"Bebaskan aku dari sini, dan aku akan menganggapmu sebagai dongsaengku."
"Ne, hyung, aku akan bekerja keras untuk membebaskanmu."
***
Semenjak pertemuannya dengan sang hyung beberapa waktu lalu, sosok namja berusia 14 tahun itu, kini sepanjang hari ia habiskan untuk bekerja tanpa lelah. Ketika pagi menjelang, ia akan bekerja sebagai tukang antar susu hingga pukul 7 pagi. Setelah itu, ia bekerja di sebuah restoran hingga sore hari. Ia hanya memiliki waktu istirahat selama 3 jam sebelum bekerja disebuah cafè tepat pukul 8 malam hingga larut, dan baru akan mengistirahatkan tubuhnya tepat pukul 3 pagi. Itupun jika cafè tersebut tengah sepi pengunjung. Jika tidak, maka ia akan pulang pukul 5 pagi.
Bekerja keras rasanya sudah menjadi hal biasa bagi sosok tersebut. Sudah sejak 2 tahun terakhir ini ia bekerja diberbagai tempat, wajar jika ia mulai terbiasa dengan berbagai macam pekerjaan berat.
Ia melangkah cepat menuju sebuah cafè tempatnya bekerja setelah beberapa menit yang lalu menemui sang hyung di sel tahanan.
Choi Siwon, hyung tiri Donghae, mendekam di penjara karena kasus pencurian. Ia dikenai sanksi 7 tahun penjara karena sudah menganiaya sang korban. 2 tahun berlalu, 5 tahun lagi rasanya ia sudah tak sanggup. Oleh sebab itu, ia meminta sang adik untuk mengusahakan pembebasannya dengan uang jaminan.
"Mianhamnida, sajang-nim, saya sedikit terlambat," sesal Donghae dengan menunduk dalam. Seorang namja berbadan besar dengan jas hitam membalut tubuhnya, berkacak pinggang menatap Donghae marah.
"Dasar bodoh. Ini sudah jam berapa, huh? Kau telat 2 menit."
"Mianhamnida, sajang-nim, saya menemui hyungku terlebih dahulu, saya ..."
"Omong kosong, malam ini kau lembur tanpa gaji tambahan karena sudah terlambat."
Donghae mendongak tak percaya, "sajang-nim ..." lirih Donghae meminta keringanan hukuman. Ia butuh uang. Sungguh. Jika namja itu tak membayar gaji lembur Donghae, bagaimana uang itu akan terkumpul?
"Cepat bekerja," potong pria tersebut, tak ingin mendengar penolakan, ia dorong tubuh Donghae masuk, memintanya untuk segera bekerja, "dasar anak sialan!" Rutuknya kemudian. Lantas beralih mengawasi pekerja lain.
Bertindak bar-bar dan tak memiliki rasa empati, memang seperti itulah bos Donghae di cafè tersebut. Bahkan banyak pekerja yang mengundurkan diri lantaran tak tahan dengan sikap kaku dan perfeksionis atasannya. Tapi tak dipungkiri juga, gaji disana memang sedikit lebih tinggi dibanding dengan gaji yang diberikan cafè lain. Harga mahal, tentu harus dibayar dengan mahal pula, bukan?
Donghae melangkah lunglai ke arah dapur, seperti biasa, ia akan mencuci piring dan gelas yang kotor sebelum pelanggan banyak yang datang. Sebenarnya posisinya disana tak tentu, terkadang ia akan menjadi pramusaji jika dibutuhkan, terkadang juga ia bekerja di dapur. Wajar saja, karyawan disana bisa dibilang kurang lantaran tak ada yang melamar pekerjaan, selain pekerja tetap yang memang 'sangat' membutuhkan uang. Cacian, pukulan serta umpatan sudah menjadi santapan para karyawan sehari-hari demi mencari uang.
"Donghae-ya, waeyo?" Tanya seorang lelaki yang terlihat lebih tua dari Donghae. Jong Han. Ia terlihat sudah mengenakan apronnya. Bersiap untuk mencuci piring dan gelas yang kotor. Biasanya Donghae juga sudah melakukan hal yang sama, tapi kali ini Donghae telat, bukan?
Donghae hanya menggeleng lemas.
"Orang itu memarahimu karena kau terlambat?" Tebaknya, beralih mendekati Donghae yang sudah menunduk.
"Hyuung ..." lirih Donghae, ia sudah mendongakkan kepalanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Uljima ..."

KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES
Fanfiction[COMPLETED] One-shoot series, kisah Donghae bersama ke-14 member Super Junior dengan kisah yang berbeda.