DUAPULUH ㅡ END

921 148 59
                                    

"...and so that's all from me, thank you," ujar Jisoo sembari menutup pidato panjangnyaㅡatau bisa dibilang hasil dari kesimpulan yang diambil dari pendapat orang pertama dan kedua.

Ya, saat ini Jisoo, Taeyong dan Yunhyeong tengah latihan untuk debat Bahasa Inggris. Taeyong melirik Jisoo yang terlihat gugup. Mr. Samuel menutup mapnya dan menatap mereka bertiga.

"Thank you guys, kalian sudah cukup baik. Untuk Yunhyeong, kamu lebih baik jika menaikkan volume suaramu karena dikhawatirkan para juri tidak mendengarnya atau kurang paham dengan apa yang kamu jelaskan," ia menatap Taeyong kemudian melanjutkan, "Untuk Taeyong, jangan terlalu sering menggerakkan tanganmu, nantinya malah membuat bingung para juri,"

Saat Mr. Samuel hendak mengomentari Jisoo, ia hanya tersenyum tipis. "Jisoo, saya rasa dari pemahaman materi kamu lebih mengerti dari Yunhyeong. Kenapa kalian gak tukar pendapat aja? Jadinya bisa lebih bagus,"

"Thank you, Sir," ujar mereka bertiga bersamaan, dibalas anggukan dari Mr. Samuel.

"Kalian boleh pulang,"

Setelah bersalaman dengan Mr. Samuel, mereka bertiga berjalan beriringan keluar kelas.

Yunhyeong menghentikan langkahnya, membuat Taeyong dan Jisoo menoleh kearahnya.

"Lo berdua duluan aja, gue ada ketinggalan sesuatu,"

"Oh oke," balas Taeyong datar. Ia terlihat jengkel dengan Yunhyeong dan akhirnya dia bisa berduaan dengan Jisoo. "Mau kemana Jis? Langsung pulang atau mau makan?"

"Oh iya, iya. Mau makan dimana?" balas Jisoo. "Mumpung belum sore banget,"

"Ke warung pecel lelenya Mang Didin mau?" Jisoo mengangguk.

"Terserah aja hehe,"

Taeyong menggandeng Jisoo menuju parkiran. "Aㅡ"

"Walau agak jauh dari sini jangan ngebut." potong Jisoo. Gadis itu sudah berkali-kali memperingatkan sang pacar namun ia tidak mau menurut juga.

Taeyong memamerkan cengirannya. "Ampun, Jis. Hehehehehehehehehe," ringisnya. Jisoo menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gak boleh ngebut, titik."

"Iya sayang, iya," balas Taeyong sambil memberikan helm Jisoo dan ia mulai menyalakan motornya.

Jisoo naik keatas motor Taeyong dan berpegangan pada tas Taeyong. Taeyong berdecak kesal dan menarik kedua tangan Jisoo, membuatnya melingkar di pinggang Taeyong.

"Pegangan, jangan kayak boncengan sama om-om gojek," ujar Taeyong, membuat Jisoo menelan protesnya. Gadis itu menggigit ujung bibirnya kemudian mengangguk. Ia menyandarkan kepalanya ke punggung Taeyong dan menutup matanya. "ㅡJis jangan tidur nanti jatuh,"

Jisoo mengerucutkan bibirnya dan memukul bahu Taeyong kesal. "Terus aku ngapain!?"

"Peluk dong, mau aku masuk penjara gara-gara kamu jatuh dari motor?"

"Ih apaan sih!" gerutu Jisoo kesal. "Gak nyambung.." lanjutnya dengan bibir yang mengerucut.

Taeyong tertawa, ia mulai melajukan motornya menuju warung mi ayam langganan mereka.

...

Sesampainya disana Jisoo langsung berlari, menuju anak kucing yang juga ikut berlari kearahnya. Mang Didin yang melihat Jisoo langsung mendatanginya.

"Ah, iya. Untung mbak Jisoo datang," ujar Mang Didin. "Ini si anak kucing kangen sama Jisoo kayaknya, dia ngeong mulu,"

Jisoo tertawa, ia menggendong anak kucing itu dan menoleh kepada Taeyong, yang dibalas anggukan darinya.

famous / tae.sooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang