Part 17. Bagian 1

5.5K 326 46
                                    

Seorang wanita berhijab tertidur di kursinya. Ruangan dengan lampu terang yang masih menyala. Sebuah jas berwarna putih menggantung didekatnya, pertanda profesi wanita itu adalah profesi mulia yang diinginkan banyak orang. Ia terduduk tidur di sebuah kursi putar. Salah satu kakinya bertumpu pada injakan meja agar kursi putar berroda itu tak bergerak. Ia begitu terlelap dalam tidurnya mungkin saat ini ia sedang bermimpi yang sangat serius. Saking lelapnya tak sadar kaki yang ia gunakan untuk bertumpu itu terlepas dari injakannya. Kursi putar berroda itu perlahan berjalan mundur sementara orang yang duduk diatasnya masih tertidur. Kursi itu terus berjalan mundur namun dengan kecepatan yang sedikit bertambah dan sekarang kursi itu menatap tembok medice center dengan kerasnya.

"Duk..."

Si tukang tidur pun kaget. Dengan kesadaran seadanya ia membuka matanya dengan segera, takut jika ada hal yang tak terduga. Ia langsung bangun dari kursi tanpa memperhitungkannya terlebih dahulu. Panik dan kaget mungkin itu yang dirasakan si tukang tidur. Akibat dari kepanikan itu ia pun terjatuh dari atas kursi. Tergeletak di lantai ruangannya sendiri dalam posisi tengkurap mencium lantai yang dingin. Belum lagi kursi putar itu juga ikut ambruk parahnya kursi putar itu menimpa punggungnya. Sudah lengkap penderitaannya. Ya dia memang sosok yang ceroboh terkadang.

Wanita cantik bergelar dokter itu mengaduh kesakitan.

“Aww....” rintihnya seraya berusaha menyingkirkan kursi putar beroda sialan itu. Kursi putar itu sudah menyingkir dari punggungnya dan ia masih tetap telungkup di lantai. Seraya mengumpulkan kesadaran ia berusaha mengingat apa yang ia mimpikan tadi. Ya dia ingat. Ia lalu melirik ke arah jam dinding di ruangannya itu. Menunjukkan pukul 23.00 Tenesia Time.

Apakah Davi sudah kembali? Pikirnya.

Dokter Fi langsung bangun dan berjalan cepat keluar dari ruangannya. Mimpinya benar-benar sialan, mimpi macam apa itu tadi? Ini pasti hanya bunga tidur saja karena sore tadi baru saja berbincang dengan Letnan Dua Hilna dan seorang temannya. Dan mungkin juga ini efek dari kekhawatirannya pada Kapten Davi.

Ia keluar dari ruangannya dan medice center ingin segera ke korimek mengecek apakah Kapten Davi sudah kembali. Wajah khawatir dan cemas jelas terukir dari wajah bidadarinya. Sambil berlari hatinya berdoa memohon keselamatan untuk seseorang yang baru saja beberapa hari ini menghiasi hari-harinya.

💙💙💙

Kapten Davi turun dari sebuah mobil diikuti dengan Sersan Mayor Arga dan 7G yang lain mobil berwarna putih bertuliskan UN. Turun di depan markas bangunan medice center yang kokoh berdiri itu mengingatkan dirinya pada Dokter Fi. Para anggota Tim Bravo yang lain segera pamit pada komandan timnya Kapten Davi untuk segera kembali ke korimek masing-masing termasuk Sersan Mayor Arga. Sersan Mayor Arga meliahat ke arah Kapten Davi yang diam menatap bangunan Medice Center, ia tahu sepertinya adiknya itu akan mengkhawatirkan Dokter Fi. 7G dan Sersan Mayor Arga memberi hormat pada Kapten Davi lalu pergi meninggalkan Kapten Davi.

“Janjinya... Argh...” kesal Kapten Davi karena pasti Dokter Fi sudah menunggunya apalagi ini sudah larut malam. Ia lantas menuju medice center. Medice center memang pusat kesehatan yang didirikan untuk 24 jam mirip UGD di suatu rumah sakit.
Dokter Fi berjalan cepat menuju pintu masuk agar sampai lebih cepat di korimek Kapten Davi. Di luar medice center Kapten Davi juga berlari kecil menuju medice center mungkin saja dengan pikiran Dokter Fi masih disana. Mereka sama-sama ingin cepat bertemu satu sama lain. Rasa saling mengkhawairkan satu sama lain, rasa itu terlihat begitu nyata dan mengebu-gebu.

Pintu otomatis Medice Center terbuka Kapten Davi menghentikan langkahnya begitu juga dengan Dokter Fi keduanya saling bertatapan sejenak. Dua pasang mata saling menatap dalam penuh akan makna tersirat. Mereka saling menatap satu sama lain tak percaya, mata Dokter Fi mulai berkaca-kaca. Apa yang ada di dalam mimpinya itu hanyalah bunga tidurnya sosok di depannya ini benar benar nyata dan dialah Kapten Davi. Kapten Davi tak kalah lega, walau ia yakin Dokter Fi pasti akan baik-baik saja tapi dalam lubuk hati terdalamnya ia sangat khawatir dengan Dokter Fi.

A Love Between Doctor and ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang