Part. 18 Bagian 2 (Obat Kangen/Cuplikan)

5.9K 327 57
                                    

Seperti yang aku bilang. Aku bakal kembali lagi.  Dan (mungkin) akan rajin update hehehe 😁

💕💕💕


Sebelumnya.

“Dav, tetaplah disini. Hiks...hiks...hiks.” Sersan Mayor Arga kembali menumpahkan air matanya.

“Jika memang kau harus mati hari ini, maka aku yang harus mati lebih dulu.” Sersan Mayor Arga menangis dan kembali memeluk adiknya.

Kapten Davi membalas pelukan Sersan Mayor Arga, mungkin ini pelukan terakhir hari ini untuknya. Dengan raut wajah sedih Kapten Davi menyandarkan kepalanya di pundak Sersan Mayor Arga.

A Love Between Doctor and Army





Malam di Tenesia kali ini terasa begitu berbeda dan Dokter Fi tahu itu. Ia sudah mempersiapkan segala kemungkinan buruk yang terjadi. Dokter Fi merenung di ruangannya, ia tampak memikirkan sesuatu.

Dokter Dika datang mengetuk pintu. Calon ayah dari bayi kembar itu membuka pintu ruangan yang tak terkunci dan masuk ke dalamnya.

“Dokter, bukan." ia lantas membenarkan sapaannya.

"Kakak, tentara-tentara itu sudah mau berangkat. A... aa emm emm..” Dokter Dika bimbang memilih kata-kata yang pas.

Dokter Fi bukanlah orang yang gampang tersinggung sebenarnya tapi untuk situasi kali ini, Dika agak canggung padahal dirinya sudah mengenal Dokter Fi sejak bangku perkuliahan karena mereka dari universitas yang sama.

Dokter Fi melihat Dokter Dika. Dokter Dika semakin takut, ekspresi Dokter Fi kali ini bahkan lebih menyeramkan dari pada ekspresi Dokter Fi ketika ia melakukan kesalahan pada pasien.

Tanpa berkomentar Dokter Fi berlari menuju halaman markas dibelakangnya Dokter Dika mengikuti.

Para tim medis yang lain berkumpul menjadi satu dengan para tentara wanita serta adik sepupu Letnan Dua Hilna, Letnan Dua Lingga.

Dokter Fi bergabung dengan kumpulan orang yang sedang melihat tentara-tentara yang berbaris rapi mendapat pengarahan dari Kapten Davi sebelum berangkat.

Dokter Fi menerobos kumpulan orang agar bisa melihat secara jelas. Ia menyela dan orang-orang yang rata-rata adalah anak buahnya itu untuk memberinya jalan.

Dokter Fi berdiri di barisan paling depan bersebelahan dengan Letnan Dua Hilna. Letnan Dua Hilna melihat Dokter Fi yang datang dengan wajah panik Dokter Fi.

Dokter Fi mengamati Kapten Davi yang tengah memberi arahan pada pasukannya. Wajahnya cemas, khawatir, gelisah,  tak dapat di jelaskan perasaan campur aduk memenuhi hatinya.

Kapten Davi memberi arahan pada para pasukannya. Wajah tentara yang berbaris rapi itu penuh dengan coret-coretan samaran muka bagian dari strategi kamuflase mereka. Tapi anehnya hal itu tak tampak pada Kapten Davi.

Seperti seorang perwira yang lain,  dibalik sosoknya yang suka bercanda dan cenderung cengengesan kini ia terlihat sangat serius.

A Love Between Doctor and ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang