SEASON 21 - Mystery Route

43 4 3
                                    

Peralihan musim dari gugur ke dingin sekarang adalah yang terbaik. Tinggal menunggu waktu sampai bisa bermain butiran putih yang dingin bersama teman. Atau hari yang ditunggu olehku, natal, saat-saat Kristus lahir. Juga tahun baru yang meriah itu. Dan di musim peralihan ini....

"Hachuu!"

Aku terkena alergi musim peralihan, meski harusnya tidak kena. Kukira menginap di rumah Kiyoko adalah salah satu cara biar tidak terkena angin peralihan tadi malam. Sekarang aku tahu, terkena sedikit angin itu aku pun terkontaminasi oleh alergi ini. Tubuhku sangat kedinginan, lebih dingin daripada berada di tengah salju selama 10 jam, malah aku paling kuat berada di salju daripada penyakit ini.

Dulu aku pernah terserang penyakit ini. Satu hari aku tidak bisa keluar rumah. Karena bila alergi dan keluar rumah, penyakitku malah naik ke level selanjutnya. Bisa saja 1 minggu diam di dalam rumah. Tapi beruntung kali ini, sistem kekebalanku mungkin meningkat berkat jus jeruk. Karena meski aku baru saja pulang dari rumah Kiyoko, keadaanku tidak separah saat itu. Harusnya aku bisa bugar besok.

"Mishima-kun, ibu sudah buatkan bubur untukmu."

"Terima kasih, bu."

"Mau ibu suapi?"

"Hah? Apa tidak masalah untuk ibu?"

"Ini suapan pertama. Aaaa...."

"Ibu ... Terima kasih. Aaaamm."

Enak sekali buburnya. Juga, aku disuapi orang tua membuatnya semakin enak. Kukira penyakit ini akan membawaku pada kesedihan. Ada bagian positifnya dengan sakit ini. Relasiku dengan orang tua makin menguat. Aku harus berterima kasih kepada alergi.

Sekarang hari senin dan musim dingin hari pertama. Aku tak menyangka kalau hari pertamaku adalah berbaring di kasur, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Umurku 17 tahun, hari pertama musim dingin pasti saja berbaring di kasur. Aku tidak bisa memprediksi kapan datangnya angin perubahan itu. Sejak aku memasuki sekolah dasar, aku selalu sakit di awal musim dingin. Aku berharap mendapatkan kesenangan saat sakit ini kecuali berbaring di kasur dan bermalas-malasan.

"Bagaimana rasanya menginap di rumah Kiyoko?"

"Aku sedikit senang menginap di rumahnya. Sangat harmonis sama seperti di sini."

"Lain kali ibu akan mengajaknya menginap di sini. Kamu suka itu?"

"Benarkah? Ah, b-bukan berarti aku gembira adanya dia. H-Hanya aku ingin bergantian, dia yang menginap."

"Iya. Waktunya kamu saja yang tentukan."

Meski aku senang kalau nanti ibu mengizinkan Kiyoko menginap di sini, tapi tetap saja untuk hari ini aku bosan. Aku ingin terbebas dari sakit, dari penderitaan ini ... tapi bagaimana? Hanya berbaring di kasur saja pilihanku. Aku tidak bisa memaksakan tubuhku untuk melawan alergi. Suapan demi suapan terus menghampiriku sampai benda lembut itu habis masuk ke pencernaanku. Dan itu membuatku tidak bisa melakukan apa-apa selain mengantuk.

"Nah, sekarang kamu kembali tidur saja. Siapa tahu setelah bangun langsung kembali bugar. Ibu juga akan mengompres dahimu supaya demamnya turun," kata ibu.

Aku mengangguk dan merebahkan diri. Setelah mendapat kecupan (aduh, ibu, aku kan sudah besar, jadi malu kalau dikecup sebelum tidur) kelopak mataku mulai menutup. Sambil merasakan sensasi kasur aku juga membandingkannya dengan sofa Kiyoko saat itu. Memang kasur ini sangat empuk dibanding sofa, tapi kenyamanannya ada di sofa itu. Mungkin karena saat itu bersama Kiyoko di ruangan rahasia itu.

Semua orang bisa membuat ruang rahasia itu. Tinggal menyatukan sofa-sofa yang ada dan selesai. Tapi orang biasa tidak akan mengerti kenapa disebut dengan ruang rahasia. Suasana khusus itu hanya bisa didapatkan oleh aku dan Kiyoko saat itu. Aku merasa kalau di tempat itu hanya aku dan dia, bahkan jiwa-jiwa yang melayang saja sepertinya tidak ada. Pada kenyataannya, ibu Kiyoko bisa melihat kami berdua tidur di tempat yang sama. Beruntung kalau ibu Kiyoko tidak marah, malah dia biasa dengan hal itu. Apa ini berarti aku mendapat restu dari ibunya?

LOVE SEASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang