VionaTenang dan nyaman. Selalu itu yang aku rasakan jika ada didekat Vino. Selama ini dia selalu ada untukku. Selalu dia yang melihatku menangis. Selalu dia yang ada disaat aku membutuhkan orang lain.
Ponselnya berdering. Entah siapa. Dia terlihat panik.
"Ada apa? Mama kenapa?
".."
"Aku segera kesana"
Vino menatap penuh sendu. Matanya meredup.
"Aku harus pergi sekarang"
Dia berdiri, setengah berlarii meninggalkanku. Siapa tadi? Mama? Baru aku sadari, aku tak pernah tau kehidupan Vino. Aku tak pernah tau masalah dan apapun tentang Vino. Aku hanya tau dia pemilik caffe Green pintar masak dan bikin cake, pemilik perusahaan perhotelan yang cukup melambung saat ini. Aku tak pernah tau yang lainnya tentang Vino. Tempat tinggalnya, keluarganya, saudaranya, kisah hidupnya, aku tak pernah tau itu semua.
Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Sungguh memalukan. Aku merasa nyaman dengan seseorang dan orang itu selalu ada untukku namun aku tak pernah tau dirinya.. Teman macam apa aku ini? Selalu memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain yang selalu membantuku.
Menghapus air mataku, berdiri dan berlari menuju tangga. Menuruni dengan cepat langsung keluar caffe melewati Diva Agata dan Vano yang terlihat berbincang.
"Viii...."
Aku tak memperdulikan panggilan Agata. Aku hanya ingin menyusul Vino. Vino Vino. Disana. Didepan sana Vino masuk ke mobilnya. Aku berlari, mobil melaju namun aku mencegatnya dari depan. Mobil seketika berhenti dan kepalanya melongok keluar.
"Kenapa?" Teriaknya panik.
"Gue ikut"
"Engga Vi"
"Please Vin"
Dia mendesah kemudian mengangguk. Segera aku berlari ke pintu penumpang.
Mobil melaju kencang menerobos kerumunan. Takut sih, karena dia bawa mobil seperti setan. Aku memegang bahunya.
"Tenang Vin"
Berangsur angsur kecepatan berkurang menjadi lebih stabil.
*
Rumah Sakit
Seperti orang kesetanan emang berlari tanpa arah didalam rumah sakit. Kenapa dia ga ke resepsionis aja? Biar jelas? Dasar kalau sudah panik ya gitu tuh.
"Sus, pasien ibu ibu yang baru masuk ada dimana?"
"Di UGD dalam perawatan dokter, dari sini lurus lalu belok kiri"
Vino langsung berlari ke arah yang ditunjukkan suster tadi. Aku pun sama setelah mengucapkan terima kasih.
Ia sudah ada didepan sebuah ruangan. Disana ada seorang wanita keibuan menceritakan kejadian sebenarnya.
"Tadi Bibik mau ngantar makan malam ke kamar nyonya, tapi nyonya sudah jatuh dilantai den, bibik tidak tau" ungkapnya takut takut.
Vino mengangguk kemudian menyuruh Ibu tadi pulang beserta pria yang sepertinya adalah supir. Mereka melewatiku ada senyum kecil dibibirnya padaku.
"Titip den Vino ya non? Bibik takut Den Vino akan bertindak diluar kendali"
Aku hanya mengangguk padanya kemudian berlalu ke arah Vino yang duduk di lantai menyandarkan punggungnya ke tembok depan pintu UGD. Kepalanya disembunyikan dibalik tangan dan lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viona
RomanceViona bukan lagi Viona yang cengeng. Dia tumbuh menjadi gadis tangguh dan memiliki hati batu. Tak ada lagi Viona manja yang lemah lembut. Semua gara gara masa lalu.