KIHAE

1.4K 102 13
                                    

“Eoh? Lee Donghae-sshi?”

“Ehm.”

“OMO! Masuklah, hyung.”

Lelaki tampan yang hanya mengenakan kemeja putih tanpa dasi itupun mengekor pada sosok lelaki lainnya yang 1 tahun lebih muda darinya, memasuki sebuah rumah sederhana.

Lelaki yang adalah Donghae, seorang supervisor di kementerian infrastuktur pembangunan, menatap berkeliling, mengamati gaya rumah tradisional, serta perabotan yang menurutnya masih sama. Tak ada yang berubah.

“Kau masih tinggal di sini, Kibum-ah?” Tanya Donghae, masih dengan ajang memandang berkelilingnya. Rumah yang sangat sederhana, dengan lantai terbuat dari kayu, dindingnya pun masih terbuat dari kayu, masih sama seperti 14 tahun yang lalu. Hanya saja, keropos dibeberapa bagian dindinglah yang membedakannya.

“Memangnya aku akan mengubahnya seperti apa lagi, hyung?” terdengar gelak tawa setelah sosok kurus Kibum mengatakan hal itu, seakan menertawakan kemalangannya.

“Eoh, kau ingin minum apa, hyung? Eomma masih di ladang, jadi aku yang akan membuatkanmu minuman. Kau ingin apa?” Tanya Kibum setelah ia menyelesaikan tawanya hingga menyisakan sedikit air mata diujung matanya. Ia lantas menatap Donghae intens.

“Tidak perlu repot, Kibum-ah, aku hanya ingin menemuimu saja, bukan untuk meminta minum,” gurau Donghae mencoba menghibur Kibum.

“Ish, kau ini hyung, kau tidak merepotkanku. Biar kubuatkan dulu,” sosok Kibum dengan setelan kaos berwarna putih dan celana pendek hitam melenggang masuk ke dalam rumah, membuatkan minuman untuk sang tamu kehormatan.

Berada di rumah sederhana itu, membuat Donghae kembali mengingat sebuah kejadian 14 tahun lalu, ketika ia berusia 11 tahun dan masih duduk dibangku sekolah dasar.

Saat itu, keluarganya masih tinggal di daerah Yongsan, sebuah kota kecil di provinsi Busan yang berada jauh dari pusat kota. Sebagian besar penduduknya masih bekerja sebagai buruh tani, termasuk kedua orang tua Kibum.

Jika menurut betuk geografis, Busan dikenal sebagai provinsi terbesar kedua setelah Seoul di Korea Selatan. Namun demikian, nyatanya masih terdapat daerah terasing seperti Yongsan yang masih jauh dari kesan modern, bahkan di abad 21 seperti sekarang ini. Perubahan dari negara agraris menjadi negara industri maju tidaklah berlaku untuk Yongsan. Semua masih sama, hanya saja perlahan, akses internet nulai masuk.

Donghae kembali mengingat masa-masa ketika dirinya dan Kibum adalah teman karib. Saat itu, ketika Donghae masih tinggal di Yongsan semasa kecilnya, disuatu malam ia bertandang ke rumah Kibum yang hanya berjarak 400 meter dari rumahnya tepat pukul 7 malam.

Ia beralasan karena ingin ikut mencari serangga kecil yang katanya sangat lezat jika dimasak. Sudah lama ia menginginkan hal tersebut memang, berburu serangga kecil, namun selalu dilarang oleh ayahnya lantaran menurutnya akan berbahaya untuk berjalan di ladang pada malam hari.

Namun, bukan Donghae namanya jika ia tak memiliki seribu cara untuk dapat lolos dari pengawasan ayahnya.

Dimalam itu, ketika ayahnya yang selama seminggu lalu mendapat tugas untuk pergi berjaga di camp militer perbatasan Korea Selatan-China, malam itu pula, ia beralasan untuk belajar bersama di rumah Kibum.

Tentu saja ibu Donghae mengizinkannya untuk belajar bersama Kibum. Nyatanya memang ibunya-pun sudah meyakini kepandaian Kibum, dan oleh sebab itu, ia memperbolehkan Donghae bertandang kesana untuk belajar bersama, meski hari sudah berganti petang.

Dengan semangat yang menggebu, ia berjalan riang kearah rumah kecil yang terletak disebelah ladang milik Tn. Tan, saudagar kaya di daerah itu.

Ketika ia sampai di pekarangan kecil rumah tersebut, dengan penerangan yang minim, Ibu Kibum terlihat tengah menenun sebuah kain dengan alat pintal di teras rumah tersebut.

STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang