"Kenapa kau selalu saja berjanji padaku, hyung? Apa kau benar-benar tidak peduli lagi padaku, eoh? Kau selalu mengatakan akan pulang minggu depan, tapi sampai sekarang kau tak kunjung pulang juga. Aku membencimu hyung."
"Tunggu hae ..."
Tut... tut... tut...
Sambungan terputus, Donghae kembali menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Cairan bening itu tak lagi bisa ditahannya, mereka mengalir begitu saja mengingat berapa lama hyungnya telah meninggalkannya demi menjalankan tugas di Beijing.
Tapi bukankah semua itu untuk dirinya juga? Sebelumnya mereka hidup serba kekurangan, dan berkat pekerjaan ini, mereka bisa membeli sebuah mobil beserta sebuah apartment di daerah Apgujeong. Tak terlalu mewah, tapi ini lebih baik mengingat mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang kumuh sebelumnya.
Namun demikian, hasil yang memuaskan sebagai seorang direktur perusahaan bonafit Hyundai, menjadikan Hankyung jarang pulang ke Korea lantaran untuk sementara waktu ia harus menghandle kantor cabang yang berada di Beijing.
Alhasil, sudah hampir satu bulan ini Hankyung sama sekali belum mengunjungi Donghae. Ia hanya bisa menghubunginya melalui saluran telepon atau sesekali melakukan video call jika Donghae dalam mood yang bagus.
"Donghae-ya! Mana PR ku? Kau sudah mengerjakannya, kan?" Teriak Jinhwa tiba-tiba di depan kamar Donghae.
"Ne, sebentar lagi," balasnya kemudian, lantas segera beralih mengerjakan beberapa butir soal yang belum terjawab.
Jinhwa, sepupu Donghae, memang belum bisa menerima kehadiran Donghae ditengah keluarga mereka. Hankyung sengaja menitipkan Donghae pada pamannya tersebut selama ia berada di Beijing. Tapi sayangnya, Hankyung tak tau jika Jinhwa tak bisa menerima Donghae untuk alasan yang benar-benar kekanakan --karena tak mau orang tuanya membagi kasih sayang mereka pada Donghae. Alhasil, anak itu seringkali memarahinya, menyuruhnya mengerjakan PR serta pekerjaan rumah. Sebisa mungkin ia akan membuat anak itu tidak betah tinggal di rumahnya dan memilih untuk tinggal di apartmentnya sendiri.
Dan jelaslah sudah, kenapa Donghae sangat mengharapkan kepulangan sang hyung. Selain karena memang merindukan namja yang 10 tahun lebih tua darinya itu, rupanya sikap Jinhwa juga turut andil membuatnya merasa tak nyaman.
***
"YA! Turunlah disini!" Jinhwa menghentikan sepedanya, meminta Donghae turun disana, padahal letak sekolah mereka masih sangat jauh. Entahlah, kenapa kali ini Jinhwa menghentikan Donghae dari jarak yang masih lumayan jauh. Biasanya hanya beberapa meter saja. Tapi kali ini ...
Donghae hanya bisa melenguh sebal. Perlakuan seperti ini memang selalu didapatnya dari Jinhwa. Ia tak pernah protes jika tak mau uang sakunya dirampas juga olehnya. Maka dari itu, Donghae mengalah untuk jalan kaki saja.
"Nanti pulanglah sendiri. Jika eomma menanyakan kenapa kau tak bersamaku, katakan saja jika aku ada kerja kelompok," ketus Jinhwa. Ia kembali mengayuh sepedanya dengan kencang, meninggalkan Donghae seorang diri tanpa ingin mengejar sama sekali.
***
HANYANG HIGH SCHOOL
"Rapat dewan wali akan diadakan lusa pada tanggal 17 Januari. Diharapkan semua hadir karena ada beberapa hal yang perlu orang tua kalian ketahui mengenai study tour ke pulau Jeju," jelas Kang seonsaengnim panjang lebar, perihal study tour yang akan mereka lakukan dalam waktu dekat ini.
Semua siswa mengangguk antusias, itu berarti mereka akan belajar sekaligus berlibur disana.
"Ne ..." jawab mereka serentak.
Sementara Donghae, seperti biasa pula, ia hanya membuang nafas malah. Ini adalah pertemuan wali siswa untuk yang kesekian kali, namun hyungnya selalu absen seperti sebelum-sebelumnya, lantas berbuntut pada pemanggilannya ke ruang guru. Donghae benar-benar sudah bosan mendengar penuturan guru-gurunya, bahkan karena hal itu pula, beberapa siswa mengatainya tak memiliki keluarga. Jika sudah demikian, Donghae hanya bisa menunduk, meratapi nasibnya yang seperti hidup sebatang kara.

KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES
Fanfiction[COMPLETED] One-shoot series, kisah Donghae bersama ke-14 member Super Junior dengan kisah yang berbeda.