Tujuh belas

18.1K 755 16
                                    


Vino

Pikiranku benar benar kacau, kalut, sedih, hancur, remuk dan entah apa lagi yang lainnya. Semua campur aduk menjadi satu disini didadaku. Dan aku sadar disini ada Viona yang menemaniku. Mengajakku sholat menemani setiap detiknya hingga kini. Dari informasi dokter keadaan jantung mama memburuk gara gara mama terlalu lelah. Yang aku tau mama tak pernah melakukan apapun yang berat dan kondisi mama yang terlalu lelah membuat jantungnya tidak kuat.

aku menunggunya hingga kini. Viona tertidur disofa, padahal aku menyuruhnya untuk pulang. Dasar keras kepala. Dia lebih memilih disini dan tidur disofa dibanding pulang ke rumahnya. Posisinya mengenaskan pula. Sesuatu yang hangat menyentuh jari jariku yang ada diatas ranjang rumah sakit. Penasaran aku mengakhiri mataku yang sedang memandang Viona didepan sana tanpa berkedip sedikitpun. Dua bola mata menatapku lembut kemudian beralih menatap sofa dimana Vio berada. Mama sedikit tersenyum padaku.

"mama gimana keadaannya?"

Mama mengangguk menandakan keadaannya baik.

"Vino panggilin dokter dulu ya?"

Beberapa saat kemudian dokter datang memeriksa mama. Aku sangat bersyukur keadaannya kembali stabil. Aku sadar sedari tadi mama menatapku intens. Ada apa sih? Dokter meninggalkan ruangan, aku kembali duduk disamping mama yang masih menatapku sedari tadi.

"apa yang ingin mama tanyakan? Kenapa liatin Vino kaya gitu sih? Vino jadi merinding nih"

mama tersentum kecil kemudian menengok ke samping kiri dimana Vio masih tertidur. Padahal ada dokter dan suster yang datang dan dia tidak terbangun sedikitpun. Dia pasti kelelahan. Dan kenapa mama melihatnya? Astaga. Aku lupa. Mama tak mengenal Viona.

"jahat banget ga kenalin mama sama pacar kamu"

makjleb nusuk hati. Sejak kapan Vio jadi pacarku?

"amin ma, amiiiinn... Tapi dia teman Vino"

"anak mama sudah besar. Udah tau cewek cantik"

Aku hanya memutar kedua bola mataku. Pliis deh aku memang sudah besar sejak dulu dan mama tak pernah menganggapku dewasa selalu berfikir aku masih anak anak. Mana ada sih anak anak mengelola perusahaan terkenal se indonesia?

"udah. Mama istirahat deh biar cepet sembuh"

"Mama udah gapapa kok Vin"

Mulai deh keras kepalanya.

"tetep aja mama harus tidur. Ini jam 2 pagi ma, Vino juga mau tidur tapi nunggu mama tidur dulu"

"Ya deh"

akhirnya nurut juga. Mama. Hanya mama keluarga yang tersisa dalam kehidupanku sekarang. Aku akan lakuin apa aja demi kebahagiaannya. Walaupun mama sering sakit dan mama tak bisa berjalan namun itu tak mengurangi rasa sayangku padanya. Sejak dulu aku tak pernah memikirkan orang tuaku sampai seperti ini karena dulu mereka jauh dariku. Mereka adalah orang yang gila kerja sehingga membiarkan aku hidup dengan sedikit kasih sayang dari mereka. Sekarang aku tak akan membiarkan mama mengalami hal yang aku benci sejak dulu. Sejelek apapun mereka, mereka tetaplah orang tuaku. Mereka melakukan itu semata mata agar aku hidup berkecukupan seperti saat ini.

Aku beranjak ke sofandimana Vio tidur dalam posisi duduk. Aku merebahkannya di sofa kemudian tidur dibelakangnya. Beruntung sofa ini besar sehingga muat untuk kami berdua walaupun sempit. Harum banget cewek ini. Padahal sore ini dia tidak mandi kan?

Memeluknya merasakan keharuman dan kehangatan menyentuh hidung dan tubuhku. Aku ingin seperti ini sampai kapanpun. Berada disamping Viona adalah hal yang sangat aku inginkan setelah membuat mama bahagia dan bangga karena punya anak sepertiku. Hingga akhirnya aku terbangun ketika merasakan sebuah titik cahaya menerobos kedalam mataku yang terpejam.

VionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang