Vino POV
Cafe saat ini sepi pengunjung karena memang sudah malam dan saatnya untuk tutup. Tapi aku melihat malaikat yang sayapnya basah sehingga tidak bisa terbang ke langit. Aku menghampirinya, bahkan dia tak tertari pada magnet yang sering aku berikan melalui senyumku. Dia dingin seperti udara malam ini. Aku tersentak ketika dia bicara keras ketika aku menarik tangannya untuk berteduh didalam. Akhirnya dia mau masuk ke cafe. Dia duduk dipojok mengamati buku menu. Tanpa banyak tanya aku membawakannya coklat panas kesukaanku. Bahkan aku bikin sendiri khusus buat dia.
Ada insiden kecil saat dia hanya memandang gelas yang aku berikan. Akhirnya dia mau minum setelah aku mencobanya terlebih dahulu.
Dia cantik. Itu kesan pertama yang aku pancarkan untuk orang yang ada didepanku saat ini. Orang yang aku ajak untuk masuk. Gila. Mimpi apa aku semalam bisa bertemu gadis berwajah malaikat sepertinya?
Aku hanya bisa menatap punggungnya saat dia meninggalkan cafe. Senyumku mengembang saat dia berbalik dan mengucapkan 'thanks'.
Bodohnya aku tak berkenalan dengan gadis itu. Aaarrgggh.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Berbulan bulan sejak kejadian itu aku tak pernah melihatnya lagi. Mungkin benar dia adalah malaikat. Malam ini hujan turun lagi padahal masih jam tujuh. Membuat pengunjung cafe tetap duduk ditempatnya menunggu hujan reda. Aku mengambil sebuah payung, aku bosan ingin jalan jalan.
"Div, gue tinggal ya? Lo handle cafe"
"Siap bos"
Aku tersenyum dan meninggalkannya. Menelusuri trotoar menikmati udara dan hujan. Aku melihatnya duduk dihalte seorang diri memeluk tubuh dengan kedua tangannya. Bagaimana mungkin dia bisa hangat dengan tangan kecil itu? Aku tersenyum lalu menghampirinya. Dia masih cantik seperti dulu.
"Hei"
Dia terlihat panik. Seperti saat pertama aku melihatnya. Kenapa dia selalu panik dan terlihat ketakutan? Padahal aku ini kan keren tidak buruk rupa? Dia melangkah meninggalkanku menerobos hujan. Aku menarik tangannya. Dia terlihat ketakutan hanya karena aku menarik tangannya?
"LEPAS!!!"
Kata kata seperti dulu.
Aku melepaskannya. Aku menyerahkan payungku ke dia. "Pakailah ini!!"
"Ga perlu"
"Hei,lo ga inget gue?"
"Siapa lo?"
"Ak-" sial ternyata dia lupa. "Ya sudah kalo lupa, pakailah payung ini biar ga sakit"
Aku menyerahkan payung dan berlari meninggalkannya. Aku kecewa karena dia melupakan aku. Padahal aku selalu ingat wajahnya yang dingin tanpa ekspresi. Aku berlari dan terus berlari hingga sampai cafe. Diva mengangkat alis saat melihatku basah kuyup.
"Bukannya lo bawa payung tadi?"
"Payungnya aku kasih ke malaikat yang sayapnya basah"
Dia melongo. Aku tersenyum dan meninggalkannya menuju kamar mandi untuk ganti baju.
***
Viona POV
Sudah dua hari aku hanya terbaring dikamar. Aku ga ada kelas. Aku juga izin tidak bekerja karena kondisiku yang kurang sehat karena hujan kemaren lusa. Tubuhku memang sensitive terhadap air hujan. Jadi beginilah aku.
Malam ini setelah bekerja, aku berencana ke cafe orang yang meminjamiku payung. Aku mengingatnya ketika dia berlari meninggalkanku. Dia adalah cowok yang memberiku coklat panas gratis disaat pertama bertemu. Dia juga menemaniku dalam diam. Kami tak banyak ngobrol. Karena memang aku tidak suka berbicara dengan orang asing.
Disinilah aku sekarang. Didepan cafe Green dimana orang itu berada. Mungkin dia bekerja disini. Aku masuk kedalam cafe dan duduk diujung ruangan dekat jendela. Aku menyukai meja ini. Berada didekat jendela yang memperlihatkan jalan raya.
"Selamat malam nona, mau pesan apa?"
Aku membuka buku menu. Ada berbagai minuman dan makanan yang terlihat enak.
"Coklat panas satu, cupcake coklat satu, dan cake coklat satu"
"Waah, nona pecinta coklat ya? Baiklah. Akan segera datang pesanan nona"
Pelayan itu meninggalkanku sendiri. Tak butuh waktu lama untuk menikmati cake dan minumanku, kini aku sudah menikmati makananku. Rasanya enak. Manis banget. Jadi pengen tau kokinya deh. Lama aku duduk menikmati cake hingga sisa setengah cupcake, cake coklat sudah habis dilahap.
"Hei"
Aku tersentak mendengar suara laki laki. Dia duduk didepanku kini. Aku baru menyadari dialah pemilik payung yang aku bawa.
"Sudah lama?"
"Hampir 30 menit mungkin"
"Pantas saja kau sudah menghabiskan semua pesananmu"
Aku mengambil payung dan memberikannya pada dia.
"Gue mau ngembaliin ini"
"Jadi lo lama disini karena nunggu gue? Gue jadi tersanjung loh. Lo kan bisa simpan payung itu. "
"Thanks, gue harus pergi"
Aku meninggalkannya ke kasir, membayar makananku dan meninggalkan cafe.
***
Vino POV
Jam 9 malam aku baru ke cafe. Ada hal penting yang harus aku kerjakan. Aku ini kan orang super sibuk. Jadi kalian harap maklum ya?
Aku masuk lewat pintu belakang. Aku melihat Diva sedang membuat coklat panas. Aku duduk di kursi. Dari sini aku dapat melihat semua pengunjung. Aku melihat Diva menaruh pesanan seorang perempuan. Ya ampun. Dia ada disini. Aku sengaja tidak keluar, hanya duduk disini mengamatinya. Dia hanya makan cake, sesekali minum dan mengarahkan pandangannya ke jalan raya. Aku rasa dia sangat sangat cantik. Dan aku rasa dia sangat menyukai tempat itu. Dua kali dia duduk disana.
Sekian lama aku mengamatinya, dia hanya diam. Aku berjalan ke arahnya, menyapanya. Seperti biasa dia pasti kaget dan tegang. Ada apa dengan cewek ini?
Namun sayang, dia langsung pulang saat aku menerima payung darinya. Payung yang aku berikan tempo hari. Aku berjalan ke dapur, disana ada Diva mengamatiku.
"Ooooo jadi dia malaikat yang sayapnya basah? Ckckck"
Aku hanya merenges.
"Siapa namanya?"
Aku menepuk jidat kecewa.
"Gue lupa tanya"
"Payah lo Vin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Viona
Любовные романыViona bukan lagi Viona yang cengeng. Dia tumbuh menjadi gadis tangguh dan memiliki hati batu. Tak ada lagi Viona manja yang lemah lembut. Semua gara gara masa lalu.