SEMBILAN

877 187 23
                                    

Taeyong menghela nafasnya. Ia heran, mengapa Jisoo tak kunjung membalas pesannya, ataupun mengangkat teleponnya. Ia merasa ada yang tidak beres.

Lelaki itu berlari menyusuri koridor disekitar ruang guru. Ia berpapasan dengan bu Rosida, yang berkata bahwa Jisoo sudah pulang.

Tidak mungkin, pikir Taeyong. Jikalau Jisoo sudah pulang, ia sudah melihatnya daritadi karena sudah hampir satu jam ia menunggu di gerbang.

Jika Jennie atau Jaewon mengetahui hal ini, bisa tinggal nama dia.

"ANDIRA!!!!"

# # #

Jisoo membuka matanya, terkejut mendapati bahwa saat ini ia tengah duduk di kursi. Tangan dan kakinya diikat.

Aku dimana? pikirnya. Sekilas ia mendengar beberapa suara gadis yang tidak asing di telinganya.

Tunggu- bukankah itu suara gengnya Irene? Ia tidak mungkin salah karena sebelum ia pingsan gadis itu dicegat oleh Wendy, dan Joy yang tiba-tiba membekap mulutnya.

"Woy jadinya mau diapain nih!" seru Seulgi. Jisoo mengerutkan keningnya.

"Buruan dong, gerah nih! Siapa sih yang suruh seret dia ke gudang?" protes Yeri. Gudang? Pantas saja panas.

"Yakali kita bawa dia ke ruang guru!" balas Irene. "Udah ah gatel gue pengen potong ini rambut. Seulgi sama Yeri jagain pintu!"

"Gue ngapain?" tanya Joy.

"Lo sama Wendy pastiin kalau Jisoo gak gerak!"

"Kita apain biar gak gerak njir,"

"Kan udah diikeeeeeet!"

"Iya juga sih"

Jisoo panik, ia tahu apa yang akan terjadi.

Ia tidak menyangka Irene akan senekat itu.

"Kalau berhasil, lulus nanti gue mau buka salon," ujar Irene. Ia menarik rambut Jisoo, membuat gadis itu meringis. "Lho, udah bangun. Met pagi, Jisoo. Lagi di salon nih. Diem ya!"

Jisoo terkejut saat suara gunting memotong rambutnya.

Rambutnya baru saja digunting oleh Irene.

Rambut yang ia rawat sejak kecil.

Rambut yang tidak mau dipotongnya, sekarang dipotong oleh seseorang yang membullynya dengan alasan tidak jelas.

Airmatanya mengalir dari kedua pelupuk matanya.

"Jangan dipotong..." lirih Jisoo. Irene menghentikan kegiatannya dan tertawa.

"Jangan? Apa? Jangan? Setelah apa yang kamu lakuin ke aku? HA?" Irene menarik rambut Jisoo lebih kuat, membuat airmata Jisoo mengalir semakin deras.

"Jangan dipotong..." isak Jisoo. "Kamu gak tau perjuangan aku buat merawat rambut ini..."

"Dan KAMU gak tau perjuangan aku supaya Taeyong jadi milikku, nona Sok Baik!"

"Mantap Rin, mantap!" seru Joy, menghancurkan suasana.

"DIEM LO!" Seru Wendy sambil membekap mulut Joy.

"Bacot lo berdua," sahut Irene kesal. "Lo harusnya gak usah datang dalam kehidupan Taeyong, tau gak! Harusnya lo gak usah sekolah disini! Gak usah hidup sekalian!"

"Bukannya kamu yang seharusnya tidak perlu datang dalam kehidupan Taeyong?" balas Jisoo, setengah terisak. "Taeyong gak suka sama orang yang gak bisa jaga sopan santun-"

"Apa hak lo ngajarin gue sopan santun? Lo bukan guru gue, bukan ortu gue, bukan Tuhan, bukan siapa-siapa! APA HAK LO HAH?"

"Sebagai sesama manusia dan perempuan, aku ada hak untuk mengingatkanmu," balas Jisoo serak.

famous / tae.sooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang