Part 15. Babak Baru (Bagian 1)

6.4K 348 30
                                    

Dokter Fi menutup pintu korimeknya dengan senyum yang mengembang tetapi tetap ia sedikit malu-malu
Astaga, rasanya ia sudah seperti orang gila saja. Dokter Fi mengigit bibir bawahnya lalu tersenyum lebar. Ia terlalu senang dengan apa yang baru saja ia lewati di sore hari yang indah ini.

Sersan Mayor Arga mengejar Letnan Dua Hilna yang berlari. Letnan Dua Hilna masuk ke dalam kantor markas melalui pintu belakang, sementara Sersan Mayor Arga mengikuti Letnan Dua Hilna.

Letnan Dua Hilna berjalan seraya menahan tangisnya. Perkataan Sersan Mayor Arga membuatnya tersadar. Letnan Dua Hilna menangis tersedu-sedu, apa yang tadi Sersan Mayor Arga katakan masih terniang-niang di kepalanya.

"Lupakan Kapten Davi karena dia tidak mencintai Anda."

Sersan Mayor Arga menemukan Letnan Dua Hilna yang diam berhenti melangkahkan kakinya. Sersan Mayor Arga menarik tangan kanan Letnan Dua Hilna dan lantas membawa Letnan Dua Hilna ke dalam pelukannya. Tangis Letnan Dua Hilna pecah dalam pelukan Sersan Mayor Arga. Sersan Mayor Arga mencoba menenangkan Letnan Dua Hilna dengan mengelus lembut rambut Letnan Dua Hilna.

"Hiks...hiks..." suara tangis Letnan Dua Hilna dalam pelukan Sersan Mayor Arga seraya memukuli dada bidang Sersan Mayor Arga.

"Maafkan saya." Ucap Sersan Mayor Arga karena merasa perkataannya menyakiti hati Letnan Dua Hilna.

FLASHBACK.

Letnan Dua Hilna tersenyum kecil mendengar ucapan Sersan Mayor Arga.

"Seberapa dekat mereka?" Letnan Dua Hilna mencoba mengorek informasi.

"Sangat dekat." Jawab Sersan Mayor Arga singkat.

"Siapa yang mencintai terlebih dahulu?"

"Kapten Davi."

"Apa dia yang mengejar-ngejar Dokter itu?"

"Benar."

"Apa Dokter Relawan itu juga mencintainya?"

"Seperti yang Anda lihat." Semua pertanyaan Letnan Dua Hilna dijawab dengan lugas oleh Sersan Mayor Arga.

Letnan Dua mendengus namun dari wajahnya sangat jelas tergambar bahwa pemilik wajah cantik itu akan menangis, matanya mulai berkaca-kaca wajahnya juga memerah.

"Apa dia tidak pernah sekali pun menoleh ke arahku? Apa dia pernah menganggapku?"

"Kapten hanya menganggap Anda sebagai adiknya." Sersan masih terus menjawab pertanyaan yang diajukan Letnan Dua Hilna sesingkat mungkin.

"Apa dia tidak pernah punya perasaan lebih kepadaku?" Letnan Dua Hilna menatap Sersan Mayor Arga. Sersan Mayor Arga melihat mata Letnan Dua Hilna yang memerah dan berkaca-kaca.

"Seperti yang Anda lihat." Jawab Sersan Mayor Arga menatap mata Letnan Dua Hilna.

"Bagaimana menurutmu?"

"Setahu saya Kapten memang hanya menganggap Anda sebatas adik saja, tidak lebih."

Letnan Dua Hilna mengigit bibir bawahnya menahan agar air matanya tak jatuh di depan bawahannya.

"Kapten Davi hanya mencintai Dokter Fi, itu yang selama ini saya lihat. Cara memandang Kapten pada Dokter Fi berbeda." Sersan Mayor Arga melanjutkan pendapatnya.

"Lupakan Kapten Davi karena dia tidak mencintai Anda." Ucap Sersan Mayor Arga untuk mengakhiri pendapatnya.

"Kenapa harus sesakit ini hanya untuk mencintai seseorang? Tapi siapa aku? Dokter itu jauh lebih cantik dan pintar dari pada aku." Letnan Dua Hilna berlari menjauh dari Sersan Mayor Arga. Ia mungkin tak akan tahan lagi untuk menahan air matanya.

A Love Between Doctor and ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang