Tujuh

19.6K 858 8
                                    


Masih Vino POV

Nasi goreng siap.. Aku membaginya menjadi dua piring. Satu untuknya satu untukku. Kemudian menghidangkannya kedepan Viona.

"Waaah..enaaakkk"

"Lo belum makan udah bilang enak"

"Apapun masakan lo pasti enak kok"

Dia mulai melahap makanannya. Viona yang sekarang berbeda dengan Viona saat pertama bertemu denganku. Dulu dia ketakutan, jaga jarak, dan pelit ngomong. Sekarang dia mau dekat denganku dan sedikit lebih suka ngomong.

"Lo hari ini ke kantor?" Ucapku sambil duduk disampingnya.

Viona menganggukkan kepala antusias. Setelah menelan makanan dimulutnya, dia menjawab pertanyaanku "Iya, kemarin gue udah ijin, ga enak kali ijin lagi, lo juga jalanin aktifitas lo Vin, gue udah gapapa kok" ucapnya lalu menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya.

"Jelas dong, gara gara liat lo sekarat, gue jadi ga kerja deh" ucapku pura pura marah dan ngambek.

"Haha... sapa suruh lo ga mau pulang?" Tawanya membuat jantungku disko.

"Mana bisa gue tinggalin lo yang mau mati? Emang lo bisa beranjak cari makan? Bahkan lo pingsan di apartemen yang tak berpenghuni"

Dia mengerucutkan bibirnya. Lucu banget sih? "Iyaa gue tau, semua karena ada lo, makasih ya Vin? Lo baik banget"

"Itu gunanya temen Vi" ucapku sambil mengacak rambutnya yang memang sudah acak acakan. Dia terdiam dan tersenyum tipis.

"Hanya lo dan Agata yang peduli sama gue" ucapnya sambil tersenyum tipis.

"Diva juga peduli kok"

"Ya, tambahan Diva temen kalian"

"Itu kan karena lo yang tertutup, gue pernah bilang kan? Buka sedikit pintu hati buat mereka yang pengen jadi temen lo"

"Iya gue inget Vin, gue ga peduli mereka yang diluar, gue udah bersyukur punya kalian bertiga yang bisa bikin gue ketawa lagi ga kaya dulu"

"Kalo lo udah siap, lo bisa cerita ke gue biar hati lo plong Vi"

Dia tersenyum lagi. "Mungkin suatu saat itu akan ada" dia kembali makan nasi goreng sampai abis dan membawanya ke bak cuci piring.

***

Kalva POV

Ruangan besar ini sunyi, ga ada aktifitas yang berlangsung. Aku hanya duduk memandang pemandangan kota Jakarta dari lantai atas. Pikiranku menerawang pada satu nama 'Viona'. Sejak kemarin dia ga kelihatan. Bahkan aku dengar kemarin dia tidak masuk karena sakit. Apa sekarang dia masih sakit? Siapa yang merawatnya jika dia sakit? Aku ingat Viona dulu sangat manja padanya. Apalagi jika dia sedang sakit. Dia akan minta suapin dan tidur bersama dengannya.

Ketika awal mereka bertemu dirumahnya dia sangat tertutup, tak pernah mau mendekatiku, Haikal ataupun Sintia Bundaku. Hingga akhirnya aku mampu masuk kedalam hidupnya. Hingga kejadian lima tahun lalu aku masih dekat dengannya. Dalam satu malam kami terpisah dan kini menjadi pribadi yang tidak saling kenal. Lebih tepatnya dia yang tak ingin mengenalku. Hatinya tertutup lagi. Kali ini lebih sulit jika dibandingkan dulu.

Dulu dia sangat manja, kini dia terlihat jauh lebih dewasa. Aku yakin dia berubah ketika hidup dengan tante Maya adik Ibunya. Tapi bukannya beliau sudah meninggal 4 tahun lalu? Lalu, dengan siapa dia kini tinggal? Siapa yang memberinya kasih sayang selama ini? Siapa yang menemaninya tidur jika banyak petir? Siapa yang merawatnya ketika dia sakit?

Berbagai pertanyaan menusuk nusuk hatiku. Perih. Sangat perih, bahkan salah satu pertanyaan diotakku tidak mampu aku jawab.

Tuhan..

VionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang