"Astaga.. Vionaa"Vino berlari ke arah Viona. Dia masih memakai piama, tergeletak dilantai. Vino mengangkat tubuhnya. Wajahnya pucat, badannya terlihat lemas sekali.
Vino menidurkan Viona ke sofa. Badannya panas seperti kompor. 'Dimana sih keluarga yang lain?' Batin Vino.
"Vi,bangun Vi" Vino mengelus pipi Viona. Tapi dia tak kunjung bangun.
"Jangan..."
Vino menyadari Viona mengatakan sesuatu namun dia tidak membuka matanya.
"Jangan kak"
"Vi...bangun Vi"
"Tolong Jangan"
Vino menepuk nepuk pipi Viona agar terbebas dari mimpi buruknya.
Beberapa saat kemudian Viona membuka matanya, wajahnya pucat, matanya seperti ketakutan, tubuhnya menegang.
"Vi, lo kenapa?"
"Pergi, PERGI!!!!"
Vino memegang bahu Viona agar tenang.
"Jangan dekat dekat"
"Vi ini gue Vino, Gue VINO Vi"
"Vi..no?"
"Iya, lihat Vi, ini gue Vino"
Viona tersadar. Dia melihat Vino diatasnya. Viona merasakan kepalanya diatas paha Vino. Viona mencoba berdiri, tapi badannya lemas dan kepalanya pening. Vino menidurkan kepalanya ke pangkuannya lagi.
"Jangan memaksakan diri, lo udah makan?"
Viona menggeleng.
"Kenapa lo disini?"
"pintu depan ga ditutup makanya gue langsung masuk dan nemu lo udah pingsan"
"Orang tua lo dimana?"
Viona menggeleng.
"Masa ga tau sih?"
"Gue sendiri Vin"
"Serius? Sory gue ga tau"
"Gapapa kok"
"Gue bikinin bubur ya?"
Vino beranjak dari duduknya. Berkeliling mencari dapur.
Beberapa menit kemudian bubur sudah jadi. Dia membawa nampan berisi mangkuk bubur dan segelas susu.
Vino meletakkannya dimeja dan membantu Viona duduk, mengambil mangkuk bubur dan menyuapinya.
"Gue bukan bayi,kenapa disuapin?"
"Gue ga yakin lo bisa makan sendiri"
"Gue ga laper"
"Kalo lo ga makan, kapan sembuhnya?Buka mulutnya"
"Gue haus"
Vino mengambil susu vanila dan menyerahkannya pada Viona.
"Ga suka susu vanila"
"Tapi ini bagus supaya ga lemes"
"Ga suka Vin, kalo minum susu vanila jadi mual"
"Ya udah, gue ambilin yang lain deh".
Beberapa saat kemudian Vino kembali membawakan air putih dan Teh hangat ditangannya.
Perlahan Vino menyuapi Viona bubur yang dia buat untuknya. Kasian dia begitu pucat, ga ada yang menemaninya disini. Jadi dia tinggal sendiri. Aku ga nyangka dia hidup sebatang kara. Dimana orang tuanya? Apa sudah meninggal?
Baru beberapa suap Viona memuntahkan semua makanannya. Nasibnya Vino karena Viona muntah dibadannya.
"Sorry Vin"
"It's okey, gue ke toilet dulu"
Vino keluar tanpa mengenakan bajunya, jelas aja bajunya bau muntahan Viona. Setelah memberikan Viona makanan lagi dan memberinya obat, Viona tertidur. Vino membopongnya, membawanya ke lantai atas. Sebelumnya dia udah nyari nyari kamar yang digunakan Viona untuk tidur. Dan dia menemukannya dilantai atas.
***
Vino POV
Sudah ada dua jam aku disini. Menemani Viona yang ada dialam mimpi, aku tak tega meninggalkannya yang sedang sakit. Aku melihat lihat isi kamar. Kamarnya bersih dan rapi. Ada beberapa perlengkapan kerja dan ada rak berisikan buku buku. Kamar ini langsung menghubungkan dengan balkon yang mempertihatkan kota Jakata dari lantai atas.
Tak banyak foto disini. Dimeja ada tiga bingkai foto. Foto pertama adalah foto dirinya saat SMU mungkin, dia berada disebuah taman memegang ice cream. Tersenyum hangat pada kamera. Foto kedua nampak Viona kecil bersama ibu paruh baya yang mirip dengannya. Mungkin ini ibunya. Mereka bergandengan tangan nampak bahagia. Dan satunya lagi foto ibunya saat masih muda.
Kenapa hanya ada foto ini? Dimana ayahnya? Atau saudaranya? Bahkan dia tinggal sendirian di apartemen ini. Berbeda dengan diriku yang selalu berada didekat kedua orang tuaku.
"Ayaah..."
Itu suara Viona, apa dia mengigau lagi? tadi sore dia juga mengigau.
"Bukan..."
Aku berjalan ke arah Viona. Keringatnya bercucuran. Ini efek obat yang sedang bereaksi atau efek mimpinya? Ada apa sebenarnya dengan gadis ini? Dia sangat misterius.
"Bukann...bukaann Viona Ayah"
"Viii...bangun Vii"
Aku mengelus kepalanya. Menghapus keringatnya dengan handuk yang sedari tadi aku gunakan untuk mengompres kepalanya. Badannya masih sangat panas, jika besok belum turun akan aku panggilkan dokter untuknya.
"Ayah..bukan..."
Suaranya semakin lirih, dia terlihat tertekan. Apa dia selalu tersiksa disaat dia tidur? Apa yang terjadi dimasa lalumu Vi?
***
Sesuatu yang lembut menyentuh kepalaku. Siapa itu? Kenapa ada orang dikamarku? Aku membuka mata mendapati Viona terbaring disampingku. Aku mengeryit. Kenapa ada Viona? Astaga. Aku ingat semalam aku hanya ingin istirahat sebentar disamping Viona, tapi malah aku tertidur.
"Kenapa bangun?"
"Vi, sorry, gue semalem cuma pengen istirahat bentar, tapi malah tertidur"
"Oh ya?"
"Beneran Vi, gue ga ngapa ngapain lo"
"Tapi lo ga pake baju Vin"
"Ini karena muntahan lo"
"Hehehe"
Aku melompat dari ranjang. Keluar menyiapkan makanan untuk Viona dan aku sarapan.
Sumpeh deh, aku beneran ga sengaja tidur disebelahnya. Aku sangat capek dan ingin merebahkan badanku disana. Dan entah sejak kapan aku tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viona
RomanceViona bukan lagi Viona yang cengeng. Dia tumbuh menjadi gadis tangguh dan memiliki hati batu. Tak ada lagi Viona manja yang lemah lembut. Semua gara gara masa lalu.