PART 1

159 18 5
                                    

Disetiap sore sampai malam memang aku memiliki tugas untuk mengontrol semua kegiatan di cafe milik Ibuku, memang bukan sebuah cafe yang besar dan mewah hanya sebuah cafe sederhana. Usaha mendirikan cafe ini dilakukan oleh orangtuaku karena memang sepertinya banyak peminat dan sedang booming, jadi kenapa tidak mencoba peluang usaha seperti ini.
.
Aku berdiri di belakang meja kasir sambil sesekali membagi fokusku kepada seluruh pengunjung cafe, syukurlah cafe ini lama kelamaan semakin ada kemajuan. Sistem pembayaran di cafe ini adalah mereka memesan dan langsung membayarnya dikasir, jadi tidak perlu sulit untuk mondar-mandir ke meja kasir. Setelah melakukan pembayaran langsung bisa menikmati pesanan yang akan diantar ke meja masing-masing, oleh karna itu kerjaku tidak terlalu berat, apalagi dibantu oleh banyak pegawai Ibu disini, namun sedikit merasa kewalahan saat pengunjung membeludak 2-3 kali lipat dari keadaan normal.
.
.
"Mba Diva.. sepertinya bagian juru masak kehabisan gula untuk malam ini." Ujar Zufar padaku
.
Zufar adalah asistenku dalam hal mengurus keuangan, dia sudah sangat dekat dengan keluargaku, termasuk aku. Walaupun aku lebih muda dari seluruh pegawai di cafe ini, aku tetap saja dipanggil dengan sebutan MBA mungkin sebagai wujud hormat mereka karena aku anak dari pemilik cafe ini. Aku juga memanggil mereka dengan sebutan MBA dan MAS.
.
"Mbaaa... eee kok malah melamun begitu, gulanya sudah hampir habis mba" ujarnya dengan suara yang lebih keras dan membuyarkan pandanganku dengan menaik turunkan tangannya didepan pandanganku.

"Oohh iyaiya maaf maaf..., kau tunggu disini dan tetap jaga kasir, biar aku saja yang pergi keluar untuk membeli gula." Sahutku pada Zufar

"Mba yakin ingin membelinya? Biarkan saya saja mba yang membelinya, lagipula ini sudah menjelang maghrib mba" Kata Zufar

"Tidak Zufar, ini bukan sebuah masalah besar, biarkan aku yang menyelesaikannya.. hehe"

"Oohh baiklah mba, saya akan tetap berdiri disini menjaga kasir saat mba Diva pergi mencari gula hehehe". Kata Zufar sembari membentuk hormat dipelipis matanya menandakan dia siap menjalankan tugas yang diberikan padanya.
.
.
.
.
Aku bergegas menuju sebuah warung yang tidak jauh dari cafe.

"Permisii..."

"Iyaa, tungguuuu..." seru si pemilik warung yang terdengar sedang menuju kearahku

"Eehh neng Diva, mau cari apa atuh neng??" Sambut si Ibu penjual

Warung ini memang sudah menjadi langganan keluargaku untuk membeli keperluan kecil untuk cafe, jadi pantas saja bila sang pemilik warung mengenalku. Pemilik warung itu memang berasal dari jawa barat dan gaya bahasanya dalam berbicara pun sangat melekat dengan daerahnya.

"Iyaa bu, Diva mau beli gula pasir 3kilogram, berapa harganya bu?"

"12.000 neng, ada lagi?" Kata Ibu itu sambil memasukan gula pesananku kedalam kantong plastik dan langsung memberikannya padaku.

Aku mengeluarkan uang 15.000 dari dalam sakuku, dan masih ada kembalian 3.000 bukan?

Tiba-tiba saat Ibu itu mengatakan "kembaliannya mau diambil atau dibelikan sesuatu neng Diva?"
Aku melihat setoples permen payung dan lagi lagi membuatku teringat pada Marko....
.
.
.
.
.
"Diva Diva... apa kau menginginkan permen itu?? Kalau kau menginginkannya, aku akan membelikannya untukmu" sambil Marko menunjuk ke arah permen yang berada di toko sebrang.

"Apa permen itu rasanya enak Marko? Aku bahkan belum pernah mencobanya"

"Baiklah akan aku belikan agar kau bisa mencobanya"

Setelah Marko berlari meninggalkanku untuk membeli permen itu, dia kembali dengan segenggam permen yang berbentuk layaknya payung yang tertutup berukuran kecil dan langsung memberikan sebagian padaku

"Bagaimana Diva, apa kau suka ini? Bila kau suka aku akan bersedia membelikannya untukmu setiap sore hehehe.."

"Tidak perlu setiap sore Marko, untuk sesakali pun aku senang"
.
.
.
.
"Eleh eleh atuh neng Diva, kenapa malah senyum-senyum sendiri menatap kearah permen payung dagangan Ibu?? Neng Diva mau ??"

"Oohh yasudah kalau begitu bu, Diva mau kembalian 3.000 nya dipakai untuk beli permen payung ini yaa buu... Terimaksih banyak Diva pergi dulu bu" kataku pada Ibu itu dan pergi sambil berjalan cepat sembari tersenyum manis dengan genggaman yang berisi permen payung seperti yang Marko pernah berikan untuku.
._
._
._
._
._
._
._
Yoohooooo gimana nih part 1 nya, pokonya aku rindu Marko deh heheh 😆😆 jangan lupa vote dan comment yaa !!
                          Cium jauh😙, Flower🌹

ALL ABOUT YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang