Part 7. Perjuangan

8.1K 376 3
                                    

Dini Hari. Perkampungan tempat para penyelundup senjata bersembunyi.

"Serbu!!!!" perintah Kapten Davi.

Tim Bravo lantas segera melakukan misi rahasianya.

Baku tembak terus terjadi. Suara tembakan perlawanan dari kelompok pemasok senjata.

"Der... Der... Derr... Derrr..."

Dua orang anggota Kelompok itu tewas ditempat.

Misi selesai.

Lima orang bertubuh kekar dan tinggi berhasil diringkus oleh Tim Bravo dalam kondisi hidup. Tak lama Polisi datang dan Sersan Mayor Arga menyerahkan lima orang itu kepada polosi, anggota tim Bravo menggotong mayat para penyelundup itu ke mobil polisi sesudah Polisi datang dengan mobil polisi. Polisi lantas segera membawa kelimanya untuk melanjutkan proses hukum. Sebelumnya mereka telah memasang Police Line.

"Astaga, kau benar-benar membuatku menulis banyak sekali laporan." Tutur Sersan Mayor Arga bejalan ke arah Tim Bravo seraya melepas masker hitam yang ia kenakan.

Para Sersan yang lain tersenyum.

"Der..." Kapten Davi tiba-tiba melepaskan sebuah tembakan dari pistolnya. Tembakan itu hampir mengenai Sersan Mayor Arga, karena Kapten Davi yang berhadapan dengan Sersan Mayor Arga menembak tepat diatas pundak Sersan Mayor Arga.

"Kapten!!!!!!" Para 6G kecuali Sersan Kepala Gama berteriak saat suara tembakan itu terdengar, mengingatkan tindakan Kapten Davi secara bersamaan. Sersan Mayor Arga lantas memegangi pundak kanannya yang berdarah.

Sersan Kepala Gama menelan ludah, ia berada tepat di samping Sersan Mayor Arga. Kapten Davi memisahkan tubuh Sersan Mayor Arga dan Sersan Kepala Gama dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya masih memegangi pistol.

Terlihat sesosok tubuh tergeletak disana. Lelaki yang sama seperti yang lainnya. Bertubuh tinggi juga kekar. Semua anggota Tim Bravo melihat ke arah sesosok laki-laki itu. Sersan Mayor Arga tersenyum kecil, tangan kirinya masih memegangi pundak kanannya yang mengeluarkan darah.

"Kau tidak papa?" tanya Kapten Davi pada Sersan Mayor Arga.

"Anda tidak bisa melihat, pundak saya berdarah" kata Sersan Mayor Arga.

"Dia tadi mau menembakmu jadi aku menembaknya saja. Sepertinya dia baru datang." Jelas Kapten Davi

"Kapten Anda benar-benar gila. Aku pikir tadi Anda mau membunuh kami." Nada lega keluar dari mulut Sersan Satu Gatra. Kapten Davi terkekeh dengan kicauan Sersan Satu Gatra.

••••••••••••••••••🔫🔫🔫•••••••••••••••••••

Keesokan harinya.

Luka tembak di pundak Sersan Mayor sedang dijahit oleh Dokter Hari ditenda medis.

Sersan Mayor Arga didampingi Kapten Davi. Tujuannya? Selain menemani sahabatnya tentu juga bertemu Dokter Fi.

Kapten Davi tertangkap ikut nyeri melihat Sersan Mayor Arga dijahit karena ternyata lumayan dalam. Ternyata hasil perbuatannya cukup dalam. Sersan Mayor Arga bertanya kepada Dokter Hari.

"Permisi, Dimana Dokter yang berhijab itu." Suara Sersan Mayor Arga memecah suasana.

"Yang cantik?" Dokter Hari menekankan kata CANTIK.

"Ah. Iya yang cantik itu." Jawab Sersan Mayor Arga dengan malu-malu terlihat pipinya mulai memunculkan semburat merah.

Sementara Kapten Davi langsung menatap Sersan Mayor Arga dengan tatapan mematikan. Kapten menyilangkan kedua tangannya dan menatap Sersan Mayor dengan wajah seram.

A Love Between Doctor and ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang