Tigabelas

18.2K 773 3
                                    


Viona POV

Ga ada yang lebih sial dibanding hari ini. Mas Bima di LN, Gio sama Ariz diluar kantor dan Dirut butuhin Internal auditor buat rapat sore ini. Jadi mau ga mau aku harus menjadi wakil mas Bima. Jujur aja aku males deket deket Richard. Tapi ini resikoku kerja disini.

Dan disinilah aku sekarang. Ada didalam ruang rapat bersama beberapa rekan dari klien perusahaan. Sedangkan Rich didampingi oleh Kalva, Pak Yohanes salah satu dewan direksi dan aku Viona.

Tugasku udah selesai tinggal nunggu percakapan gaje mereka. Bosan? Bangeeett... Dengerin orang tua pada gosip itu bikin telinga mau pecah. Ternyata pak Danu Klien kali ini adalah sahabat Richard saat SMA. Ah ya aku ingat dia. Dulu pernah main kerumah saat Bunda Sita masih ada.

"Bagaimana kalau kita makan malam bersama nanti malam? Kau ajak seluruh keluargamu kerumahku ya?"

"Wah. Ide bagus. Aku juga rindu kebersamaan kita Dan"

"Ya sudah kalau begitu aku permisi Rich. Banyak kerjaan menantiku"

Mereka saling berjabat tangan lalu meninggalkan ruangan Richard.

"Vio. Nanti kamu ikut. Ayah jemput jam 7 ya?"

"Tidak terima kasih. Saya permisi Pak"

***

Agata POV

Kriiing... Kriiiingg.....

Bunyi apa sih itu???

Kriiingg... Kriiiingg....

Aaarrrrghhh.... Praaaanngggg!!!!!!

Keterlaluan. Siapa sih yang bawa jam weker ke kamarkuuuu?

"Selloooowww Ataaa"

Suara itu... Haiiisss... Dia emang pengganggu cilik.

Tiba tiba ada sesuatu yang menarik selimutku. HaiiiSss...

"Apa siiiihh? Jangann ganggu tidur gueee.... "

Aku terduduk mencak mencak ke Vano yang berdiri melipat kedua tangan didepan dada. Menatap tajam tepat di manik mata.

"Ga pake tereak kalee Ataa... "

Kebiasaan buruknya dia sejak tinggal serumah denganku ya gini. Ganggu tidur orang. Padahal dia tuh anak kecil tapi ga sopan sama yang lebih tua.

"Lo juga ga pake ganggu kaliii Vanoooo, pasti elo kan yang naroh tuh jam weker? Jangan ganggu minggu gue lagi cowok batu es!!!"

Dia memutar bola matanya lalu melihat jam weker yang sudah tak bernyawa diujung ruanga gara gara di banting oleh Agata.

"Iya lah, itu biar lo ga kayak kebo. Lo lupa janji lo? Lo mau nemenin gue ke rumah saudara gue pagi ini"

"Gue bilang males ya males Van"

Dan aku lupa dia itu tidak suka ditolak. Jadi disinilah aku sekarang. Meronta ronta minta diturunkan ke Vano. Walaupun usianya empat tahun dibawahku tetap aja dia itu mengangkatku tanpa beban. Dan byuuuurrrrrr.....

"Vanoooooooooooo...."

Kondisiku benar benar mengenaskan!!! Diceburin ke bathtub lengkap dengan pakaianku. Basah semua dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Mandi atau gue mandiin"

"Mesuuuuuummmmmmm"

Dia tersenyum ah bukan!! Dia menyerigaii menjijikkan. Mana pernah seorang Vano tersenyum. Dia itu kaku dan kasar seperti Isabel ibunya.

Dengan amat sangat terpaksa aku mandi!!

"Lo mau liat gue mandi hehh?"

"Kalo boleh sih gue mau aja"

VionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang