Sembilan Belas

17.9K 798 12
                                    

Viona

Mengerjapkan mata ketika panggilan seorang wanita mengalun ditelingaku. Aku mencari sumber suara. Tante Rosita.

"Viona. Itu kamu kan nak?" tante Rosita bersama seorang suster yang membantu mendorong kursi rodanya. Aku sudah tau kalau tante Rosita lumpuh. Tapi aku tak tau apa penyebabnya. Aku tersenyum kecil padanya dan dibalas senyuman lebar.

"iya tante ini Viona teman Vino putra tante"

"tante merindukanmu Vi, maukah kamu ngobrol sama tante pagi ini? Tante bosan. Vino sekarang ada dikantor"

aku berjalan ke arah Tante Rosita mengambil alih kursi roda dari sang suster dan berjalan mendorongnya sedangkan suster itu pergi entah kemana.

"ya sudah. Seharian kita kencan berdua ya tan? Mau kemana?"

"pengen ke taman Vi"

Taman? Ok deh. Aku juga butuh angin segar untuk mengisi paru paruku. Taman rumah sakit lumayan ramai karena hanya taman ini tempat hiburan untuk para pasien. Tante Rosita meminta berhenti dipinggir taman dekat bangku kecil. Aku menghentikan kursi roda tepat disebelah bangku sedangkan aku duduk dibangku tersebut.. Dia tampak mengamati penampilanku. Aku memang masih memakai baju pasien berwarna biru muda sama sepertinya.

"jadi, apa kamu mau menceritakan apa yang terjadi? Kenapa kamu luka luka begitu?"

apa yang harus aku katakan? Apa aku harus jujur? Tapi masa aku bilang bahwa aku jatuh dari lantai 14 karena nolongin bosku sih?

"ini hanya kecelakaan kecil ditempat kerja. Padahal aku tak apa tapi bos memintaku untuk dirawat"

"tapi kamu tak apa kan?"

"Vio baik baik ana tante. Ga perlu cemas gitu. Dan aku heran. Bisa bisanya putra tante itu ninggalin ibunya yang sedang di rawat dirumah sakit"

tante Rosita tersenyum hangat keibuan. Aku menyukai senyumannya itu. Membuatku mengingat Bunda Sita.

"itu tante yang suruh kok. Lagian tante udah sembuh. Besok pagi juga tante dibolehin pulang"

"oh ya?"

"iyaa... Kamu mau bantu tante beresin pakaian?"

"boleh.. Besok pagi Vio mampir ke kamar tante deh"

aku bisa melihat kebahagiaan diwajah tante Rosita yang sangat keibuan ini. Aku jadi rindu Bunda yang ke ibuan juga sama seperti tante Rosita. Sudah lama setelah meninggalnya bunda. Kapan kapan aku akan mampir ke makamnya.

"....na" aku mengerjapkan mataku. Tak terasa pikiranku melayang entah kemana. "kamu melamun ya? Dipanggil dari tadi diem aja"

"maaf tante..." memberikan raut wajah penuh sesal padanya berharap mengerti.

"ngelamunin apa sayang?"

"engga kok tante"

"jangan bohong. Tante bisa tau loh anak yang bohong sama yang jujur"

"tante bisa aja"

"jadi?"

aku hanya diam tak tau ngomong apa lagi. Suasana mendadak hening. Aku berfikir antara cerita atau tidak ke tante Rosita. Dia ibu yang sangat baik.

"tante" panggilku. Aku menatap wajah keibuannya dan dia membalas tatapanku.

"ya sayang?" aku tersenyum. Aku mengingat bunda senang sekali memanggilku sayang.

"boleh gak Vio peluk tante?" ucapku lirih. Aku butuh kehangatan seorang ibu. Aku butuh merilekskan pikiranku. Dulu jika aku bimbang dan menghadapi masalah aku selalu memeluk bunda. Dan sekarang aku butuh itu. Walaupun pada tante Rosita aku harap itu bisa lebih baik.

VionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang