Sekolah di mulai seperti biasa, tidak ada yang berubah kecuali beberapa murid baru yang pindah dari kelas sebelumnya dan sedikit mengubah suasana."Baiklah, materi kita cukupkan dulu untuk sekarang, kita lanjutkan minggu depan," ucap guru Ahn.
"Selamat siang," lanjutnya lalu meninggalkan ruangan itu.
Semua berhamburan keluar kelas sesaat bel berbunyi tapi tidak dengan kelima laki-laki tampan yang masih tetap duduk di kursi masing-masing.
Sreet
Suara kursi di sebelah Jinyoung digeser, menandakan pemiliknya berdiri.
"Bam, aku tunggu kau di atap sekolah," ucap Jaebum berbisik sambil menepuk pelan bahu Bambam.
Bambam yang terkejut tidak sempat membalas kalimat Jaebum yang sekarang sudah menghilang di balik pintu.
Merasa ada hal yang sangat penting yang akan disampaikan Jaebum, Bambam segera berdiri dan ingin menyusulnya.
"Hei bam, mau ke mana? Kita kan mau.."
"Kalian duluan saja nanti aku menyusul, aku punya sedikit urusan," ucap Bambam dengan muka datar lalu meninggalkan ruangan itu.
"Hm, baiklah. Kami tunggu kau di tempat biasa," balas Jinyoung kemudian.
Tanpa di sadari Bambam, ada sepasang mata yang terus mengawasi gerak-geriknya dari belakang. Dari mulai Jaebum berbisik di telinga Bambam sampai Bambam berlalu pergi menghilang dibalik pintu. Siapa lagi kalau bukan Mark.
Dengan sigap Mark berdiri dan mengikuti Bambam dari belakang dengan langkah hati-hati memastikan bahwa aksinya tidak ketahuan oleh Bambam.
@rooftop
"Apa lagi maumu jae-hoe?" ucap Bambam sinis
"Hei, tenanglah bam. Santailah sedikit."
"Kau membuang waktuku Im Jaebum-ssi, jika tidak ada yang penting, aku akan pergi sekarang,"
"Ok baiklah. Aku langsung ke point-nya. Bisakah kau membantuku?"
"Apa?"
"Aku masih menyukai Youngjae, tapi aku juga tertarik dengan Jinyoung, bisakah kau.."
"WHAt! Tidak aku tidak bisa membantumu, aku pergi," ucap Bambam memotong kalimat Jaebum.
"Kau yakin?"
Seketika Bambam berhenti saat di depan matanya tersedia sekotak kue limited edition yang dibuat hanya 1 tahun sekali, kue yang hanya ada 30 kotak di seluruh dunia. Bagaimana Jaebum bisa mendapatkannya? Entahlah. Kekayaan memang bisa membeli segalanya.
"A-aku.." suaranya tergagap, matanya terus saja mengikuti arah tangan Jaebum pergi.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan dua sahabatku tersakiti hanya karena sekotak kue," ucapnya masih sedikit ragu.
"Hei, siapa bilang aku akan menyakiti mereka berdua, kau harus mendengar kalimatku sampai selesai bam,"
"Aku hanya ingin memastikan perasaanku, perasaanku yang pasti. Apakah Jinyoung atau Youngjae, atau tidak keduanya? Aku hanya mau memastikan," lanjut Jaebum
"Hmm, benarkah?"
Jaebum mengagguk pasti.
"Kalau seperti itu, mungkin aku bisa sedikit membantu," lanjut Bambam.
"Sedikit bantuanmu, berarti besar untukku," balas Jaebum sambil terus memainkan kotak kue di tangannya.
"Jadi, apa yang bisa ku bantu, im Jaebum-ssi?"