"Ibu, tahu di mana baju lamaku?"
"Ada di plastik dalam lemarimu."
"Aku sudah menemukannya, terima kasih."
Ketemu juga plastik yang dimaksud ibu. Aku ingin memakai baju itu lagi. Sudah lama aku tidak memakainya, lalu aku kangen dengan baju ini. Kaos hitam dengan lambang tangan meninju warna putih, memiliki ekor seperti komet, dan ekornya lebih unik karena berupa bunga-bunga. Lalu di belakang ada kanji ibu, karena aku memang menyayanginya. Dan terakhir ada sebuah tulisan juga di bawah kanji, Heavyweight Champ.
Ini adalah pakaian dulu saat masih di klub tinju. Bagaimana ceritanya? Dulu ada anggota perempuan yang memang lembut tapi jago dalam bertinju. Dia ingin sesuatu yang lucu di lambang tinju kami. Makanya ada genggaman tangan dan bunga di belakangnya. Banyak anggota yang tidak setuju dengan pendapat gadis itu, kecuali diriku dan ketua Abe. Aku pikir sih tidak masalah karena orang memiliki kesukaannya masing-masing. Sedangkan menurut Abe, dia ingin lambang kita mencakup para anggota. Tinju melambangkan laki-laki, bunga melambangkan perempuan, dan gambaran komet itu adalah kekuatan kami. Abe pun memberi saran nama klub tinju menjadi Bloom Comet.
Saat turnamen kami memakai pakaian itu sebagai seragam dan lambang yang ditunjukkan di depan orang banyak. Para penonton dan anggota klub tinju lain menertawai kelompok kami, terutama kepadaku. Mereka pasti berpikir kalau aku terlalu kekanak-kanakan membawa ibu dan bisa saja menyebutku sebagai anak culun. Namun mulut mereka terbungkam setelah kami berhasil mendapat banyak juara di kelas lain. Kelas ringan pria, kelas berat pria, kelas wanita, dan tag battle. Aku menyumbangkan piala lewat kelas berat. Setelah turnamen, banyak yang ingin masuk ke klub tinju kami.
Kelas berat itu pun masih tetap aku pegang sampai sekarang karena belum ada yang bisa mengalahkanku. Inilah kekuatan saling meengerti antara aggota. Mereka selalu mendukungku supaya bisa mempertahankan gelar juara, termasuk ibu.
Aku mencari baju ini karena aku ingin pergi ke klub lagi. Mengingat aku diundang olehnya saat festival. Spesial hari ini, aku membawa Kiyoko sebagai pengunjung baru. Saat aku mengajaknya, dia setuju ingin ikut. Dia bilang dirinya ingin sekuat aku, supaya bisa melindungiku, ibunya, dan orang yang dicintai. Aku seperti mendengat anak kecil yang ingin menjadi super hero.
Satu alasan aku mengajak Kiyoko, kencanku dengannya saat itu masih terlalu sebentar. Hanya ke tempat klub game saja, aku yakin Kiyoko kurang puas. Harusnya kami berkencan di tempat-tempat normal, seperti taman, game center, restora...wah itu pilihan orang kaya. Kalau saja dia tidak menyuruhku cepat-cepat mengajak Kasam—
Kasami, ya? Aku tidak percaya kalau dia mencintaiku. Maka misteri orang yang dimaksud Kasami adalah aku. Dia menyatakanku dengan ci-ci-ciuman itu. Aku bisa merasakan sensasi saat itu.
TING TONG!
Itu pasti Kiyoko. Segera aku keluar kamar berlari ke pintu depan.
"Mishima-chan, ibu sudah bilang untuk tidak berlari, kan?"
"Maaf, bu."
Gerbang istana aku buka, dan aku mendapatkan seorang putri raja, my beloved Kiyoko.
"Selamat pagi, Mish—Kyaaa!"
Aduh berisik! Ke-Kenapa dia tiba-tiba berteriak? Apa yang salah denganku?
"Mi-Mishima-kun...ba-bajumu ma-m-mana?"
Baju? Baju aku tadi masih di kamar. Aku belum memakai kaos itu, makanya aku sedang telanjang dada.
.......
Astaga! Aku telanjang dada di depan perempuan! Kiyoko pasti kaget dan malu melihat keadaanku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SEASON
Teen FictionYoshito Mishima, 15 tahun, dia seorang berandal, tapi sangat menyukai anime dan game. Dia merasa kalau tidak ada yang bisa mengalahkan perasaannya, sampai saat musim semi dan awal semester dia bertemu dengan Chiharu Kiyoko. Dia adalah perempuan pind...