"Terima Kasih Telah Menjadi Obat Dari Rindu Rinduku Yang Tak Terjawab"
[SUDAH DI REVISI]-LIKE YA:)
Embun pagi ini seakan menyapa sesosok gadis mungil yang kini sedang menyembunyikan dirinya dibawah hamparan selimut yang lumayan besar. Dinginnya pagi seakan tak mau kalah bersaing dengan AC yang terus dijalankan.
Apalah arti aku menunggu
Bila kamu..
Tak cinta lagi..
[Raisa-Arti Menunggu]Rachel mulai mencari keberadaan handphonenya, mempause lagu yang sedang berputar dan melepaskan headsetnya.
Gulingnya seakan tak mau berpisah dari pelukan gadis mungil itu, selimutpun seakan tak mau menunjukan keberadaan gadis itu, serta tempat tidur yang lumayan besar yang seolah menahan Rachel untuk tetap terjaga.
Matahari sudah naik, tapi ah bodo amat dia tidak peduli dengan itu. Libur sekolah ini, untuk apa jika tidak di isi dengan bersantai.
"Rachel" teriakan seorang perempuan yang suaranya sudah tak asing ditelinga gadis itu.
Vania- adalah nama ibunya Rachel, dulunya ia adalah seorang pramugari, sekarang tidak lagi, ia sekarang hanya fokus untuk mengurus suami dan anak tunggalnya- Rachel.
"Iya ma?"
"Turun sini sarapan bareng mama sama papa"
"Nanti aja ma" jawab Rachel malas.
"Ada Kevin juga"
"Suruh naik aja ma"
Suara perempuan yang penuh semangat itupun mulai hilang. Sesaat kemudian muncul sesosok lelaki berbaju putih dan menggunakan celana selutut. Dengan posisi topi menghadap kebelakang dan kaca mata putih lebar diatas hidung mancungnya. Yah, ini gaya Kevin sekali.
"What's up bro?" Sapa lelaki itu.
"Gaya lo" Lelaki tadi hanya terdiam sambil membuang nafas kesal.
"Nih gue bawaiin susu putih sama roti keju, kesukaan lo bangetkan?" Ucap lelaki tadi sambil memberikan sekantong makanan penuh.
"Ininih yang gue suka dari lo, lo emang sahabat gue yg pling keren dah" jawab Rachel langsung membuka isi kantongan tersebut.
"Vin?tolong dong,ambilin gue minum"
"Ada kok gue beliin"
"Ah lo emang sahabat terbaik gue, gue sayang banget deh sama lo"
"Nenek lo sayang sayang"
Rachel kemudian mengangkat kedua tangannya membentuk hati, kemudian menatap Kevin dengan tatapan centil.
"Jijik gue. Belek mu tuh" ucap Kevin jutek.
"Mana ah?" Jawab Rachel kemudian mulai bercermin dikamera handphonenya.
Rachel mulai membuka tutup botol air minum, mulai memakan roti, dan sibuk meresapi rasanya yang sebenarnya ia sendiri sudah hafal, tapi begitulah.
"Kevin?tolong dong,ikatin rambut gue" pinta Rachel dengan posisi tangan kanannya memegang roti dan tangan kirinya memegang kotak susu.
"Lo jadi cewek rempong banget sih" ucap Kevin sambil memainkan rambut sahabatnya itu. Tidak begitu panjang, mungkin sekitaran bahunya.
"Mana rambut lo baunya minta ampun lagi"
"Iya bawel banget. Nanti gue keramas lagi. Ok?" Jawab Rachel santai memakan rotinya.
"Kegigit serangga mana tuh mata lo?"
"Bengkak banget yah?gue tuh semalam sedih banget. Serasa kaya filem filem gitu. Gimana coba gue gak sedih, dia nyium kening gue, meluk gue, walaupun itu cuman sebentar, setidaknya penantian 2 tahun gue terobati. Padahal sebenarnya gue ngarapnya dicium di bagian lain sih" jelas Rachel, air matanya mulai mengalir seiring senyum dari bibir kecilnya mulai terukir.
"Kalo misalkan dia sampe nyium lo dibagian lain itu?gue gak segan segan panggilin penghulu dan nikahin lo berdua" ucap Kevin kesal.
"Yaudah nikah sama Erick asik juga, daripada sama elo. Kan geli"
"Dasar genit lo" ucap Kevin sambil memukul kepala sahabatnya itu.
Rachel mulai menghapus air matanya. Dan melanjutkan aktifitas makan rotinya. Hidung mancungnya masih terlihat merah, begitu pula dengan matanya.
"Masih jaman gitu galau?" Tanya Kevin meledek Rachel.
"Gue sih maklum sama lo. Orang lo gak punya cerita cinta" ledek Rachel kembali.
"Lo tau gak?nantinya yang bakalan penuhin kuburan itu siapa?yah orang galau lah, kaya elo ini, nunggu aja terus sampe badan lo kemakan tawon dan lo is dead" ucap lelaki itu sambil menekan pada kata dead.
"Somplak loh doaiin gue cepat mati" balas Rachel melempar bantal kepalanya.
"Nih gue sengaja bawaiin lo kacamata, supaya emm" ucap Kevin menggoda.
"Awas yah lo"
Kevin, sahabat lelaki Rachel kini melepas kacamatanya, dan memasangkannya kewajah mungil milik Rachel. Kevin berusaha memperbaiki poni milik sahabatnya itu.
"Sekarang lo udah cantik"
"Emang gue cantik kok" jawab Rachel cuek
"Pd banget nih penjual ikan busuk haha"
Begitulah Rachel penuh dengan percaya diri, tapi jika tentang cantik, gadis itu memang cantik, mata yang indah yang ia dapatkan dari Ayahnya, juga hidung mancung dan mulut yang mungil dari Ibunya. Tak dapat dipungkiri bahwa gadis itu memang cantik. Ia bahkan pernah ditawari menjadi model. namun, ayahnya tak mengijinkan, ia hanya disuruh untuk fokus sekolah saja.
Rachel sangat serasi dengan kacamata tersebut, hidung mancungnya dan bulu mata lentik serta mata bulat sayupnya seakan langsung berteman dengan kacamata yang ia gunakan.
"Vin?"
"Mmm" jawab Kevin sambil berbaring ditempat tidur dan terlihat sedang asik dengan handphonenya.
"Ngopi yuk?"
"Lo yang bayar?"
"Makanya gue manggil lo. Karna gue lagi kere" jawab Rachel dengan lembut.
"Lo tuh ya, politiknya pintar banget" jawab Kevin cuek.
"Oke yah?gue mandi dulu"
"Jangan ngeram lo didalam"
"Lu pikir gue induk ayam" jawab gadis itu singkat, perlahan bayangannya telah hilang.
Sedangkan Kevin hanya tertawa dan melanjutkan permainan coc dilayar iphone miliknya.
Kevin Ahmad

KAMU SEDANG MEMBACA
Flashlight
Short Story|COMPLETED|👌 "Ini berarti kamu akan nyakitin dua hati sekaligus" "Maksudnya?" tanya gadis itu sambil menatap lelaki dihadapannya. "Yg pertama, kamu bakal nyakitin hati Erick, karena kamu nggak ngehargain kehidupan yg selama ini dia perju...