"Terima kasih ahjumma, aku pergi dulu."
"Uhm, hati-hati Shindong-ah."
"Ne, ahjumma."
Pagi-pagi sekali, Shindong sudah mengayuh sepeda tuanya menyusuri beberapa distrik. Hari memanglah masih sangat pagi untuk semua orang memulai aktivitas. Tapi inilah kegiatan rutinnya, mengantar susu disetiap rumah-rumah dan harus menyelesaikannya pada pukul 6 pagi.
Dengan semangat yang luar biasa, ia terus mengayuh sepeda tuanya menuju rumah Lim ahjusshi yang berjarak 2 km dari rumahnya. Membutuhkan waktu 45 menit untuknya sampai disana, seperti saat ini, ketika waktu masih menunjukkan pukul 03.45 pagi. "Ahjusshi ..." panggilnya pada seorang namja paruh baya yang tengah sibuk menghitung berapa jumlah botol susu yang akan diantarkan oleh 3 anak buahnya.
"Oh, Shindong-ah, kau sudah sampai, sudah sarapan?" Tanya Lim ahjusshi, masih dengan menatap buku kecil ditangannya.
"Sudah, ahjusshi, hari ini Donghae mulai bersekolah, jadi saya harus memasak pagi-pagi sekali sebelum berangkat bekerja," jelas Shindong meyakinkan tuannya jika ia benar-benar sudah sarapan.
Lim ahjusshi menghentikan ajang menulisnya dibuku kecil itu, beralih menatap Shindong intens, "kau memiliki biaya untuk menyekolahkannya? Berapa usia adikmu?" Tanya Lim ahjusshi, sembari berdiri menyamakan tubuhnya dengan Shindong.
"Dia sudah 5 tahun, Ahn ahjumma mengatakan jika usia 5 tahun sudah harus bersekolah. Lagipula, saya memiliki sedikit simpanan khusus untuk membiayai sekolah Donghae," Shindong tersenyum simpul, ia tau benar, pasti Lim ahjusshi akan memberinya uang jika sudah menyangkut sesuatu yang sedikit berat. Seperti sekarang ini, ia tau benar biaya masuk sekolah tidaklah murah. Oleh sebab itu, Lim ahjusshi berubah serius kala mendengar kata 'sekolah'.
"Baiklah, ahjusshi, susu yang harus saya antar sudah siap?" Tanya Shindong kemudian, beralih menuju sepeda dinasnya untuk mengantarkan cairan putih pekat itu.
Lim ahjusshi mengangguk disertai seulas senyuman. "Hati-hati, tidak perlu terlalu terburu-buru, hari ini kau bahkan berangkat jauh lebih pagi dari sebelumnya," saran Lim ahjusshi, sembari menepuk bahu Shindong.
"Ne," Shindong tersenyum kikuk. Memang benar, selama bekerja, ia selalu berangkat pukul 4 tepat atau lebih beberapa menit, namun rupanya hari ini adalah pengecualian.
***
"Aniya, suapi aku ahjumma ..."
"Ani. Aku saja eomma, aku anak eomma, bukan? Jadi suapi aku lebih dulu."
Eomma Lee hanya tersenyum kecil mendengar pertengkaran itu. Lalu ia beralih melayangkan sebuah sendok plastik berisi nasi serta daging kearah seorang anak manis dengan rambut tersisir rapi. Seragam berwarna putih dengan celana kotak-kotak kecil berwarna biru tua membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Ia sudah membuka mulutnya lebar-lebar, membuat seorang bocah lainnya merengut sebal, bocah itu hanya bisa menyilangkan tangannya didada, tanda ia sebal dengan sosok didepannya itu.
"Baiklah, setelah ini suapi aku eomma," putus bocah itu pasrah, ia membiarkan sang eomma lebih dulu menyuapi sosok bocah kecil yang lebih muda 4 bulan darinya.
"Gumawo, ahjumma," teriak bocah dengan pipi gembul itu riang. Bahkan dimulutnya sudah terisi banyak makanan, tapi ia tetap mengeluarkan suaranya membuat Lee eomma dan sang putra tertawa kecil.
"Pabbo! Jangan berbicara saat kau makan, hae," Eunhyuk memukul pelan kepala Donghae.
"Baiklah, setelah ini, kalian akan memiliki teman-teman baru di sekolah. Kalian senang?"
Kedua bocah dengan mulut yang sudah terisi penuh makanan itu berbinar, mengangguk antusias tanpa bersuara, lantas mengunyah dan menelan secepatnya agar segera bisa menimpali perkataan eomma Lee.

KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES
Fanfiction[COMPLETED] One-shoot series, kisah Donghae bersama ke-14 member Super Junior dengan kisah yang berbeda.