Part. 5 In Sinabung

8.9K 472 36
                                    

Pukul 02.00 WIB.

Dokter Fi membawa ransel hitam berukuran lumayan besar dengan isi penuh keluar dari perumahannya. Dokter Fi menyetir mobilnya menuju bandara.

Sesampainya Dokter Fi di bandara Tim Medis sudah berkumpul semua. Seperti perintah kemarin. Mereka tidak akan pergi dengan koper tapi pergi dengan ransel atau tas punggung yang besar.

Dokter Hari tidur sambil berdiri dengan bersandar di bantal lehernya. Sementara tim yang lain fokus mendengarkan Dokter Fi.

"Karena semua sudah berkumpul, kita akan segera berangkat. Sebelumnya marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita. Berdoa mulai." Dokter Fi memimpin doa sebelum masuk ke dalam tempat check-in.

"Selesai."tutupnya.

"Mari!" seru Dokter Fi.

Seluruh tim mengikuti Dokter Fi. Dokter Hari yang masih tidur di seret Perawat Susi masuk ke dalam bandara.

Pesawat take off, meninggalakan Jakarta.

Seluruh tim tertidur di pesawat kecuali Dokter Fi. Dokter Fi yang duduk didekat perawat Ana memandangi langit dini hari yang masih gelap dibalik jendela pesawat. Dokter Fi sadar pekerjaaannya kali ini penuh dengan resiko tinggi. Ia harus membuat keputusan dengan tepat mengingat kondisi yang serba darurat. Sebagai seorang dokter tentu ini bukan pekerjaan mudah, pekerjaannya menyangkut banyak nyawa manusia.

Pukul 5.30 WIB -- Tanah Karo

Seluruh tim medis sudah tiba dilapangan pengungsian mengguanakan helikopter TNI, sebelumnya mereka telah berpindah menggunakan helikopter di salah satu bandara.

Dokter Fi dan timnya turun dari helikopter dengan masker yang sudah terpasang di wajah mereka. Masing-masing menggendong ransel, dan mengenakan rompi warna putih bertulisan Diponegoro Hospital dibagian dada kiri, tanda tambah merah khas medis di bagian belakang punggung menandakan bahwa mereka adalah tim medis.

Banyak diantara mereka yang awalnya merasa malas, mengantuk, tidak bersemangat, masih ingin tidur, atau menyelimuti diri di kamar.

Seketika pandangan mereka mulai berubah, mata mereka menatap tak percaya apa yang ada didepannya.

Orang-orang berlarian, panik. Tenda-tenda penuh sesak dengan anak-anak, lansia, dan wanita. Seluruh tim menatap pemandangan itu dengan perasaan campur aduk.

Dokter Fi membenarkan letak ransel gendongnya. Ia berada di barisan terdepan diantara tim relawan yang lain. Di belakangnya terdapat 4 baris lagi tim relawan mereka semua berjalan maju dengan cepat menuju tenda medis.

Mereka menjadi tim medis dari luar sumatera yang datang pertama kali. Tim medis disini bisa dihitung jumlahnya dengan jari tangan. Jumlahnya begitu sedikit hanya dibantu dengan PMI, anggota basarnas dan anggota pramuka.
Tim Medis Diponegoro semua berlari agar tiba secepat mungkin di tenda medis dan menolong korban luka.

***

Sampai di tenda medis yang sudah di siapkan. Mereka meletakkan ransel mereka di satu tempat dan langsung bekerja. Para perawat bekerja sesuai dengan yang sudah dirapatkan kemarin, mereka menata obat-obat yang di bawa beberapa anggota TNI.

Beberapa langsung membantu menseterilkan luka pada pasien, dan memberi pertolongan pertama Plakat Rumah Sakit Diponegoro pun tidak lupa dipasang oleh Dokter Hari atas perintah Kepala Rumah Sakit.

Dokter Fi mengambil sepaket jarum suntik dari kardus. Ia mengambil satu buah suntikan dan pergi ke arah pasien yang mengeluh kesakitan.

Dokter Hari juga, ia membantu salah seorang korban yang mengalami luka di bagian bahunya. Seluruh tim medis benar-benar sibuk tak ada satupun yang menganggur disini. Para korban terus berdatangan meminta pertolongan agar diobati. Mereka semua sigap dan cepat tidak ada waktu yang terbuang percuma.

A Love Between Doctor and ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang