EUNHAE

2.1K 139 7
                                    

"Hiks, berikan padaku hyung ..."

"Ish!"

BRAKK

Eunhyuk melempar mainan itu kasar tepat di depan sang adik yang tengah bermain di atas karpet.

Banyak mainan berserakan, tapi kenapa mainan yang Eunhyuk pegang yang selalu ia inginkan? Hal itu sontak membuat Eunhyuk merutuk kesal. Ia melempar mainan itu asal, tak peduli jika nanti akan rusak. Ia lantas berlalu dari sana menuju dekat jendela yang terbuka lebar, menampilkan sisa hujan yang cukup lebat tadi siang. Sementara sang adik masih terus bermain dengan mainannya sendiri. Sesekali ia akan berceloteh dengan beberapa mainan yang dipegangnya. Namun, anehnya, ia sama sekali tak menggubris mainan yang baru saja Eunhyuk lemparkan. Bahkan mainan itu masih tergeletak asal di atas lantai, seperti saat Eunhyuk melemparkan tadi.

"YA! Berikan padaku jika kau tak memainkannya, hae," seru Eunhyuk, ketika mendapati mainam itu tidak dimainkan oleh sang adik.

Mendengar teriakan itu, sontak membuat Donghae menyambar mainan itu seketika.

"Aku memainkannya, hyung," sanggah Donghae, beralih mengambil mainan dengan baterai sebagai penggeraknya. Bocah 6 tahun itu masih membolak-balikkan mainan Eunhyuk yang diambilnya. Mungkin ia bingung bagaimana hyungnya bisa membuatnya bergerak sendiri tadi? Sedangkan dirinya tak bisa membuat benda itu bergerak sendiri.

"Hyung, aku tak bisa menggerakkannya. Ini bagaimana, hyung? Aku ingin dinosaurus ini berjalan seperti tadi," adu Donghae pada akhirnya. Nampaknya ia sudah menyerah untuk membuatnya bergerak.

Eunhyuk tertawa kecil melihat kebodohan Donghae. Ia nampak santai tanpa ingin membantu sama sekali. Ia bahkan justru mengalihkan pandangannya keluar jendela.

"Siapa suruh mengambil mainanku?" Gumamnya lirih, sambil tetap mengabaikan rengekan sang adik.

"Hyuung, hiks, dia tidak mau bergerak, huh?" adunya lagi, kali ini disertai sebuah rengekan.

Bahkan bocah itu sudah berjalan mendekati sang hyung yang hanya termangu memandangi halaman rumah. "Hiks, dia tidak mau bergerak, hyung, buat dia bergerak seperti tadi," rengeknya lagi, sambil menarik-narik lengan hyungnya.

Eunhyuk yang merasa terganggu beralih menatap sang adik yang sudah hampir menitikkan airmata. Eunhyuk yang tak tahan melihat kepolosan adiknya, kini sudah tertawa keras. Tak ia pedulikan rengekan Donghae yang semakin menjadi, dan bahkan kini menjadi tangisan keras.

"YA! Kenapa kau menangis, eoh? Sini, biar hyung menyalakannya terlebih dahulu. Kau jangan menangis," Eunhyuk mulai takut dengan tangisan Donghae yang semakin keras, ia takut jika ibunya yang tengah membersihkan halaman belakang mengetahui tangisan Donghae dan akan memarahinya karna sudah membuat Donghae menangis, seperti biasa.

"Hiks ... hiks ..." Donghae masih menangis tersedu di pangkuan Eunhyuk, sesekali ia akan mengusap mata serta hidungnya yang sudah basah. Sedangkan Eunhyuk, ia masih disibukkan dengan cara menghidupkan mainan itu.

Memang sedikit sulit untuk menghidupkannya. Wajar, sepertinya baterainya perlu diganti. Ia meletakkan mainan itu diatas lantai sembari masih memangku sang adik. "Tunggu sebentar, hae, dia pasti bisa berjalan lagi," tenang Eunhyuk sebisa mungkin, ia hapus bekas aliran air mata Donghae sebelum ibunya memergokinya.

"Kenapa lagi, hum? Eunhyuk hyung menjahilimu lagi, eoh?"

Suara itu ...

Eunhyuk memejamkan matanya mendengar suara ibunya, dapat dilihatnya Donghae yang tengah merajuk dipelukan ibunya.

Sementara dirinya, masih berkutat dengan segala macam alasan yang akan diutarakannya pada sang eomma.

"Kenapa dongsaengmu menangis, Eunhyuk-ah? Kau menjahilinya lagi, eoh?" Tanya sang eomma, sembari mengelus pelan punggung Donghae.

STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang