STORY 1 (3)

459 49 26
                                    

Still on the same day, I decided to take care of my infected brother

Donghae kembali mengulangi pertanyaannya saat tak mendapat jawaban apapun dari sang hyung, "apa hyung akan membiarkanku mati disini, huh?" sorot mata sayu Donghae terlihat semakin kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Donghae kembali mengulangi pertanyaannya saat tak mendapat jawaban apapun dari sang hyung, "apa hyung akan membiarkanku mati disini, huh?" sorot mata sayu Donghae terlihat semakin kelam. Suara parau serta raut wajah yang terlihat lebih sendu membuat hati Eunhyuk mencelos. Eunhyuk tak bergeming, ia hanya menatap sang adik lekat, ragu untuk mengatakan barang sepatah katapun. Ia meremas tangannya yang entah sejak kapan terasa begitu dingin. Kemudian, dengan keyakinan penuh, Eunhyuk akhirnya menggeleng. Nampaknya ia telah belajar banyak hal dari artikel-artikel yang ia baca --mengenai relawan kemanusiaan, mengenai pahlawan yang dengan berani menjadi garda terdepan untuk memerangi virus sialan tersebut-- dan ia tentu saja ingin menjadi salah satu bagian darinya, paling tidak untuk adiknya sendiri.

Perlahan, meski ragu, akhirnya Eunhyuk memberanikan diri untuk mendekati sang adik, mengusap kepalanya lembut, lalu mengucapkan beberapa kalimat penyejuk, "kau tenang saja, hyung akan membuatmu sembuh ..." Eunhyuk menjeda kalimatnya sembari terus mengusap kepala Donghae, lantas melanjutkan, "hyung pernah membaca beberapa artikel mengenai pengobatan virus Korona. Mereka mengatakan jika rempah-rempah bisa membantu pasien memerangi virus tersebut sebelum mereka sampai ke paru-paru. Tapi, apa kau sudah mulai merasa sesak, huh?" Eunhyuk beralih menangkup wajah Donghae dengan kedua tangannya, membuat sang adik menengadah kearahnya, lalu anak itu menggeleng pelan setelah memastikan jika saluran pernapasannya masih berjalan dengan baik.

"Aku tidak merasa sesak, hyung," jawabnya kemudian. Eunhyuk turut tersenyum, "bagus, dokter Hyuk akan membantumu menyembuhkan penyakit ini jika begitu. Apa kau mempercayaiku, pasien Donghae?"

Mendengar kalimat menenangkan keluar dari mulut sang hyung, dengan serta merta Donghae mengangguk antusias. Ia tentu saja menyambut uluran tangan hyungnya dengan senang hati. Hal itu menandakan  jika ia tidak akan sendirian menghadapi virus mengerikan ini.

"Gumawo-yo, hyungie …" ucap Donghae setelahnya, mencoba melingkarkan lengannya pada pinggang Eunhyuk.

Namun sayangnya, Eunhyuk masih enggan untuk bersentuhan terlalu intens dengan sang adik, "ish … maafkan hyung, hae, tapi bajumu sangat kotor. Ini menjijikkan, kau tau?" Eunhyuk kembali memundurkan langkahnya, menolak pelukan itu.

Donghae merengut mendapat penolakan lagi, namun setelahnya, ia kembali menampilkan binar cahaya dikedua onix-nya. Harapan Donghae terlalu besar, hingga penolakan Eunhyuk tidaklah menjadi sebuah masalah, "Hyuk-hyung tetap akan membuatku sembuh, kan? Hyung mau menemaniku, kan?" ujarnya, kembali meyakinkan.

Eunhyuk mengangguk pasti, "euhm, dokter Hyuk akan tetap merawatmu," ia menjeda kalimatnya sejenak, mengedarkan pandangannya berkeliling, mencari sesuatu yang baru saja diingatnya. Lalu kembali menatap Donghae penuh selidik saat manik karamelnya tak mendapati sesuatu yang dicarinya.

"Dimana ginseng buatanku, hae?"

***

Eunhyuk membanting pintu kamar Donghae dengan kasar, lalu kembali menguncinya rapat. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa anak itu membuang ginseng buatannya dan menggantinya dengan air keran? Padahal ia sudah dengan susah payah membuatkannya untuk Donghae, mengingat ginseng memiliki kandungan yang baik untuk melawan segala macam virus. Tapi sungguh, Donghae benar-benar sudah membuatnya kecewa dan merasa tidak dihargai.

STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang