Vino POV
Mentari menampakkan cahayanya mengintip sedikit sedikit sampai menampakkan separuh kemudian menampakkan seluruh cahayanya. Menumpahkan cahaya hangat ke seluruh penjuru Dunia. Aku duduk disini, dibalkon lantai bawah apartemen Viona. Meskipun lantai bawah apartemen tapi ini dilantai 6. Apartemen milik Viona memang terbilang mewah dua lantai, namun sunyi, sepi, penghuninya hanya satu yaitu Viona. Sejak kemarin lusa aku disini. Menemaninya yang sakit. Bahkan kemarin dia ga masuk kerja karena demamnya tambah parah.
Setelah sekian lama aku mengenal Vio, aku hanya tau dia sedikit memiliki ketakutan jika bertemu lelaki dan orang asing.
Setelah pertemuanku dengannya di Caffe saat bersama Agata, aku mulai mendekatinya, memintanya untuk menjadi temanku.
Mendekatinya sangat sulit. Dia sangat sulit di gapai, dia seperti ada didalam penjara yang sulit ku raih. Dengan bantuan Agata yang notabene teman Viona ( teman satu satunya yang Vio punya_ajiiibbbbb) aku mulai sedikit sedikit menyentuh luar hatinya.
Selama seminggu aku mendekatinya hanya ingin berteman dengannya, aku hampir menyerah dan menumpahkan isi hatiku pada Agata malam itu.
_FB_
Agata duduk bersama Diva didekat dapur Caffe. Sedangkan aku sedang membuat Cake terbaru.
"Gimana sama Viona Vin?" Tanya Agata.
"Ga terjangkau Ta, gue nyerah"
"Payah lo Vin, masa Bidadarinya disuruh terbang gitu aja?" Tanya Diva.
Aku berhenti melakukan aktifitasku, duduk disamping Diva.
"Lo ga tau sih Div, gimana susahnya deketin dia, ngobrol sama dia pun gue musti sabar banget. Ga banyak kalimat muncul dibibirnya Div"
"Baru aja seminggu Vin, bahkan gue nyampe satu semester nungguin dia mau mengenal gue"
Aku dan Diva melotot ke arah Agata, gimana mungkin? Setengah tahun? Gila!!!
"Jangan becanda lo Ta"
"Serius Vin, awal semerter dua gue deketin dia, gue penasaran sama dia yang ga pernah kenal sekelilingnya. Dia tak punya teman satupun Vin, gue heran, kok bisa sih hidup sendirian gitu. Gue mulai mendekatinya karena gue pengen dia punya temen. Selama satu semester gue tiap hari deketin dia, ngajak dia ngobrol, tanggepannya cuma cuek cuek aja, hingga akhirnya dia mau mengakui kalo gue temennya"
"Gila!!gila!!"
"Gue berfikir dia punya masalah berat dimasa lalunya sehingga dia ga bisa mudah percaya sama orang dan memiliki sifat seperti itu"
"Masalah apa?"
"Mana gue tau Div"
"Lo kan berteman sampai sekarang? Masa lo ga tau?"
"Dia susah membuka hati Vin, dia tak pernah bercerita tentang keluarganya atau masalah percintaannya. Bahkan selama gue kenal dia, gue hanya tau dia tinggal sendiri di apartemen milik tantenya yang sudah meninggal, lalu ibunya yang sudah meninggal sejak dia SMP"
"Jadi gue harus pelan pelan kalau mau masuk ke kehidupan Viona? Fine, gue ngerti, gue akan berjuang"
_FB end_
Dua minggu setelah itu dia mulai melihatku sebagai temennya. Dia juga mulai bertanya tentang Caffe dan tentang pekerjaan.
Aku selalu menjawab semua perkataannya, memberinya solusi tentang pekerjaan.
Suatu ketika aku memberi taunya bahwa bekerja itu bukan hanya karena dia yang cerdas. Dia juga harus mampu bersosialisasi. Awalnya dia ragu ketika aku mengajarkannya berkomunikasi dengan orang asing.
"Tak selamanya kita hidup sendiri, gue tau lo susah menerima orang asing, tapi ketika lo bekerja lo ga sendirian Vi, lo harus bekerja sama dengan orang lain yang pasti adalang orang asing, disaat itu lo harus bisa ngendaliin diri lo. Dan lo harus berusaha menerima mereka walaupun lo Takut dan waspada tapi diusahakan sembunyiin ketakutan lo supaya mereka mau menerima lo" ucapku padanya dulu.
Dia mampu berubah cepat. Bahkan dia bisa mengendalikan raut wajahnya, tatapan matanya. Aku tau ini sulit buat dia yang tak bisa dekat dengan orang asing, tapi aku percaya dia akan terbiasa dengan itu semua dan menjadi Viona yang kuat.
Lamunanku terganggu oleh seseorang yang memegang bahuku. Itu pasti Viona, setelah aku keluar dari kamarnya aku langsung kesini menikmati matahari terbit yang terlihat cantik dari sini.
"Kenapa lo bangun?"
"Gue laper"
"Ga ada kalimat lain yang bisa keluar dari mulut manis lo apa? Dari dulu lo kalo ngomong pasti ngomong laper"
Dia hanya nyengir lalu duduk disampingku. Sejak dulu dia selalu bilang laper kalo ada disampingku. Biasanya cewek akan malu kalo bilang laper. Lah ini malah blak blakkan ngomong laper.
Viona memang sedikit berubah rileks tidak seperti dulu Viona yang kaku. Mungkin dia sudah mulai terbiasa membuka hati untuk orang disekitarnya.
"Laper kenapa malah duduk disini? Masak dong?"
Dia menggelengkan kepalanya. "Kan ada mas koki kenapa gue mesti repot repot masak?"
"Sialan lo"
"Memanfaatkan situasi lah Vin"
Aku mengacak rambutnya, dia terdiam sebentar lalu berdiri meninggalkanku. Kenapa dia? Aku memutuskan untuk mengikutinya, ternyata dia ke dapur.
"Buruan sih masak, emang lo ga takut gue sakit lagi?"
Aku memutar kedua bola mataku. Tapi tetap saja berjalan ke dapur mengambil bahan makanan di kulkas sedangkan dia duduk dimeja makan menelungkupkan kepalanya ke dalam tangannya yang terlipat. Mungkin dia masih pusing. Demamnya memang udah turun semalam. Kemarin seharian dia dikamar dan aku terpaksa berubah menjadi dokter gadungan untuk menemaninya dan memberinya obat.
Semua bahan yang aku butuhkan sudah ada di atas meja. Aku mau bikin nasi goreng aja. Mudah, cepat, praktis, enak. Haha. Aku baru sehari disini, dan aku udah betah dan mengerti semua tata letak perlengkapan dapur.
Aku ingat saat Viona tidur. Dia tidur tak pernah nyaman. Selalu ada kecemasan di raut wajahnya. Dia juga sering mengigau. Entah itu memanggil kakak, ayah atau mengucapkan Bukan Viona, tidak, jangan kak. Entahlah. Apa mungkin semua mimpi itu selalu menghantuinya?
Aku kini berpendapat sama seperti Agata. Viona memiliki masalah berat dimasa lalunya yang sulit dihadapi oleh gadis itu. Sehingga membuatnya terpukul dan menjadi Viona yang sekarang, Viona yang kaku dan Viona yang tak pernah hidup tentram. Bahkan ketika tidurpun dia tak nyaman.
Aku akan menyelidikinya. Aku tak ingin dia selalu tersiksa di hari harinya. Aku tak bisa melihatnya seperti ini. Aku pasti bisa membantunya melewati semua ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/10685994-288-k757315.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Viona
RomanceViona bukan lagi Viona yang cengeng. Dia tumbuh menjadi gadis tangguh dan memiliki hati batu. Tak ada lagi Viona manja yang lemah lembut. Semua gara gara masa lalu.