< suprise >

3.4K 356 42
                                    

Jarimu tak henti-hentinya mengetuk meja, membuat suara sedikit bising pada ruangan agensi.

"[Name]-chan, bisakah kau diam?"

Ranpo yang tengah tertidur, terganggu karena suara bising yang kau buat mulai marah.

Kau menggeser kursi rodamu, mendorongnya mendekat ke arah Ranpo.

"Ranpo, menurutmu Dazai suka apa?" tanyamu.

Ranpo menatap aneh padamu sebentar, "jika kau ingin bunuh diri bersamanya."

Kau menyilangkan kedua tangamu di dada, "selain bunuh diri bersama."

"Memangnya untuk apa?" tanya Ranpo malas.

Kau mendekatkan wajahmu kearahnya, manikmu menyapu ruangan sekitar agensi, memastikan jika Dazai masih di luar ruangan karena tugas.

"Besok ulang tahunnya, dan aku belum memberinya hadiah," bisikmu sekecil mungkin.

"Hm... Mungkin kau bisa memakai cara ini..."

Ranpo menjelaskan rencanya padamu, dan kau mengangguk-angguk paham.

"Apa kau yakin akan berhasil Ranpo, entahlah aku agak... Tidak yakin,"katamu, setelah mendengar semua penjelasan Ranpo.

"Tapi itu lah yang paling Dazai suka di dunia ini. mungkin," terdapat jeda sebentar, sebelum kata mungkin di ucapkannya.

Kau terdiam sebentar dengan rona merah di pipi. Kau mengangguk paham.

***

"[Name]-chan aku pulang," Dazai membuka pintu apartemenmu--apartement kalian berdua. Setidaknya begitulah semenjak kalian resmi menjadi sepasang kekasih.

"Tu-tunggu sebentar."

"[Name]-chan, apa yang kau lakukan!"

Dazai menjatuhkan barang belanjaannya, ketika melihatmu memegang sebuah kue dengan memakai bikini. Rambutmu kau kuncir, dengan sebuah pita merah yang menghiasi kepalamu.

"Se-selamat ulang tahun D-dazai," katamu agak gugup.

"[Name]-chan, aku butuh penjelasan. Apa yang sedang kau lakukan?"

Kepalamu tertunduk, tidak berani menatap wajahnya, "a-aku hanya mencoba memberimu kejutan."

"Apa kau suka?" tanyamu ragu.

"Kau bisa sakit jika melakukan ini."

"Tapi Dazai, sekarang musim panas."

Perkataanmu membuatnya diam. Alibinya untuk menutupi wajahnya yang memerah gagal. Alhasil rona merah di pipi menghiasi wajahnya.

"Aku sangat suka hadiahnya," Dazai berjalan mendekat ke arahmu.

Tangannya menarik pita di kepalamu, membuangnya asal ke sembarang tempat. Kemudian dipindahkan kue di tanganmu ke meja terdekat.

Dazai memelukmu, tangannya terulur meraih sebuah pengait di punggungmu, "Aku buka ya."

***

D(r).ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang