"Kenapa kau selalu menyalahkanku, hyung? Aku saja baru bangun tidur, dan sudah kau marahi seperti ini, huh? Padahal aku ke dapur hanya ingin minum saja. Aku tidak tau kalau susu itu tumpah seperti ini ..."
"Kau mau menyalahkan Heebum lagi, huh? Memangnya seekor hewan bisa menumpahkan susu yang masih berada dalam botol sebesar itu? YA! Sudah berapa kali hyung katakan padamu, jangan pernah menyalahkan orang lain jika itu memang karena kesalahanmu sendiri. Minta maaflah pada Heebum. Apa kau tak merasa malu selalu menuduhnya, eoh?" Marah Heechul juga.
Seperti sudah menjadi kebiasaan, kakak beradik itu selalu berdebat mengenai segala hal, bahkan dipagi buta sekalipun.
Tapi kali ini, Donghae benar-benar marah, Heechul sudah sangat keterlaluan karna sudah memarahinya untuk hal yang menurutnya bukan karena kesalahannya.
"Hyung, apa kau pikir aku tak bisa marah karena kau selalu memarahiku dalam segala hal, huh? Bahkan bukan untuk kesalahanku sendiri? Hyung ..."
"Wae? Kau masih mau membantah, eoh? Geurae, tidak ada uang saku untukmu hari ini. Kajja Heebum-ah, kita jalan-jalan."
Mata Donghae mulai memanas mendengar amarah Heechul yang meledak hingga memutuskan hal yang begitu besar menurutnya.
Jika hari ini ia tak mendapat uang saku, darimana ia bisa mengumpulkan uang untuk membeli sebuah boneka nemo di seberang jalan sana?
Mengingat hal itu, Donghae tak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis seorang diri di dapur dengan tetap melakukan tugasnya membersihkan tumpahan susu yang sangat banyak itu.
Sesekali ia menghapus kasar air mata yang tak kunjung ingin berhenti mengalir dengan lengannya. Ia tak menyangka, hanya karena tumpahan susu akan membawanya dalam masalah besar seperti ini.
***
HANRIM HIGH SCHOOL
Donghae berlari memasuki ruang kelasnya. 5 detik yang lalu, bel masuk telah berbunyi, ia tak ingin mendapat hukuman dari guru Nam. Oleh karena itu, sebisa mungkin ia berusaha menjangkau kelasnya sebelum guru yang terkenal jahat itu datang mendahuluinya.
"Hah, hah, syukurlah ..." lega Donghae ketika atensinya belum mendapati sosok guru killer disana.
Ia segera beranjak menuju bangku paling belakang untuk bergabung dengan Eunhyuk, sahabatnya.
Sementara Eunhyuk yang sudah lebih dulu tiba, tersenyum lega menangkap sosok Donghae tidak terlambat dipagi yang menakutkan ini.
"Kenapa kau datang terlambat, hae? Beruntung guru Nam belum datang," ucap Eunhyuk seraya menghadapkan tubuhnya kearah Donghae.
Namun ia mengernyit heran ketika menatap sang sahabat tengah berkeringat banyak, tidak seperti biasanya.
"Waeyo? Apa yang salah denganmu, hae? Kenapa kau berkeringat sebanyak ini?" Tanya Eunhyuk penasaran, ia sedikit menyentuh kening Donghae yang masih basah oleh keringat.
"Heechul hyung tidak memberiku uang saku, jadi aku berlari menuju sekolah," satu cengiran ia berikan untuk Eunhyuk.
Sedangkan Eunhyuk menatapnya tak percaya, "jinjja? Yang benar saja, jarak antara rumahmu ke sekolah sangat jauh, hae, dan kau berlari sejauh itu, huh?" Heran Eunhyuk, nampaknya ia masih heran dengan apa yang dilakukan Donghae.
"Euhm ..." balas Donghae sekenanya.
"Ah, Eunhyuk-ah, perutku sakit," rigis Donghae sambil memegangi perutnya kuat.
Keheranan Eunhyuk beralih menjadi kekhawatiran saat melihat Donghae meringis kesakitan.
"Wae geurae? Kenapa dengan perutmu, hae? Tak biasanya kau kesakitan setelah berlari seperti ini. Kau adalah pelari yang baik," ucap Eunhyuk masih disertai raut khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES
Fanfiction[COMPLETED] One-shoot series, kisah Donghae bersama ke-14 member Super Junior dengan kisah yang berbeda.