Part 16. Bagian 2

6K 382 108
                                    

Note Author:
Mungkin ini akan jadi part terakhir yang saya upload di bulan April. Dan mei saya baru akan upload kalo sudah puasa ya. Dengan kata lain ini upload terakhir (mungkin) sampai bulan puasa dateng karena aku banyak deadline dan banyak proyek. Mohon maaf ya. Tapi aku janji nanti pas udah puasa aku bakal sering upload. Tinggalin komentar kalian biar aku makin semangat nulis ya. Oh iya puasa tanggal 26 Mei. Buat yang muslim selamat menjalankan ibadah puasa. Aku bakal balik sekitar sebulanan lagi (mungkin) karena jadwal presentasi proyek sering berubah-ubah dan eksekusinya kadang maju kadang mundur. Menyesuaikan klien jd aku gak bisa memastikan kapan upload tp pasti bulan puasa aku udah upload. Oh iya yang dulu vote buat visualisasinya aku blm sempet meng-akumulasi buat yang mau vote aku masih buka vote nya mumpung aku masih blm bisa mengakumulasi hahaha.

Salam Hormat. 😊
Sampai jumpa bulan puasa nanti ya. Dan mohon doa agar semua deadline, proyek aku lancar semua. Aku selasa ada eksekusi proyek sekarang aja kalo mikirin proyek hari selasa udah deg-deg an hahaha 😂. Doa in author lancar proyeknya hasilnya bagus ya. Aamiin...

•••••••

A Love Between Doctor and Army.


💖💖💖

"Yang dipundak itu. Itu luka apa? Kenapa di perban?" Dokter Fi mengintip pundak Kapten Davi dan menyadari bahwa perban itu sudah berganti warna.

"Astaga... aku sendiri yang membuat kita terjatuh tadi." Dokter Fi langsung lemas mengetahui kebodohannya, ia mengingat kejadian tadi saat ia kesal dan memukul pundak kanan Kapten Davi yang ternyata terluka dan mengakibat Kapten Davi kehilangan keseimbangan lalu akhirnya mereka terjatuh.

"Aku benar-benar menyesal tidak mempercayaimu." Sesal Dokter Fi matanya sudah memerah ingin menangis.

"Kalau begitu obati aku. Hei, kenapa menangis? Kau ini lucu sekali kalau menangis." Kapten Davi melihat air mata yang membasahi pipi Dokter Fi. Dokter Fi sesenggukan karena menangis. Kapten Davi mendekatkan tangannya ke wajah Dokter Fi ingin menghapus air mata yang membasahi pipi Dokter Fi.

"Aku hanya merasa aku tidak bisa memahami orang lain. Seharusnya jika tadi aku percaya denganmu. Aku akan mengambil obatnya." Dokter Fi berbalik untuk mengambil obat maka gagallah rencana Kapten Davi mengusap air mata Dokter Fi.

Kapten Davi membuang nafas, gagallah keinginanya.

Dokter Fi kembali dengan obat-obatan yang ia bawa. Lumayan banyak mulai dari alkohol, kasa, peralatan jahit dan masih banyak lagi.

Dokter Fi memulai mengobati dari luka di pundak Kapten Davi. Pertama ia membuka perban yang sudah berganti warna menjadi kecoklatan karena darah itu.

Dengan telaten Dokter Fi membuka perban di pundah Kapten Davi. Kapten Davi megerinyit karena rasa sakitnya.

"Jahitannya lepas." Kata Dokter Fi setelah melihat luka yang tadi berbalut kasa. Kapten Davi mengiyakan perkataan Dokter Fi, ia sudah tahu jika jahitannya lepas tadi pagi ia hanya mengganti perbannya saja.

"Sudah sejak kemarin." jujur Kapten Davi pada Dokter Fi setelah menganggukkan kepala.

"Apa?" kaget Dokter Fi, jelas saja jahitan sudah lepas sejak kemarin dan orang di depannya ini bisa sesantai itu.

"Kenapa? Apa berbahaya?" tanya Kapten Davi dengan polosnya.

"Kau ini. Tentu saja berbahaya ini bisa infeksi." Kesal Dokter Fi, sebenarnya orang di depannya ini pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu.

"Mungkin ini akan sedikit sakit, aku akan melepaskan jahitannya dan menjahitnya lagi. Jangan ceroboh dengan kesehatanmu." Dokter Fi kembali sibuk dengan kegiatannya, sementara Kapten Davi pasrah ia mau diapakan asal itu dengan Dokter Fi ia ikhlas-ikhlas saja.

A Love Between Doctor and ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang