kau hanya bisa menuruti perintah bos, saat dirimu di tunjuk menjadi anggota ekskutif menggantikan seseorang yang menghilang seperti angin.
"Bunuh mereka semua." suara yang seharusnya nyaring kini menjadi berat.
Tak ada perlakuan istimewa atau toleransi jika sudah membuat masalah denganmu. Semua akan kau bunuh.
Menatap dingin pada tumpukan mayat yang telah dingin, kau mendapati salah satu dari mereka bergerak.
Tangamu mengambil pistol yang terselip di mantelmu, mengarahkan ujung pistol ke arah seorang pria. Kau menarik pelatuk hingga berbunyi tembakan sebanyak 3x.
Pistolmu kini mengeluarkan asap. Mengeluarkan sebuah kain bersih, dirimu mulai membersihkan pistol yang habis kau gunakan sebelum memasukkannya kembali ke dalam mantel.
Tap tap tap...
Fokus teralihkan, begitu mendengar langkah kaki mendekat di sertai tepukan tangan dengan tempo lambat.
"Kau sudah berubah [Name]-chan."
Manikmu memincing, kembali mengeluarkan pistol dan mengarahkannya kepada orang yang kini tidak jauh berdiri di hadapanmu.
"Mau apa kesini?"
"Hanya mencari sesuatu yang menarik. tapi yang kudapati adalah mantan anak buahku yang sudah menjadi buas."
Pria berambut coklat berantakan itu berjalan, mendekati salah satu mayat.
"[Name]-chan, ku beri kau saran. Lari sekarang."
Menurunkan kewaspadaan pada orang di depanmu, kau mulai menatapnya dengan penuh tanda tanya.
Sebuah a kecil tertangkap indera pendengaran sebelum kau merasakan tubuhmu di terjang olehnya.
"Dazai-san! Apa yang kau lakukan!"
Diam tak menjawab, ia menarik tanganmu--membawamu lari. Tak lama, kau merasakan sebuah teriakan di sertai pria yang menerjang masuk tempat tertutup itu.
"Semuanya angkat tangan," kau sontak kaget dan menoleh, tapi Dazai memutar kepalamu guna melihat jalan.
Kau dan Dazai berlari ke arah tumpukan kota kayu, tangannya menarik tubuhmu. Membawamu bersembunyi di balik kotak kayu yang besar.
"Dazai-san lepaskan aku," mencoba menepai tangannya, kau mendapati tangannya kian mengerat.
"Aku mencoba menolongmu loh."
"Aku tidak butuh bantuan Dazai-san."
Dazai melepaskan pegangannya, membiarkan mundur memberi jarak antara kalian.
"Lagipula, kenapa Dazai-san mau menolongku?" kau mulai menatapnya dengan serius.
"Tentus saja, aku tidak ingin calon waifuku masuk penjara. Alasan itu cukup kuat bukan."
Terdiam dengan wajah tertunduk, dapat kau rasakan wajahmu yang panas karena ucapannya.
"A-apa maksudmu calon waifu baka!" serumu, namun pelan.
"Bukankah aku pernah bilang itu saat aku akan keluar port mafia? Apa kau lupa? Kau jahat [Name]-chan."
Dazai bertingkah lebay, membuatmu menatap jijik ke arahnya.
"Pergilah, mereka sudah tidak ada."
Kau melihat wajahnya yang tersenyum lembut, sadar jika perbuatan yang dilakukannya itu tulus.
"[Name]-chan, jangan melihatku begitu, jika kau melihatku seperti itu aku tidak bisa untuk tidak memakanmu sekarang," katanya yang membuatmu bergidik jijik dan mundur beberapa langkah.
Kau mengayunkan tangan memberikan sebuah kode padanya, pergi meninggalkan Dazai yang masih terduduk, tanpa sadar wajahmu memerah.
Mengerti arti dari ayunan tanganmu Dazai berseru, "sama-sama."
Setidaknya Dazai ingin dirimu berada dalam cahaya, dan ia rela menunggu untuk itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
D(r).A
FanfictionD(r).A [drabble for Dazai] ••• Kisah dengan rasa nano-nano antara dirimu dan seorang suicide maniac. "Jadi, siapa yang kau suka [Name]-chan?" ••• [ 1 month fanfic ] - Januari 2017 ••• Cover milik •°• Yutanpo0411 •°• ( saya edit dikit ) Bungou stray...